Tetap Menjadi Pahlawan Pendidikan di Tengah Pandemi
Hari ini adalah hari yang spesial khususnya bagi para guru karena hari ini (Rabu, 25 November 2020) diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Dan sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin terlebih dahulu mengucapkan Selamat Hari Guru bagi para guru yang ada di Indonesia. Semoga pendidikan di Indonesia terus bergerak maju untuk menghasilkan putra-putri bangsa yang cerdas dan berdaya saing. Amin.
Untuk turut merayakan hari guru tahun ini, saya ingin menghadirkan sebuah tulisan sederhana sebagai bentuh hormat dan penghargaan bagi para guru yang tetap berjuang mencerdaskan bangsa meski dilanda pandemi.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tahun 2020 ini menjadi tahun yang sulit bagi negara kita akibat munculnya pandemi Covid-19. Pandemi ini telah secara masif merubah situasi sosial masyarakat di seluruh negara di dunia dengan membatasi berbagai aktivitas kehidupan termasuk sektor pendidikan.
Pendidikan di Indonesia sudah sejak awal kemerdekaan bahkan sebelum kemerdekaan, menerapakan pendidikan tatap muka langsung atau yang era sekarang lebih dikenal sebagai pendidikan offline. Meski ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan pendidikan secara online, namun implementasi kebijakan ini dilakukan secara terbatas dan dalam situasi yang mengharuskan dijalankannya pendidikan secara online.
Karena pelaksanaan pendidikan secara online sebelum pandemi ini terbatas, sebagian besar elemen pendidikan sejak awal tidak diperbiasakan untuk menjalankan pendidikan secara online. Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, secara mendesak pendidikan di Indonesia terpaksa dirombak secara besar-besaran guna mendukung upaya pemutusan rantai penyebaran Covid-19, termasuk peralihan proses pendidikan dari yang secara offline menjadi secara online.
Seperti yang sudah diprediksi oleh berbagai pihak bahwa kebijakan proses pendidikan secara online akan menyulitkan semua pihak. Baik peserta didik maupun guru dan pegawai akan menerima beban lebih yang sebagian besar diakibatkan gagap teknologi.
Bagi para siswa mungkin akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan ini, namun tidak untuk para guru. Para siswa saat ini tidak lagi kesulitan mengakses teknologi karena perkembangan zaman yang begitu cepat didukung oleh respon pemerintah menyikapi perubahan zaman dengan membangun berbagai fasilitas jaringan. Meski pembangunan tidak menyasar semua wilayah, namun sebagian besar wilayah di Indonesia sudah terjamah pembangunan dimaksud.
Hampir semua anak di Indonesia sudah bergaul dengan yang namanya teknologi khususnya pada penggunaan media sosial. Meski smartphone tidak semuanya dimiliki oleh para siswa namun hemat penulis, paling tidak perkembangan teknologi sudah diketahui hampir oleh semua siswa khususnya perkembangan media sosial. Hal inilah yang memudahkan para siswa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi saat ini.
Kemudahan penyesuaian diri para siswa berbanding terbalik dengan para guru. Tidak diperbiasakannya para guru menggunakan peralatan teknologi menjadi faktor utama para guru kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi pandemi. Tidak diperbiasakannya para guru dengan peralatan teknologi memang bukan tanpa sebab. Berbagai kemudahan teknologi saat ini khusunya teknologi jaringan online hadir secara pesat pada beberapa tahun belakangan dan bukan pada masa ketika para guru masih anak-anak.
Beberapa guru muda saat ini memang turut menyicipi kehadiran teknologi, terutama pada masa awal kehadiran smartphone. Guru-guru muda ini jumlahnya tidak sebanding dengan guru-guru yang sudah berumur, kehadiran mereka juga tidak mampu secara dominan memberi efek langsung pada guru lain. Karena itulah penyesuaian diri para guru menjadi lebih sulit dibandingkan para murid.
Guru tetaplah guru, mereka tetaplah pahlawan pendidikan meski di tengah pandemi. Bukan pahlawan pendidikan namanya jika kalah dengan situasi, terlebih lagi kalah dengan diri sendiri. Meski terhalang banyak hambatan, para guru tetap berusaha memenuhi tanggung jawabnya dengan mengupayakan berbagai cara demi cintanya pada pendidikan.
Para guru yang kesulitan dalam mengoperasikan smartphone dan komputer tidak malu untuk belajar dari guru lain bahkan dari para siswa. Kemampuan mereka dalam mengoperasikan smartphone dan komputer terus ditingkatkan. Peserta didik yang mengalami kesulitan mengakses teknologi karena kepemilikan alat untuk akses ataupun karena minimnya fasilitas, oleh guru para peserta didik ini dikunjungi secara langsung ke rumah-rumah meski harus menempuh puluhan kilometer dengan medan yang berat.
Peserta didik yang kesulitan dalam perekonomian khususnya pada pembelian paket internet, dibanttu para guru melalui berbagai bantuan dalam bentuk uang maupun paket internet secara langsung. Proses pembelajaran pun disederhanakan sesuai situasi dan kondisi sosial, ekonomi, dan geografis suatu daerah. Selain beberapa upaya yang saya sebutkan, masih banyak tindakan mulia para guru untuk menyelamatkan pendidikan di Indonesia pada masa pandemi.
Setiap hari dinamika kehidupan sektor pendidikan terus mengalami perubahan sebagai akibat adanya pandemi. Guru diharusakan mencari cara terbaik yang efektif dan efisien untuk menjawab setiap persoalan yang menyangkut proses pendidikan. Terkadang dalam keterbatasan pengetahuan dan teknologi, guru tidak menyerah terhadap keadaan karena kecintaannya pada pendidikan negeri ini. Tanggung jawab besar bangsa ini ada di tangan para guru, itulah sebabnya mau tidak mau segala cara harus mereka buat sehingga proses pendidikan tetap berjalan.
Di akhir tulisan ini, saya ingin mengutip sebuah pepatah yang mencerminkan ketulusan guru untuk melahirkan orang-orang hebat. Guru bukanlah orang hebat, namun dibalik orang-orang hebat ada jasa seorang guru.
Artikel Lainnya
-
157511/05/2020
-
1080220/05/2020
-
22819/03/2025
-
Potensi Menurunya Etika Dalam Masa Kampanye Pesta Demokrasi
65110/01/2024 -
Karena Ahmadiyah dan Syiah Adalah Warga Negara
194207/01/2021 -
Bahaya Pseudo-Populism Ala Prabowo
7701/10/2025
