TVRI Kapan Engkau Kembali?
			      	
			      	
			      	
			      	Di Indonesia, ada satu masa dimana televisi menjadi idola keluarga dan masyarakat walaupun hanya satu stasiun yang melakukan siaran, yaitu TVRI. Bagi masyarakat kampung seperti saya, televisi berplat merah tersebut sangat membantu kami dalam mendapatkan informasi dari luar dan juga memperoleh hiburan.
Program acaranya pun bagi kami yang waktu itu masih anak-anak sangat menarik dan menghibur. Ada acara Si Unyil yang selalu memberikan tema-tema yang informatif dan mendidik serta selalu kami tunggu di setiap minggu pagi. Ada pula acara Dunia Dalam Berita yang menyuguhkan informasi terpercaya mengenai kejadian di belahan dunia yang sedang terjadi, dan disajikan setiap jam sembilan malam.
Acara lainnya seperti Gemar Menggambar dari pak Tino Sidin adalah acara yang mampu memotivasi anak-anak untuk meningkatkan daya kreatifitas dengan menggambar. Demikian pula acara film ACI yang merupakan kepanjangan dari Aku Cinta Indonesia, adalah sebuah film bermuatan nilai-nilai anak dan remaja yang amat saya minati waktu itu. Tak ketinggalan pula acara kuis musik yang memberikan hiburan tersendiri, yaitu Berpacu Dalam Melodi turut serta memberikan hiburan bermanfaat bagi keluarga Indonesia di jaman saya kecil. Acara-acara tersebut disiarkan melalui TVRI stasiun nasional.
Bagi kami yang tinggal di Jogja, terdapat pula acara yang menarik untuk ditonton dan bermuatan budaya lokal seperti Wayang Orang, Ketoprak hingga acara Mbangun Deso. Semua dikemas secara infomatif, menghibur, mendidik serta bermuatan nila-nilai budaya yang membangun.
Begitu gandrungnya kami pada acara-acara tersebut, tak jarang pada setiap jam acara itu hendak tayang, kami sudah berkumpul ramai-ramai di salah satu rumah tetangga yang memiliki televisi. Bahkan, sering kali pula kami dibuat kecewa, karena begitu kami sudah berkumpul ternyata aki (accu) sebagai sumber listrik untuk menghidupkan televisi habis, alhasil televisi pun gagal untuk menyala. Maklum, desa kami waktu itu belum terjangkau aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Yang lebih menyenangkan lagi, menonton acara televisi walaupun hanya satu channel saja yaitu TVRI, kami telah merasa puas. Sebab acara yang kami tonton seingat kami tidak terpotong-potong oleh tayangan iklan dari awal hingga akhir. Sesekali hanya terganggu acara siaran khusus saja, yang diisi kunjungan kerja Bapak Presiden dan Kabinetnya. Siaran khusus tersebut membuat acara idola kami jam tayangnya menjadi bergeser mundur semakin malam.
Saya kurang tahu apakah acara-acara di TVRI yang dahulu begitu kami idolakan, saat ini masih bisa kita saksikan lagi atau tidak. Sebab TVRI hari ini bukan media televisi satu-satunya yang tayang di Indonesia, namun sudah banyak stasiun televisi bermunculan terutama pasca reformasi. Bukan hanya televisi nasional namun televisi swasta dan televisi lokal pun tumbuh secara signifikan.
Tentunya kehadiran stasiun televisi selain TVRI memberikan angin segar terhadap perkembangan pertelevisian di Indonesia. Masyarakat umum dapat memilih acara apa saja dan dari channel yang mana saja yang mereka suka. Hanya dengan memencet remote saja.
Namun demikian, apakah kehadiran stasiun televisi yang begitu banyak hari-hari ini, kemudian semua memiliki siaran yang berkualitas? Bermutu dan Bergizi bagi anak-anak Indonesia, ataukah sebaliknya?
Pengalaman saya bulan lalu, ketika kita masih berada di bulan puasa, acara televisi kita dapat dikatakan begitu positif, tak kalah dengan acara-acara di stasiun TVRI waktu saya kecil.
Di bulan ramadan tersebut, setiap sore, malam, pagi, hingga siang tayangan-tayangan di televisi banyak yang berkualitas dan bernafaskan islami. Semua jenis acara seperti musik, sinetron, gosip selebriti, talkshow, ceramah, lawakan bahkan iklan pun didesain lebih santun dan bermuatan nilai-nilai keislaman. Intinya semua stasiun televisi beramai-ramai memberikan tayangan yang mencerdaskan dan enak untuk ditonton.
Tetapi setelah bulan puasa berlalu, kemudian lebaran telah usai pelan-pelan acara di berbagai stasiun televisi yang ditayangkan banyak yang kembali ke hal-hal yang menurut penulis tak seindah pada waktu bulan ramadan.
Acara sinetron, iklan, musik, gosip pun seolah menjadi acara yang lebih banyak menyuguhkan informasi yang kurang memiliki muatan yang mendidik. Sering kali di dalam sebuah acara sinetron yang diputar di stasiun televisi bermuatan kekerasan, seksualitas, tipu daya, intrik, perselingkuhan, perebutan harta, hedonisme dan sejenisnya. Pun demikian dengan acara yang lainnya tiada jauh beda.
Meskipun masih ada stasiun televisi yang memberikan suguhan acara yang berkualitas, walaupun tidak sepanjang waktu. Namun menurut penulis wajah pertelevisian kita selama dua belas bulan dalam setahun, hanya satu bulan saja yang penulis anggap stasiun televisi memiliki siaran yang lebih banyak bermuatan mendidik. Tentunya jika dibandingkan sebelas bulan yang lainnya. Dan itu terjadi ketika umat islam menunaikan ibadah puasa. Satu bulan itu adalah adalah di bulan ramadan. Lalu bagaimana menurut anda?
Tiba-tiba saja, saya menjadi rindu akan hadirnya TVRI kembali seperti waktu saya kecil. Walaupun sendirian, walau dengan layar hitam putih, walaupun harus ramai-ramai menonton di tempat tetangga, namun banyak program acara yang selain informatif, menghibur juga mendidik. TVRI kapan engkau kembali seperti dulu lagi?
Artikel Lainnya
- 
		                      
		                      91014/11/2022
 - 
		                      
		                      165829/05/2020
 - 
		                      
		                      89716/08/2021
 
- 
		                      
		                      
Gerak Lambat Disrupsi Era Pasca Pandemi
110811/09/2022 - 
		                      
		                      
Menunduk, Menjauhkan dari keluarga?
78630/12/2022 - 
		                      
		                      
Menggali Hidup Seorang Penjahit
144716/06/2023 
