The New Normal: Harus Bangkit dan Bertahan Menjalaninya

Beberapa waktu lalu, World Health Organization (WHO) melalui Direktur Kedaruratan, dr. Mike Ryan, menyampaikan informasi yang kurang menyenangkan: “virus corona mungkin tidak akan hilang”. Informasi tersebut membuat khawatir apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa sampai saat ini vaksin yang diharapkan dapat mengatasi virus Corona belum ditemukan.
Rasa optimisme yang disampaikan oleh para ahli melalui ramalan model statistik, yang semula yakin bahwa COVID akan berakhir Juli 2020 berubah menjadi keragu-raguan setelah mendengar apa yang disampaikan oleh WHO. Penambahan jumlah kasus baru yang setiap hari terus muncul meskipun kebijakan PSBB sudah diterapkan sejak beberapa waktu lalu, serta dengan melihat kenyataan bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini ikut terpuruk akibat pandemi COVID membuat kita berpikir, akan seperti apa kehidupan kita ke depan?
Hal tersebut di atas, mungkin menjadi alasan hingga akhirnya Jokowi mengeluarkan statement yang disampaikan melalui saluran Youtube Sekretariat Presiden “ Kita harus berkompromi dengan COVID, hidup berdampingan dan harus berdamai dengan COVID” (news.detik.com).
Pola Hidup Baru “The New Normal”
“Berkompromi dengan COVID” dapat dimaknai kita harus dapat beradaptasi dengan pola atau gaya hidup baru atau dikenal dengan istilah “The New Normal”. Yaitu dengan cara menjalani hidup kembali seperti sebelumnya tetapi dengan tetap berhati-hati karena virus corona selalu mengintai dan bisa kapan saja menjangkiti kita.
Pola hidup baru ini menuntut kita untuk bisa beradaptasi dengan mengubah cara berpikir, berperilaku, berhubungan atau berelasi di semua sendi kehidupan baik sosial, budaya, maupun ekonomi.
Semua aktivitas yang dilakukan harus diiringi dengan menjalankan protokol kesehatan yang benar dan harus penuh dengan disiplin, harus tetap menjaga jarak, menggunakan masker, mengurangi kontak fisik, selalu mencuci tangan, dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu merupakan protokol kesehatan yang harus kita terapkan.
Dampak Pandemi COVID
Sudah banyak menjadi bahan diskusi bahkan menjadi bahan kajian ilmiah bahwa pandemi COVID memberikan dampak ke dalam seluruh sendi kehidupan. Dampak sosial yang dirasakan diantaranya adalah perubahan perilaku individu yang ditandai dengan semakin seringnya melakukan aktivitas mencuci tangan, menggunakan masker, dan lain-lain. Begitupun perubahan perilaku masyarakat, aturan menjaga jarak membuat kehidupan sosial jadi terbatasi.
Dampak terhadap budaya yang sangat terasa saat ini adalah tidak adanya kegiatan mudik dan beberapa kegiatan tradisi lainnya di daerah, biasanya kegiatan tersebut rutin dilakukan pada saat bulan Ramadhan atau menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan alasan untuk pencegahan penyebaran virus Corona, pemerintah mengeluarkan aturan pelarangan mudik untuk ASN, TNI-Polri, dan pegawai BUMN di tahun ini.
Dampak terberat yang dirasakan adalah ekonomi. COVID membuat ekonomi terpuruk, pertumbuhan ekonomi melambat yang disebabkan perlambatan pada sektor-sektor yang mempunyai kontribusi besar dalam ekonomi, seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, akomodasi dan makan minum, serta transportasi.
Selain itu pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan meningkatkan jumlah pengangguran. Hal ini semakin memperparah kondisi ekonomi karena menyebabkan berkurangnya pendapatan yang berimbas kepada penurunan konsumsi rumah tangga.
Kreatif Kunci Bangkit dan Bertahan
Pemerintah mempunyai wacana berupa timeline atau skenario untuk menerapkan new normal di Indonesia yang dibuat dan dipresentasikan oleh Ekonom Senior Raden Pardede. Meskipun diakui Raden Pardede bahwa itu baru sebatas proposal saja (cnbcindonesia.com). Skenario dimulai dengan mengaktifkan kegiatan ekonomi secara bertahap mulai awal Juni.
Dimulai dengan mulai beroperasinya industri dan jasa bisnis di fase pertama; diikuti dengan pembukaan toko, pasar dan mall pada fase kedua; mengaktifkan kembali sektor pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah pada fase ketiga ; membuka kembali sarana tempat ibadah dan travelling ke luar kota pada fase keempat; hingga membuka seluruh kegiatan ekonomi pada fase kelima di akhir Juli 2020. Semua skenario yang dirancang tersebut tetap dengan memperhatikan dan menjalankan protokol kesehatan.
Kondisi new normal akan menuntut perubahan pada proses bisnis suatu aktivitas ekonomi. Yang sebelumnya interaksi fisik tidak dibatasi, kini interaksi fisik sangat diperhatikan dan dibatasi. Penggunaan teknologi informasi juga akan intens digunakan. Sangat dibutuhkan kreativitas untuk menjalankan kembali bisnis untuk bangkit dan tetap bertahan di tengah situasi pandemi COVID. Bentuk kreativitas seperti apa saja yang bisa membuat sektor ekonomi bertahan saat new normal?
Sektor pendidikan, aktivitas belajar mengajar yang selama ini identik dengan tatap muka secara langsung di kelas atau di ruangan, ternyata tidak selamanya harus berjalan secara konvensional. Proses belajar mengajar atau transfer ilmu dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan fasilitas media online atau tatap muka secara virtual.
Hal ini sudah gencar dilakukan mulai dari pemberian tugas-tugas sekolah yang dilakukan menggunakan media sosial sampai bentuk seminar-seminar yang dilakukan oleh para pakar melalui media web meeting online. Ke depannya hal ini bisa terus dikembangkan.
Pedagang-pedagang kecil baik bahan makanan atau makanan jadi, aktivitas jual beli tetap bisa berjalan dengan memanfaatkan media sosial. Cukup dengan menginformasikan apa saja yang dijual dan berapa harganya serta nomer kontak yang bisa dihubungi maka proses jual beli atau pemesanan dapat dilakukan dan barang dapat diantar langsung ke tempat pembeli.
Rumah makan dan restoran, sektor bisnis ini sangat terpukul akibat COVID. Efek dari pemberlakukan PSBB membuat masyarakat mengurangi konsumsi di rumah makan atau restoran. Tetapi dengan kondisi new normal dimana aktivitas ekonomi sudah dibuka kembali maka sektor ini bisa bangkit. Dengan tetap memberlakukan sistem take away ditambah merubah sedikit interior ruangan dengan tetap menerapkan aturan jaga jarak, sektor ini dapat Kembali bangkit.
UMKM, penggunaan masker akan menjadi trend baru untuk saat ini dan kedepannya. Hal ini memberikan peluang para UMKM untuk mengembangkan produk masker denga berbagai kretaifitas bentuk dan model. Ditandai dengan semakin maraknya penjualan hijab masker sebagai bukti bahwa kreatifitas pada UMKM sangat dibutuhkan untuk bisa bertahan.
Tempat wisata atau taman hiburan, dengan kondisi new normal yang masih diselimuti dengan rasa khawatir akan COVID, bisnis tempat wisata dapat dikembangkan dalam bentuk virtual. Mengingat bahwa harga tiket penerbangan pasti akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan membuat jumlah wisatawan akan berkurang drastis. Dengan model wisata virtual, masyarakat masih dapat menikmati dan melihat keindahan tempat wisata meskipun tidak secara langsung.
Sektor pemerintahan, proses bisnis sektor pemerintahan mengalami perubahan cukup signifikan dengan penerapan work from home. Walaupun aktivitas dilakukan dari rumah, tetapi hal ini tidak mengurangi produktivitas pegawai. Bahkan banyak pengeluaran negara yang bisa ditekan dan dihemat, seperti pengeluaran paket meeting atau rapat. Yang biasanya kegiatan ini membutuhkan anggaran yang sangat besar tetapi pada saat pandemik dapat dialihkan bentuk meeting secara virtual menggunakan web meeting online.
Beberapa contoh di atas adalah bentuk kreatifitas yang dapat dilakukan sektor ekonomi untuk tetap bertahan dan bangkit di era new normal. Seperti untaian pada kalimat bijak “Menyerah dan menyatu pada keterpurukan, maka hanya akan memperlambat jalan menuju sukses. Buka matamu, hadapi dunia, tunjukkan kamu mampu”. Selama ada kemauan pasti ada jalan. The show must go on. Bersama kita bangkit dari pandemi COVID-19.
Artikel Lainnya
-
140302/01/2022
-
40501/01/2024
-
21104/05/2024
-
Zuhud: Hakikat dan Makna Sebenarnya
70829/12/2022 -
308906/06/2020
-
Partai Politik dan Krisis Kepercayaan Publik
269409/09/2024