Invasi Konten Vulgar di Tik Tok dan Ancaman Lost Generasi

Invasi Konten Vulgar di Tik Tok dan Ancaman Lost Generasi 09/03/2022 2097 view Pendidikan pixabay.com

Yuval Noah Harari dalam bukunya yang fenomenal, “ Pembelajaran untuk Abad 21” menekankan bahwa kemajuan Artificial Intelligence sudah sampai ditahap menakutkan. Dia memprediksi bahwa suatu saat manusia akan dijajah oleh teknologi AI ini.

Selanjutnya Harari menekankan bahwa tidak ada satupun ketrampilan yang bisa dan benar-benar dipersiapakan untuk mempredikasi bagaimana siswa-siswa menghadapi tahun-tahun yang akan datang. Semua serba tidak pasti atau Uncertainty.

Kita sudah melihat ada banyak pekerjaan yang hilang begitu saja setiap kali revolusi di bidang industri berganti. Mulai dari revolusi 1.0 hingga 4.0 saat ini. Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang mapan tiba-tiba sirna tanpa bekas dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah terbayangkan menjadi sesuatu yang nyata terpampang di depan mata. Sebut saja kasir bank, manajer, pekerja-pekerja konstruksi dan sektor-sektor jasa menjadi pekerjaan yang terancam dan bahkan sudah hilang bersama dengan munculnya pekerjaan konten media yang dahulu tidak dianggap sebagai sebuah pekerjaan.

Revolusi digital alogaritma dan blokchain membuat yang nyata menjadi tidak nyata dan yang tidak nyata menjadi nyata. Kecepatan teknologi sudah tidak bisa digambarkan lagi dengan kata-kata. Setiap kali kita membuka mata maka disrupsi di segala bidang berlangsung dengan kecepatan yang tidak bisa diprediksi. Terakhir kali kita semua dihebohkan oleh metaverse atau dunia virtual tempat masa depan manusia.

Kemjuan teknologi juga dibarengi dengan banyaknya dampak negatif yang menyertainya. Salah satunya adalah platform yang bernama TikTok.

Baru dua minggu saya memasang aplikasi TikTok. Tujuannya adalah untuk membuat konten pendidikan. Saya mendapati bahwa aplikasi ini teryata tidak memiliki filter untuk melakukan intervensi atas video-video yang tidak mendidik, dan merusak. Tidak seperti youtube, yang menerapkan protokol ketat atas video yang diposting, di TikTok video apapun bebas diposting di aplikasi yang sangat populer ini. Sebagai praktisi pendidikan saya berani mengatakan aplikasi ini berbahaya untuk moral generasi muda. Jumlah pemakai Tik Tok di Indonesia pada tahun 2021 adalah 92,2 juta, di Asia Tenggara 240 juta. Pengguna TikTok 42 persen di dominasi oleh generasi Z dengan rentang umur di kisaran 18-24 tahun.

Manusia menyerap informasi dengan memakai indra pendengar, dan penglihatan. Pada aplikasi TikTok, penglihatan kita sudah dipaksa untuk melihat banyak hal-hal negatif dan vulgar. Alasan klasik bahwa aplikasi apapun akan menjadi berguna di tangan orang baik, tidak berlaku untuk TikTok. Contohnya saja, meskipun sebagai pengguna kita tidak mengikuti konten-konten negatif, konten-konten akan muncul di beranda kita. Penjelasan sederhananya seperti ini, biasanya jika saya suka konten pendidikan, maka begitu saya membuka internet yang pertama kali muncul adalah konten-konten pendidikan karena alogaritma yang dipakai di internet sudah menyimpan histori saya dan mengenali saya sebagai orang yang kerap mencari dan memposting konten pendidikan, namun di TikTok tidak demikian adanya konten apapun akan muncul di beranda kita sehingga jika generasi muda yang belum mempunyai filter yang bagus terpapar setiap hari maka otomatis akan memikirkan hal-hal negatif juga yang merampas produktifitas mereka. TikTok ibarat hutan belantara yang menyimpan banyak bahaya di dalamnya. Konten-konten vulgar dan negatif, bukan hal sepele yang bisa diabaikan begitu saja.

Penelitian membuktikan bagaimana kejahatan karena video-video tidak senonoh kerap memicu kriminalitas. Beberapa studi membuktikan kecanduan konten vulgar akan merusak otak. Terlalu sering atau secara teratur menonton film atau video vulgar dapat membuat volume otak di daerah striatum mengalami penyusutan. Striatum merupakan daerah di otak yang berkaitan dengan motivasi. Ahli Bedah Otak dari AS, Dr. Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit, karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak pendek kata merusak otak.

Terjadi perubahan perilaku ketika seseorang terpapar konten-konten vulgar lewat mata ke otaknya. Dr. Mark Kastelmen bahkan secara ekstrem memberi terminologi bahwa mengkonsumsi konten-konten vulgar, ibarat mengkonsumsi narkoba dan diistilahkannya dengan visual cocain atau narkoba lewat penglihatan. Bagian otak yang paling dirusak adalah pre frontal cortex (PFC) yang membuat seseorang menjadi kacau, tidak fokus, susah melakukan perencanaan, tidak dapat mengendalikan emosi, serta lemah dalam mengambil keputusan dan kemampuan otak lainnya.

Menurut Dr. Gary Lynch bahwa seseorang apabila terpapar dan melihat video vulgar dalam waktu setengah detik saja, maka dalam waktu lima sampai sepuluh menit akan menghasilkan perubahan struktural yang dapat merusak otak. Hal inilah yang menyebabkan video vulgar bisa merusak otak.

Tahun 2020 TikTok melaporkan telah menghapus 49 juta konten porno. Bisa dibayangkan? Sebelum dihapus pihak TikTok konten-konten itu ada diaplikasi yang digandrungi generasi muda itu. Mereka bebas mengaksesnya setiap hari. Beberapa negara seringkali memblokir platform ini. Dengan model generasi muda yang terancam kerusakan otak akibat konten-konten negatif tadi, maka sudah saatnya mengkhawatirkan bonus demografi berubah menjadi bencana demografi. Ancaman lost generasi di depan mata. Pemerintah sepertinya sudah harus memikirkan kembali opsi memblokir platform ini.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya