HARKITNAS: Semangat Nasionalisme Dan Integrasi Nasional

Mahasiswa Fakultas Pontifical Teologi (Filsafat Keilahian) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
HARKITNAS: Semangat Nasionalisme Dan Integrasi Nasional 20/05/2020 3836 view Lainnya beritabaik.id

Setiap tanggal 20 Mei Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memperingati Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS). Ir. Soekarno mencetuskan lahirnya Hari Kebangkitan Nasional sebagai hari bangkitnya nasionalisme. 20 Mei sendiri dipilih dari hari lahir Budi Utomo yang merupakan simbol untuk menggambarkan bagaimana Bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan para penjajah. Sayangnya, di tahun ini peringatan kebangkitan itu harus dirayakan di tengah perang melawan kolonialisasi baru, virus corona (covid-19).

Sudah hampir tiga bulan bangsa Indonesia kini di bawah jajahannya. Segala aspek kehidupan yang menopang kehidupan berbangsa dan bernegara melemah. Hampir semua sektor dijarah, ekonomi, sosial, agama, politik, kesehatan, bahkan hukum menjadi berantakan, seakan semuanya harus tunduk di bawah kedigdayaannya.

Segala upaya perlawanan telah dilakukan, namun hingga kini masih belum ada tanda-tanda bahwa perlawanan itu membuahkan hasil. Kenyataannya ‘para kolonial/penjajah’ tersebut masih tetap eksis dan berhasil menyebar ke seluruh Provinsi di Indonesia dan telah memakan banyak korban.

Dalam laporan Kementerian Kesehatan RI, per tanggal 18 Mei 2020 jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Indonesia menjadi 18.010 kasus dengan 4.324 pasien sembuh dan 1.191 meninggal. Sebelumnya yang terkonfirmasi positif 17.514 orang.

Jumlah korban semakin meningkat tiap hari. Data ini menunjukan bahwa upaya pemerintah Indonesia dan segenap warganya dalam manangani wabah Virus Corona belum maksimal ketimbang beberapa negara lain yang saat ini sudah cukup aman, seperti China, Vietnam, dan Italia.

Berbagai cara dan upaya dari pemerintah pusat sampai daerah dikerahkan, dengan mengeluarkan berbagai macam kebijakan, meningkatkan sikap solidaritas sosial, empati, sebagai bentuk perjuangan demi kebaikan bersama (bonum commune). Akhir-akhir ini aksi bersolider, gotong royong, berdonasi dengan mereka yang membutuhkan sudah bertumbuh dengan baik di masyarakat.

Dilansir dari (Kompas.com,18/05/2020) situs penggalangan dana dalam jaringan, Kitabisa.com, mencatat, penggalangan dana untuk membantu penanganan covid-19 terkumpul lebih dari Rp 140 miliar dari sekitar 2 juta donatur dan itu sudah tersalurkan dengan baik.

Di Ibu Kota, solidaritas sesama muncul dari banyak kalangan. Salah satunya Azka Putri (27), pegawai perusahaan swasta. Dia tergerak berdonasi kebutuhan bahan pokok bersama sejumlah temannya di Jakarta Timur dan Bekasi, Jawa Barat dan masih banyak aksi lainnya. Fenomena ini semakin membuktikan bahwa kedemawanan warga Indonesia semakin teruji.

Mirisnya bahwa di tengah perjuangan bersama melawan kolonialisasi baru ini (covid-19) yang tak kunjung usai, masih ada sebagian warga negara yang apatis, tidak responsif, bahkan menciptakan situasi yang semakin keruh. Sikap apatis dan tidak responsif ini nampak dalam berbagai macam bentuk tindakan yang dilakukan baik secara personal maupun komunal, mulai dari, pelanggaran protokol pemerintah (PSBB), penyebaran berita bohong, tindakan kekerasan, diskriminasi, sentimen keagamaan, isu SARA, dan masih banyak lagi.

Bergesernya makna Hari Kebangkitan Nasional saat ini sangat terasa dengan adanya berbagai peristiwa tersebut yang begitu menyakitkan dan mengoyakan persatuan dan kesatuan bangsa. Hujat menghujat, sentimentalitas, hoaks dan lain sebagainya apalagi di tengah wabah virus corona yang mengancam kemanusiaan dan kebangsaan semakin memperburuk situasi.

Etika dan moral bangsa sedikit demi sedikit mengalami degradasi. Hal ini disebabkan oleh prilaku beberapa anak bangsa yang tidak menyadari betapa pentingnya semangat persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa. Hal ini membuat rasa nasionalisme bangsa pudar, integrasi nasional dipertanyakan.

Atmosfir hidup kebangsaan seperti ini tentu saja dengan mudah menghalangi serta melemahkan usaha bersama dalam memerangi para kolonial baru tersebut. Perjuangan menjadi sia-sia dan para penjajah semakin berjaya. Indonesia untuk sementara waktu gagal dalam menekan laju penyebaran virus corona. Kegagalan dalam petempuran ini kembali menyadarkan kita akan pentingnya membangun semangat kesatuan dan persatuan, rasa nasionalisme dan integrasi nasional.

Semangat Nasionalis

Hari Kebangkitan Nasional lahir dari nilai pemersatu Bangsa Indonesia. Hari di mana bangkitnya nasionalisme. Semangat HARKITNAS tentu juga harus kita rayakan dengan sikap dan semangat nasionalis yang baru yang dapat menumbuhkan rasa kesatuan bangsa.

Sejarah kebangkitan nasional membuat kita kembali menerawang pada masa lalu tepatnya memasuki awal abad ke-20. Bangsa Indonesia memulai tahapan baru dalam perjuangan penuh makna dalam melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda dalam segala bidang kehidupan.

Masa-masa penuh romantika dahsyat sejarah itu, rupanya sekarang terulang lagi dalam “jelmahan” yang baru. Lantas, bagaimana kita memaknai Hari Kebangkitan Nasional ditengah pandemi covid-19 yang sedang menjajah bangsa kita hari ini?

Dalam situasi dan cara penjajahan yang baru ini, sikap nasionalis itu sangat dibutuhkan, namun tidak lagi dengan mengangkat senjata, melainkan dengan cara yang baru dan kreatif, seperti meningkatkan sensitivitas dan solidaritas sosial, mengikuti himbauan atau protokol pemerintah, menghindari penyebaran berita bohong, sikap toleran yang konstan, menghilangkan sikap egoisme dan menjadi relawan kemanusiaan.

Saling menghujat, saling menghina, saling memojokan sudah sepatutnya dihentikan. Karena pada dasarnya Hari Kebangkitan Nasional yang digagas oleh para pendiri negara ini bertujuan untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa, untuk menjadi bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Hari kebangkitan nasional tidak hanya menjadi sebuah jargon saja, tetapi dimaknai sebagai hari bersejarah bagi bangsa ini yang mempunyai nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.

Bangun Integrasi Nasional

Dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa diperlukan suatu integrasi nasional. Integrasi nasional adalah proses penyesuaian dan penyatuan unsur-unsur kebudayaan Indonesia yang beragam hingga terwujudnya persatuan dan kesatuan serta rasa senasib dan sepenanggungan (Kemdikbud RI).

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk (plural society) dengan corak masyarakat Bhineka Tunggal Ika. Di tengah perlawanan terhadap pandemi virus corona, kondisi masyarakat yang plural di satu sisi adalah rahmat tetapi di sisi lain juga dapat menjadi ancaman.

Pemahaman pluralitas sebagai rahmat adalah keberanian untuk menerima perbedaan. Perbedaan sikap dan persepsi dalam memerangi pandemi ini mustinya tidak menimbulkan perpecahan melainkan persatuan, maka dari itu diperlukan semangat integrasi nasional.

Semangat integrasi nasional dalam perlawanan terhadap covid-19 ini, harus senantiasa dibangun atas dasar rasa senasib dan seperjuangan, adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Perjuangan kita saat ini dalam aneka cara merupakan bagian dari sumbangsih dan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang dilandasi atas dasar cinta tanah air.

Saya yakin bahwa kesadaran akan semangat nasionalisme dan spirit integrasi nasional yang terjalin dengan baik antar segenap warga negara Indonesia, pertempuran kita melawan penjajah baru (covid-19), akan berhasil. Pemerintah sebagai fasilitator harus lebih sigap dan cekat mendorong masyarakat agar dapat tercipta masyarakat politik yang dibayangkan (imagined political community) yang memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yang kental dan memiliki identitas kebangsaan. Dengan itu, yaknilah kita akan bebas dan merdeka.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya