Urgensi Media Massa di Ruang Publik

MAHASISWA STFK LEDALERO
Urgensi Media Massa di Ruang Publik 05/06/2020 3033 view Lainnya Pxhere.com

Di era modern ini, informasi sangat penting. Setiap orang membutuhkan informasi di dalam keseharian hidupnya. Melalui informasi-informasi yang diperoleh, setiap orang dapat menentukan sikap, perilaku dan tindakan praksis di dalam hidupnya. Maka, informasi dapat menjadi penentu kehidupan manusia.

Tentunya, di balik tersedianya informasi, ada pihak-pihak yang berjuang mencari, menulis dan mempublikasikan informasi melalui media-media tertentu. Media-media semacam itu biasa disebut sebagai media informasi dan komunikasi. Media informasi dan komunikasi beserta semua elemennya berperan penting untuk menggali, mengelola dan menyampaikan informasi.

Terkait hal ini, seorang negarawan Inggris, Edmun Burke (1729-1797) melihat media informasi dan komunikasi sebagai pilar keempat demokrasi (the fourth estate of democracy) setelah ketiga unsur penting lainnya: eksekutif, legislatif dan yudikatif (Florianus Geong, Akademika Vol. VII, No. I, 2011/2012). Media informasi dan komunikasi ini tampak nyata dalam media massa, baik media massa mainstream maupun media massa digital.

Namun, dalam praksisnya selama ini, ada banyak media massa yang telah melenceng dari tujuan hakikinya. Alih-alih berusaha memberikan informasi yang berkualitas, akurat, aktual dan jujur kepada masyarakat, mereka justru memberitakan sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sungguh terjadi. Mereka ‘berpaling’ dari tugas mulia yang menjadi tanggung jawab utama mereka.

Hal itu tampak nyata di dalam situasi pandemi Covid-19. Bahwasannya, di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini, informasi menjadi sajian yang sangat penting. Media-media informasi menjadi andalan masyarakat untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat ini, terutama yang berkaitan dengan pandemi Covid-19.

Namun, seperti yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2020, media digital VoxNtt.com malah memberitakan sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai antara judul, gambar ilustrasi dengan isi berita. Berita yang berjudul ‘Orang Tua Pasien Covid-19 di Sikka Meninggal Dunia’ menuai banyak kritikan dan kecaman dari masyarakat. Pasalnya, foto ilustrasi tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Pihak Vox.Ntt.com menggunakan foto ilustrasi pemakaman yang sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan WHO. Padahal, dalam kenyataan, pemakamannya bersifat biasa saja, tanpa protokol kesehatan yang dianjurkan WHO.

Di samping itu, isi beritanya tidak sesuai dengan judul berita. Pihak Vox.Ntt.com menjadikan kematian seorang yang berinisial ‘S’ sebagai berita dan mengaitkannya dengan salah satu pasien Covid-19. Sesungguhnya, kematian tersebut tidak punya korelasi dengan pasien Covid-19 yang disebutkan di dalam berita.

Akan tetapi, demi mengincar klik dari pembaca, pihak Vox.Ntt.com malah memanfaatkannya. Sebuah intensi yang sangat keliru. Hemat penulis, hal ini menjadi salah satu contoh ironi di dalam media massa saat ini. Sebab, berita semacam itu dapat menggemparkan sekaligus menambah ketakutan dan kecemasan di dalam masyarakat yang sedang membutuhkan ketenangan dan kedamaian dalam menghadapi Covid-19.

Oleh karena itu, di dalam tulisan ini, penulis ingin mengulas esensi sejati dari media massa. Penulis akan mengaitkannya dengan konsep ruang publik. Sebab, Habermas melihat media massa sebagai medium presentasi ruang publik.

Media massa menjadi institusi yang dapat menyokong dan mementaskan ruang publik. Dalam hal ini, media massa mempunyai peranan untuk mempresentasikan dan mengartikulasikan opini-opini publik (Redem Kono, Akademika Vol. VII, No. I, 2011/2012).

Ruang Publik

Ketika kita berbicara tentang ruang publik, kita tidak bisa lepas dari konsep yang dibangun Hannah Arendt. Arendt menyebut ruang publik sebagai “ruang penampakan” (Erscheinungsraum). Suatu ruang penampakan terjadi di tempat orang-orang saling berinteraksi dengan bertindak dan berbicara; ruang itulah yang menjadi dasar dari semua pendirian dan bentuk negara.

Ruang itu ada secara potensial pada setiap himpunan orang, memang hanya secara potensial; ia tidak secara niscaya diaktualisasi di dalam himpunan itu dan juga tidak dipastikan untuk selamanya atau untuk waktu tertentu (F. Budi Hardiman (ed.), 2010:187).

Di sini, Arendt menegaskan eksistensi ruang publik sebagai locus dari masyarakat untuk berekspresi melalui tindakan dan pembicaraan. Tindakan dan pembicaraan tersebut menjadi pegangan bagi masyarakat dalam menjalani keseharian hidup sebagai warga negara. Dalam hal ini, tindakan dan pembicaraan tersebut sangat penting.

Karena penting, tindakan dan pembicaraan yang seharusnya ialah tindakan dan pembicaraan yang baik dan benar. Agar dengan demikian, tindakan dan pembicaraan yang baik dan benar itu dapat bermanfaat dan berguna bagi terjalinnya komunikasi yang efektif, pembentukan peradaban yang beradab dan bermartabat, serta berlangsungnya proses pemberdayaan dan peningkatan kualitas hidup dari seluruh komponen yang ada di ruang publik, baik sebagai masyarakat biasa maupun sebagai pemangku kekuasaan tertentu.

Oleh karena itu, media massa sebagai komponen yang ada di ruang publik semestinya memperhatikan konsep yang dibangun Arendt. Bahwasannya, sebagai salah satu komponen di ruang publik, media massa harus bertindak dan membicarakan hal-hal yang baik dan benar demi terciptanya ruang publik yang beradab dan bermartabat. Agar dengan demikian, media massa yang baik, benar dan berintegritas tidak menciptakan chaos di dalam ruang publik yang menjurus ke arah kehancuran kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanggalkan Intensi Incar Klik

Kita harus mengakui bahwa media massa saat ini sedang berusaha mengumpulkan viewers sebanyak mungkin. Viewers yang banyak dapat meningkatkan popularitas dan keuntungan ekonomis bagi media tersebut. Alhasil, tak dapat dimungkiri bahwa banyak media massa yang berusaha membungkus beritanya dengan judul yang menarik atau isi yang komprehensif.

Begitu pun sebaliknya. Tidak sedikit juga media yang berusaha menggaet para pembacanya dengan berita yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kenyataan. Yang penting berita tersebut dapat merangsang pikiran pembaca untuk mengklik dan membaca artikel di dalam media tersebut.

Berhadapan dengan situasi-situasi tersebut, kita perlu mengkritisi media-media yang sudah keluar dari jalurnya. Meskipun mereka sudah tahu dan pura-pura lupa, kita perlu menunjukkan kembali beberapa fungsi dari media massa sebagai media informasi dan komunikasi bagi masyarakat, di antaranya: Pertama, media informasi dan komunikasi berfungsi memberikan informasi kepada masyarakat.

Dalam fungsi ini terkandung suatu tuntutan bagi insan pers atau media massa untuk memberikan informasi yang benar sesuai dengan fakta yang terjadi, tanpa manipulasi. Kedua, media komunikasi dan informasi berfungsi untuk mendidik masyarakat karena memuat informasi yang mengandung pengetahuan.

Ketiga, media komunikasi dan informasi berperan penting dalam menghibur pembaca, pendengar maupun penonton. Keempat, media informasi dan komunikasi berperan untuk mengontrol, baik itu mengontrol jalannya suatu pemerintahan maupun untuk mengontrol keadaan masyarakat di dalam suatu negara (Florianus Geong, Akademika Vol. VII, No. I, 2011/2012).

Maka, media massa seharusnya menyadari fungsi-fungsi tersebut dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kesadaran terhadap fungsi-fungsi tersebut dapat membantu media massa untuk menanggalkan intensi incar klik. Biarkan pembaca yang menentukan kualitas, popularitas, dan kredibilitas dari media dengan senantiasa memperhatikan dan menjalankan fungsi-fungsi media secara baik dan benar. Tentunya, pembaca akan menaruh minat terhadap media-media yang berkualitas dan kredibel.

Dalam kaitannya dengan ruang publik, melalui media massa yang berkualitas dan kredibel, ruang publik yang beradab dan bermartabat akan tercipta. Media massa yang berkualitas dan kredibel dapat mewujudnyatakan cita-cita Arendt akan ruang publik yang menjadi dasar dari semua pendirian dan bentuk negara. Sebab, media massa yang berkualitas dan kredibel bergerak lurus dengan terciptanya ruang publik yang beradab dan bermartabat bagi semua komponen yang menghuni ruang publik.

Oleh karena itu, penulis berpesan agar setiap media massa dapat memacu diri untuk menjadi media yang kredibel, jujur, akurat dan bertanggung jawab di ruang publik, teristimewa di tengah situasi krisis seperti pandemi Covid-19 ini. Sebab, di tengah gempuran Covid-19, masyarakat di ruang publik membutuhkan informasi-informasi yang jelas, jujur, dan akurat untuk menghadapi Covid-19 ini dengan tenang dan bijak.

Maka, sebaiknya media massa mendahulukan esensi sejati media massa di ruang publik dan menanggalkan intensi incar klik demi keuntungan ekonomis semata dan popularitas semu. Agar dengan demikian, kehadiran media massa dapat sungguh-sungguh bermanfaat atau berpengaruh positif bagi semua kompenen yang ada di ruang publik, kini dan di masa yang akan datang.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya