Kisah Hidup Pythagoras Dan Ajaran Metempsikosis

Mahasiswa
Kisah Hidup Pythagoras Dan Ajaran Metempsikosis 11/12/2022 2241 view Agama pixabay.com

Pyhtagoras adalah seorang filsuf yang ahli dalam bidang matematika. Usahanya dalam menemukan Teorema Pythagoras membuat dirinya dikenal di seluruh dunia. Salah satu Teorema Phytagoras yang dikenal dalam dunia matematika adalah tentang geometri. Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang Pythagoras alangkah lebih baiknya kita mengetahui tentang riwayat hidup Pythagoras. Pythagoras lahir di Samos, Aegea Utara di Yunani pada tahun 570 SM. Sebagai seorang yang terlahir dari keluaraga pedagang Pythagoras dari kecil sudah memiliki jiwa yang optimis dan semangat yang tiada henti, hal ini dapat kita lihat dari semangat belajarnya kepada Thales dan Pherekydes dan bahkan Pythagoras pada tahun 535 SM dia merantau ke Mesir demi untuk menuntut ilmu pengetahuan dan juga di Mesir inilah Pythagoras banyak mempelajari ilmu tentang astronomi, logistik, dan geometri.

Setelah berkelana untuk menuntut ilmu selama kurang lebih 15 tahun, Pythagoras memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya yaitu sekitar pada tahun 518 SM dan mendirikan sebuah sekolah di Croton yang berada di Italia Selatan dan di sinilah Pythagoras banyak mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat sekitar karena nilai-nilai yang diajarkan oleh Pythagoras diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar. Para pengikut Pythagoras ini disebut dengan Phytagorean.

Dalam riwayat hidupnya Pythagoras banyak menyibukkan diri dengan mengajar dan menyebarluaskan pemikirannya. Tetapi, ada sumber lain mengatakan bahwa pada tahun 513 SM, Pythagoras meninggalkan Croton dan pergi ke Delos dengan tujuan untuk merawat gurunya yaitu Pherekydes dan setelah Pherekydes meninggal Pythagoras memutuskan untuk menetap di Delos hingga akhir hayatnya.

Selain terkenal dengan teorema segitiga siku-siku atau lebih dikenal dengan Teorema Pythagoras, Pythagoras juga terkenal dengan ajaran Metempsikosis, yaitu ajaran yang menyakini bahwa setiap jiwa itu abadi, dan setelah jiwa tersebut mati, maka jiwa tersebut akan masuk ke tubuh yang baru. Sebenarnya ajaran Pythagoras ini hampir sama dengan ajaran agama Hindu yang menyakini bahwa setelah manusia mati maka manusia tersebut akan bereinkarnasi.

Menurut Pytahagoras setelah manusia mati maka manusia tersebut akan bermigrasi ke tubuh yang baru, dan tubuh baru yang ditempati oleh manusia tidak hanya tubuh manusia saja tetapi juga bisa tubuh hewan. Pythagoras juga memiliki keyakinan bahwasannya segala sesuatu dengan jiwa harus dianggap serupa. Ada sebuah cerita yang menyakini bahwasannya Pytagoras memang sangat mempercayai akan adanya reinkarnasi atau Metempsikosis. Pada suatu ketika Pythagoras melihat ada sebuah anak anjing dipukul oleh seorang lelaki dan pada saat itu Pythagoras mencegahnya dan dia berkata “ Berhentilah, jangan terus memukulnya, karena di dalam jiwa anak anjing tersebut ada jiwa seorang lelaki yang menyayangiku dan dia mengenaliku”. Pythagoras berkata seperti itu sambil mengasihani anak anjing tersebut.

Dengan adanya ajaran Metempsikosis ini juga memunculkan praktik vegetarianisme Pythagoras dan juga munculnya Pythagorasisme. Munculnya praktik vegetarianisme ini juga berhubungan dengan ajaran Metempsikosis, karena dalam praktik vegetarianisme ini Pythagoras menolak untuk memakan kacang fava. Adanya penolakan dari Pythagoras untuk memakan kacang fava karena dia yakin bahwa kacang fava berpotensi menjadi tempat bagi jiwa orang yang sudah mati, hal ini disebabkan karena bentuk dan tekstur dari kacang fava yang serupa seperti daging, bunga kacang fava yang berbintik hitam dan batang yang berongga juga menghubungkan bumi dengan hades dan jika memakannya maka akan menjadi bentuk dari kanibalisme. Ada teori lain yang mengatakan bahwasannya Pythagoras enggan untuk memakan kacang fava karena dia beranggapan bahwa kacang fava menyerupai janin, kepala manusia, dan alat kelamin pria dan wanita. Banyaknya teori yang bermacam-macam menggaris besarkan bahwa Pythagoras dan pengikutnya menolak untuk memakan kacang. Tetapi, karena sangat tidak maunya Pytyhagoras untuk memakan kacang, kematian Pythagoras juga tidak jauh-jauh dari kacang fava. Dimana dikisahkan bahwasannya pada waktu itu ada seorang anak bangsawan yang ingin bergabung dengan pengikut Pythagoras tetapi Pythagoras menolaknya dan tidak memberi kesempatan kepada anak bangsawan ini. Karena rasa murkanya kepada Pythagoras yang menolak dia untuk menjadi pengikutnya, anak bangsawan ini membuat penduduk untuk melawan Pythagoras dan perlawanan ini mengarah kepada pembantaian dan hanya sedikit yang dapat melarikan diri dari pembantaian ini dan Pythagoras termasuk salah satu yang lolos dari pembantaian ini tetapi hanya bersifat sementara saja. Karena, pada saat ia berlari dari pembantain tersebut dan dia tiba di dekat ladang kacang fava, Pythagoras tidak dapat menginjak-nginjak kacang tersebut karena hal ini ada hubungan dengan ajarannya sehingga sampai pada akhirnya Pytahgoras tertangkap oleh musuhnya dan Pythagoras ditikam sampai mati.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya