Perang Melawan Corona atau Perang Melawan Bangsa Sendiri?
Cuitan akun twitter ekonom senior Indonesia, sebut saja Faisal Basri menjadi pembahasan yang hangat terlebih bagi warga-warga twitter di tengah-tengah pandemi COVID-19. Cuitan yang bertuliskan “Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19” ini mendapatkan 2 ribu balasan dari netizen dan telah diretweet oleh lebih dari 24 ribu orang.
Dari cuitan di akun twitter pribadinya ini, ada netizen yang mendukung dan setuju dengan pernyataan Faisal Basri, namun ada juga yang mengkritik pernyataan tersebut dan membela Luhut Panjaitan. “Keras tapi sudah masuk kategori pencemaran nama baik. Ada pertanggung jawaban hukum di dalamnya”, salah satu balasan dari netizen yang mengkritik cuitan dari Faisal Basri. Ada juga yang membalas “Lah kalo di pemerintahan kebijakannya ada yang menyimpang, ya harus dikritik. Yakali mau diam saja. Mau jadi apa negeri ini kalo kebijakannya seenak jidat”, kata salah satu akun twitter yang mendukung pernyataan Faisal Basri.
Cuitan ini memang menuai pro dan kontra dari beberapa pihak, ada mereka yang memandang bahwa cuitan Faisal Basri ini tidaklah pantas karena seharusnya rakyat Indonesia diajari dengan peramah kata yang baik dan benar, punya tata krama dan unggah-ungguh yang baik. Ada juga yang justru memanfaatkan situasi dengan mempolitisasi seperti balasan salah satu netizen yang menyatakan bahwa Luhut memang berbahaya karena dia punya grand skenario mengangkat Ahok jadi presiden dan lain sebagainya.
Tidak di pihak Luhut Panjaitan, namun juga tidak di pihak Faisal Basri, hanya saja yang tersorot bagi saya adalah cara yang dilakukan dan waktu yang tidak tepat. Indonesia sedang berduka dan sibuk berperang dengan COVID-19, namun ternyata yang terlihat tidak hanya perang melawan COVID-19, namun juga perang melawan bangsa sendiri. Tidak bisa ditolak, karena memang yang terlihat adanya demikian. Pejabat negeri saling mengkritik cara kerja pejabat lain, warga berbondong-bondong saling menyalahkan satu sama lain, sebagian warga berusaha saling menuding, dan hal lain-lain yang membuat keadaan menjadi kian genting.
Dalam kondisi seperti ini, menjadi sangatlah tidak tepat untuk memposting hal-hal yang membuat keadaan semakin keruh. Hingga kabarnya cuitan tersebut mendapatkan respon dari Luhut dan kemudian meminta Faisal Basri untuk meminta maaf dalam waktu 2x24 jam, dan bila tidak dilakukan maka perkara ini akan dibawa ke jalur hukum. Di saat kondisi masyarakat Indonesia butuh perlindungan dari pemerintah karena ancaman kematian, justru sebagian pemerintah harus disibukan dengan perkara lain.
“Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19”, dalam bentuk kalimat ini, terlebih ini keluar dari tokoh yang cukup dikenal oleh masyarakat, justru terkesan memprovokasi. Kebebasan dan hak atas akun yang dimiliki memang ada, namun dilihat dulu siapa dan apa yang dijadikan konten dalam postingan yang akan diunggah. Jika saya yang merupakan warga biasa memposting hal demikian ‘mungkin’ akan biasa saja. Itulah mengapa memposisikan diri menjadi sangatlah penting. Luhut sadar perannya sebagai apa, dan Faisal Basri sadar dia siapa.
Jajaran pemerintah sendiri baiknya memberikan contoh bagi masyarakat dengan menyalurkan energi positif, bukan malah justru memperdebatkan jabatan dan lain sebagainya. Yang terlihat harusnya bentuk kerja sama antar pemerintah, dan rakyat dengan pemerintah. Bersama-sama melawan virus yang sedang mengguncang agar Indonesia bisa lekas kembali seperti semula. Jangan saling mengadu, jangan saling mencaci, setiap kalangan mempunyai peran penting dalam melawan pandemi ini.
Kisruh yang terjadi bukan hanya perihal kesehatan, namun juga krisis dari berbagai sisi akibat dari dampak COVID-19. Disinilah peran pemerintah harusnya lebih kompleks fokus pada apa yang sedang dihadapi, perdebatan memanglah wajar namun jika tidak berakhir dengan solusi maka itu justru akan menambah racun hancurnya tatanan dalam negeri.
Saat yang tepat bagi jajaran pemerintah untuk membuktikan bahwa kami masyarakat sedang dilindungi oleh mereka yang bertanggung jawab atas jabatannya. Ayok berdamai, jangan mementingkan urusan pribadi, karena angka yang terus di-update oleh berita bukanlah hanya sekedar angka, namun merupakan jiwa manusia. Ini adalah masalah yang serius, semakin kita bersatu dan bekerja sama niscaya akan lebih mudah dalam menghadapi pandemi yang terjadi.
Semoga lekas pulih Indonesia.
Artikel Lainnya
-
383330/04/2022
-
181525/03/2020
-
22618/10/2024
-
156230/03/2021
-
Ada ‘Udang’ Kapitalisme di Balik Status Negara Maju
268827/02/2020 -
Meneropong Masa Depan Anak Berhadapan Dengan Hukum
155517/09/2021
