Mengenal Iri Hati Bersama Thomas Aquinas

Mahasiswa
Mengenal Iri Hati Bersama Thomas Aquinas 24/10/2023 384 view Lainnya thekaleidoscopedesigns.com

Pernahkah kamu merasa iri hati? Saya pikir semua orang pasti pernah merasakan perasaan tersebut. Seseorang pernah mengatakan "Iri hati itu dosa yang mungkin agak berbeda dari yang lain. Umumnya kita mendapatkan kesenangan akan dosa, tetapi iri hati justru membuat kita merasakan duka di dalam jiwa."

Di era digital, saat semua hal menjadi terhubung, kita dapat dengan mudah untuk melihat apa yang terjadi di sana-sini. Cukup dengan memainkan telepon pintar di tangan, kabar seorang teman yang jaraknya ribuan mil jauhnya dapat diketahui dengan mudah.

Saat media sosial muncul, kita sekarang hidup dalam dua dunia: maya dan nyata. Kita hadir dalam dunia nyata. Namun, dunia maya? Dunia maya mungkin agak berbeda atau bahkan seratus delapan puluh derajat dari dunia nyata. Tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang ditampilkan di dunia maya dapat digunakan sebagai panggung pertunjukan untuk menampilkan pencapaian yang telah dicapai.

Melihat semua ini, pada akhirnya membuat kita tanpa sadar berpikir, "Andai aku pun seperti dia," atau, "Aku harap bisa memiliki apa yang dia punya." Maka, kita terjatuh dalam iri hati; membandingkan seperti ini. Kemudian, hal ini membuat kita kian hari semakin berpikir untuk hidup dalam persaingan semu yang tidak berujung.

Iri hati adalah perasaan negatif yang sering terjadi pada manusia. Ini dapat muncul ketika seseorang merasa tidak puas dengan apa yang telah mereka capai atau ketika mereka cemburu terhadap apa yang telah dicapai orang lain. Jika tidak diatasi dengan bijak, perasaan ini dapat merusak hubungan dan kesejahteraan mental seseorang. Oleh karena itu, dari pandangan Thomas Aquinas yaitu seorang filsuf besar dari abad pertengahan, kita dapat belajar banyak tentang iri hati dan cara menanganinya.

Dalam karya terkenalnya Summa Theologiae, Thomas Aquinas memberikan penjelasan menarik tentang iri hati. Dia menjelaskan dengan kembali melihat sifat alamiah manusia yang mana merupakan makhluk yang mengagumi dan mencintai kebaikan. Hal ini tidak terkecuali dengan kebaikan yang dimiliki orang lain.

Mungkin kita ingat bahwa ada saat-saat di mana kita membandingkan diri dengan teman yang sudah menikah lebih awal daripada kita atau mungkin kita membandingkan diri dengan kolega yang mengunggah pencapaiannya. Seperti yang dijelaskan Thomas Aquinas, keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain berasal dari diri kita sendiri, bahkan tanpa kita sadari.

Aquinas menyarankan beberapa cara untuk mengatasi iri hati. Pertama, ia mengajak orang untuk merenungkan dan menghargai karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka. Ia berpendapat bahwa setiap orang memiliki peran dan tujuan yang berbeda dalam kehidupan mereka, dan berfokus pada pertumbuhan diri dan menerima karunia yang diberikan Tuhan dapat membantu mengatasi rasa iri hati.

Selain itu, Aquinas juga menekankan pentingnya kebajikan moral dalam mengatasi iri hati. Ia berpendapat bahwa kebajikan seperti kemurahan hati, kerendahan hati, dan sukacita dalam keberhasilan orang lain dapat membantu seseorang mengatasi perasaan iri hati. Dengan mengembangkan kebajikan-kebajikan ini, seseorang dapat membangun hubungan yang sehat dengan orang lain dan merasa lebih bahagia dengan diri sendiri.

Jika kita mempertimbangkan sifat alami manusia, keinginan untuk kebaikan pada dasarnya adalah wajar dan dapat membuat kita termotivasi untuk melakukan kebaikan dalam diri kita sendiri. Namun, ketika keinginan tersebut berubah menjadi rasa benci dan iri, itu akan menjadi sesuatu yang berbeda dan merusak. Kita menjadi tersiksa karena hal-hal yang tidak kita miliki. Akibatnya, ini seharusnya meningkatkan kesadaran kita.

Pandangan Thomas Aquinas tentang iri hati mengajarkan kita bahwa perasaan ini dapat diatasi dengan merenungkan karunia-karunia yang telah diberikan kepada kita, mengembangkan kebajikan moral, dan menghargai keberhasilan orang lain. Dengan mengikuti ajaran ini, kita dapat berjuang melawan iri hati dan mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dan berarti.

Iri hati itu kesia-siaan. Bahkan menjadi sebuah dosa yang hanya membawa kesedihan untuk diri kita. Iri hati hanya dapat diatasi dengan memiliki pemahaman yang bijaksana mengenai apa yang baik. Sebab kebaikan untuk orang lain adalah terbaik untuknya, tetapi belum tentu kebaikan itu adalah yang terbaik untuk kita. Setiap orang punya hal terbaik untuk diri mereka masing-masing.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya