Mitigasi Perubahan Iklim: Mengurangi Daging Menyelamatkan Bumi

Dosen, Koordinator Penangangan Perubahan Iklim SDGs dan Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim UNP
Mitigasi Perubahan Iklim: Mengurangi Daging Menyelamatkan Bumi 14/10/2024 482 view Lainnya id.pngtree.com

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia di abad ke-21. Pemanasan global, naiknya permukaan laut, dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi merupakan dampak nyata dari peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang terus bertambah dari aktivitas manusia. Salah satu penyumbang terbesar dari emisi ini adalah sektor peternakan, terutama produksi daging. Lalu, bagaimana jika kita mulai dari langkah kecil untuk mengurangi emisi? Salah satunya adalah dengan mengurangi konsumsi daging, bahkan hanya satu hari dalam seminggu. Langkah sederhana ini ternyata dapat berdampak signifikan dalam mitigasi perubahan iklim.

Peternakan adalah salah satu kontributor utama emisi GRK, terutama melalui produksi metana (CH₄) dan nitrogen oksida (N₂O). Kedua gas ini memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar daripada karbon dioksida (CO₂). Sapi dan kambing, sebagai hewan ruminansia, menghasilkan gas metana dalam jumlah besar melalui proses pencernaan mereka. Metana yang dilepaskan oleh hewan-hewan ini 25 kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan global dibandingkan CO₂.

Selain itu, peternakan juga memerlukan lahan yang sangat luas, yang seringkali didapat dengan cara membuka hutan melalui deforestasi. Hilangnya hutan menyebabkan berkurangnya kapasitas bumi untuk menyerap karbon, memperparah peningkatan GRK di atmosfer. Daging sapi, khususnya, dikenal sebagai salah satu produk dengan jejak karbon tertinggi di antara semua jenis makanan.

Bayangkan jika setiap orang mengurangi konsumsi daging satu hari dalam seminggu. Meskipun terdengar seperti perubahan kecil, dampaknya terhadap lingkungan cukup besar. Berdasarkan estimasi, rata-rata orang yang mengikuti pola makan standar mengkonsumsi sekitar 205 gram daging per hari. Setiap kilogram daging yang diproduksi menghasilkan sekitar 20 kg CO₂ ekuivalen (CO₂e). Jika kita tidak makan daging satu hari dalam seminggu selama setahun, kita bisa mengurangi konsumsi daging sebanyak 10,66 kg, yang setara dengan pengurangan emisi sekitar 213 kg CO₂e per orang setiap tahunnya.

Sebagai perbandingan, emisi ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan mobil selama perjalanan sejauh 850 kilometer. Jika satu juta orang melakukan hal ini, pengurangan emisi mencapai 213.000 ton CO₂e setiap tahunnya. Ini setara dengan menghilangkan emisi lebih dari 45.000 mobil selama satu tahun!

Mengurangi konsumsi daging dan beralih ke diet yang lebih berbasis tumbuhan tidak hanya mengurangi emisi GRK, tetapi juga membawa manfaat lain untuk lingkungan seperti, pertama, penghematan air. Produksi daging, terutama daging sapi, memerlukan air dalam jumlah yang sangat besar. Untuk setiap kilogram daging sapi yang dihasilkan, dibutuhkan sekitar 15.000 liter air. Dengan mengurangi konsumsi daging, kita juga dapat mengurangi tekanan pada sumber daya air.

Kedua, mengurangi deforestasi. Kurangnya permintaan terhadap daging berarti lebih sedikit lahan yang diperlukan untuk peternakan, sehingga kita dapat memperlambat laju deforestasi dan mempertahankan hutan-hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami.

Ketiga, mengurangi polusi air. Peternakan intensif dapat mencemari sumber air dengan pupuk, kotoran ternak, dan bahan kimia lainnya. Dengan mengurangi produksi daging, kita juga mengurangi potensi polusi air.

Mengubah pola makan, bahkan sedikit saja, bisa menjadi langkah penting untuk mitigasi perubahan iklim. Kampanye seperti Meatless Monday telah menjadi gerakan global yang mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi daging hanya satu hari dalam seminggu. Langkah kecil ini adalah bentuk kontribusi nyata yang bisa dilakukan oleh setiap individu tanpa harus sepenuhnya mengubah gaya hidup.

Selain itu, pola makan berbasis tumbuhan juga membawa manfaat bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa diet kaya sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Jadi, tidak hanya menguntungkan lingkungan, langkah ini juga membawa dampak positif bagi kesehatan tubuh.

Dengan populasi dunia yang terus bertambah, kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Produksi daging dalam skala besar tidak hanya memberi tekanan pada lingkungan, tetapi juga tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Beralih ke pola makan yang lebih ramah lingkungan, seperti diet berbasis tumbuhan, adalah salah satu cara untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam.

Mengurangi konsumsi daging, bahkan hanya satu hari dalam seminggu, dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Ini adalah tindakan kecil dengan potensi dampak besar, terutama jika dilakukan oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Perubahan iklim adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama, dan setiap langkah kecil yang kita ambil dapat membuat perbedaan. Dengan tidak makan daging satu hari dalam seminggu, kita bisa berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca, mengurangi deforestasi, dan menghemat sumber daya air. Selain itu, langkah ini juga membawa manfaat kesehatan bagi diri kita sendiri.

Tidak ada tindakan yang terlalu kecil dalam upaya menjaga bumi. Jadi, mulai dari hari ini, mari kita lakukan langkah kecil untuk mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi konsumsi daging—satu hari dalam seminggu bisa menjadi awal dari perubahan besar.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya