Merindukan Tontonan Berkualitas

Keberadaan televisi bagi setiap penduduk bukan lagi hal yang mewah seperti zaman saya SD dulu. Dulu, untuk menonton saja sangat sulit. Di satu kampung yang memiliki teevisi hanya ada satu atau dua orang saja. Jika ingin menonton, maka kami beramai-ramai ke rumah salah satu pemilik televisi. Bahkan dulu ada yang namanya layar tancap sebagai wahana yang menarik bagi penduduk kampung.
Sekarang, zaman sudah maju dan berkembang. Rata-rata penduduk memiliki televisi di rumahnya. Pemukiman penduduk yang letaknya sangat jauh dari kota pun pasti memiliki televisi. Oleh karena itu tontonan bukan lagi hal yang sulit untuk dicari. Layar tancap yang sering diadakan tidak pernah lagi digelar.
Bukan hanya stasiun televisi yang bisa menyuguhkan tontonan yang menarik bagi pemirsa. Channel Youtube dan berbagai fasilitas yang dimotori oleh berbagai pihak bak jamur di musim penghujan sekarang ini. Namun, tontonan yang ada kadang terkesan hanya menghibur dan tidak mendidik.
Saya ingat saat saya SMP, acara Smackdown yang berasal dari negeri asing ternyata booming di negeri ini. Padahal isinya adalah pertarungan adu jotos, yang kuat dia akan menang. Banyak anak-anak yang menonton acara itu. Sampai akhirnya terjadilah peristiwa yang mengerikan si kakak men-smackdown adiknya.
Ternyata, kejadian seperti itu bukan hanya sekali dua kali terjadi di negeri ini. Sampai saya heran sendiri. Apa alasan stasiun televisi menyuguhkan tontonan seperti itu? Jika alasannya berdasarkan tren semata, maka apakah mereka tidak memikirkan dampaknya di kemudian hari?
Anak-anak adalah salah satu pengguna televisi yang banyak merasakan dampaknya. Maraknya sinetron yang berisi percintaan anak remaja, yang hanya menampilkan kecantikan atau kegantengan pemerannya akan dielu-elukan. Tentu saja rating stasiun itu akan meningkat. Stasiun televisi tidak memikirkan dampak negatif dari sinetron tersebut.
Banyak remaja yang belum mengerti nilai suatu tontonan akan mudah sekali terpengaruh karenanya. Mereka rela meniru tokoh idolanya bagaimana pun caranya. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh idolanya di televisi patut diikuti. Padahal tidak semuanya perilaku tokoh di televisi itu baik, apa lagi ditiru.
Jika ada stasiun televisi berkilah berkurangnya jumlah penonton bila tidak menyediakan tontonan percintaan, maka patut ditanyakan misi utama menampilkan tontonan itu. Apakah mereka hanya ingin memberikan tontonan yang menarik dan menghibur saja? Apakah mereka tidak memikirkan dampak tontonan itu?
Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat menyayangkan jika tontonan yang sering hadir di setiap rumah hanya menampilkan hiburan semata. Apa lagi, rata-rata penduduk di negeri ini memiliki anak kecil. Beberapa tontonan yang bukan untuk usianya ternyata bisa dinikmati anak-anak. Padahal adegan yang ada di dalamnya tidak mendidik sama sekali.
Apakah semua dampak negatif dari sebuah tontonan itu ditujukan untuk pengelola stasiun saja? Tentu saja tidak ya. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa media televisi tidak selektif dalam memilih dan mengatur jadwal tontonan akan menjadi tonggak terjadinya dampak negatif bagi anak-anak.
Ada beberapa stasiun televisi yang patut ditiru programnya. Saya tidak perlu menyebutkannya. Silakan cek di channel televisi kita masing-masing. Stasiun televisi itu menampilkan beragam acara. Acara-acara yang ditampilkan oleh stasiun itu tidak hanya menarik, tetapi berisi banyak pelajaran.
Stasiun televisi ini pun pandai memilih waktu sehingga acara yang ditampilkannya bisa ditonton oleh anak-anak. Si Bolang, salah satu acara yang menurut saya memiliki nilai positif bagi orang tua ataupun anak. Namun, sayang di tempat saya salurannya hilang sehingga saat ini acaranya tidak bisa ditonton lagi.
Saat ini banyak stasiun televisi yang menyiarkan film kartun. Apalagi selama pandemi berlangsung, stasiun televisi diwarnai oleh kartun anak-anak. Cobalah kita ikut menonton film itu. Saya menemukan bahwa film kartun yang katanya untuk anak-anak itu ada adegan yang tidak pantas ditonton oleh mereka
Syukurlah, selain tontonan kartun yang tidak layak ditonton, ada juga film kartun yang nilai pendidikannya sangat kuat. Sebut saja kartun Rico. Contoh itu saya berikan karena anak-anak dan saya menyukainya. Kartun karya anak Indonesia ini sangat patut ditonton oleh berbagai pihak.
Selain Rico, banyak sekali kartun yang sudah dibuat oleh sineas Indonesia untuk pengembangan karakter generasi muda. Bisa saja hal itu disebabkan oleh rasa keprihatinan yang mendalam terhadap rendahnya kualitas tontonan. Saya pribadi menilai bahwa kualitas tontonan sekarang ini memang menjadi warning bagi orang tua.
Menurut saya, penyebab rendahnya kualitas suatu tontonan adalah pertama, niat awal yang dimiliki oleh pihak penyelenggara hanya berdasarkan faktor ekonomi atau keuntungan. Kedua, tidak adanya monitoring yang cukup ketat dari lembaga televisi itu sendiri atau pihak yang bekompeten di dalamnya. Sepertinya, untuk bagian ini pendapat para ahli psikologi bisa menjadi pertimbangan. Ketiga, terlalu banyak pengaruh tontonan luar sehingga stasiun hanya mengikuti tren saja. Padahal tren tersebut perlu dicermati lebih mendalam sebelum ditayangkan. Keempat, stasiun televisi mungkin tidak mau menerima masukan dari penonton bahkan menutup diri pada kritik terhadap tayangan mereka. Padahal ini sangat penting dilakukan agar stasiun televisi tahu kebutuhan penontonnya.
Agar tontonan kita menjadi berkualitas, ada beberapa hal yang bisa dijadikan tuntunan. Pertama, pihak pertelevisian harus selektif memilih tontonan yang pas untuk ditonton sesuai usianya. Jangan sampai tontonan untuk orang dewasa ditonton oleh anak-anak. Kedua, ajak orang yang ahli dalam memberikan kriteria tontonan yang baik untuk ditampilkan. Para orang tua, guru, dan psikolog dapat memberikan masukan yang berharga bagi stasiun televisi tersebut. Pihak pertelevisian yang baik nantinya akan menerima masukan itu sebagai pertimbangan penyiaran. Ketiga, sebagai orang tua kita perlu mendampingi anak-anak kita saat menonton. Dengan begitu, kita bisa memutuskan untuk membiarkan mereka menonton atau menghentikannya.
Kualitas tontonan yang baik sangat ditunggu oleh masyarakat. Semua berawal dari tontonan. Secara tidak langsung pribadi generasi muda tergantung seberapa banyak hal yang dilihat dan ditirunya dari tontonan. Dengan begitu, alangkah idealnya jika stasiun televisi mulai memperhatikan kualitas tontonan yang ditayangkan.
Artikel Lainnya
-
180710/07/2020
-
11124/01/2025
-
134023/11/2020
-
185316/04/2023
-
Tingkatkan Kesadaran Bersama Melawan Covid-19
77328/06/2021 -
Perang Melawan Corona atau Perang Melawan Bangsa Sendiri?
119105/04/2020