Siapkah Manusia Bersaing Dengan Algoritma?
Sebelum era komputer sebenarnya kehidupan kita sudah dilingkupi oleh apa yang sekarang disebut algoritma. Mengerjakan sesuatu hal tak mungkin bisa lepas dari urutan-urutan proses. Itulah prinsip dari algoritma. Urutan dan keteraturan proses. Misalnya saat mandi: membawa perlengkapan mandi (handuk, sabun, sampo, odol dan sikat gigi), menuju ke kamar mandi, mengunci pintu, membuka pakaian, kemudian mulai mengguyur air ke permukaan tubuh, menyikat gigi, sabunan dan shampoo-an, dan tahap terakhir; mengeringkan tubuh dengan handuk. Saat membuat kopi: siapkan gelas, tuangkan bubuk kopi ke dalam gelas, kasih gula secukupnya, tuangkan air panas, lalu aduk, jadilah kopi yang siap diseduh. Semua rangkaian pekerjaan tersebut adalah suatu bentuk algoritma.
Algoritma adalah sekumpulan perintah yang tersusun secara sistematis untuk menghasilkan suatu keluaran. Algoritma yang dipahami sekarang ini adalah sekumpulan program yang ditanam di komputer untuk menjalankan fungsi tertentu.
Saat kita menginstall aplikasi pemesanan makanan di HP misalnya, kita cari menu apa yang akan kita pesan. Jika kita mengetik kata kunci “ayam” maka akan muncul jenis makanan varian ayam. Kita pilih ayam geprek, kita pilih "ok" maka kita tinggal menunggu pesanan di antar. Semudah itu keadaan hidup kita sekarang.
Tenang, algoritma bukanlah hal ajaib, ia dibuat oleh manusia dengan kaidah berpikir yang sistematis. Sama seperti metode yang digunakan dalam matematika. Berpikir tentang konsep, pola, berpikir alternatif (analitis) kemudian menguji teorinya.
Seiring dengan perkembang zaman yang semakin canggih, algoritma juga terus ber-evolusi; kemajuannya bahkan hampir menyaingi kecerdasan dan intelegensi manusia. Bahkan sekarang sudah dikembangkan yang namanya AI ( Artificial Intelligence). Sebuah kecerdasan tiruan, yang tujuan pokoknya meniru cara berpikir manusia (menalar, menyimpulkan, bahkan merasa). Dalam neuroscience emosi juga bisa di-enjineri dengan menggabungkan unsur-unsur kimia seperti hormon dalam otak.
Ada juga yang namanya Algoritma Based Animal, sebuah algoritma yang meniru sistem kerja hewan (semut dan lebah). Mengamati cara hidup hewan-hewan tersebut. Bagaimana proses mencari makan, cara bekerja sama, dan proses melindungi diri dari musuh. Kemudian dibuatkan sebuah pola-pola tertentu yang dibakukan menjadi algoritma. Atau bahkan ada wacana untuk membuat cyborg (gabungan manusia dengan robot). Sedemikian canggih perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad 21.
Algoritma layaknya sebuah mesin pintar. Jika kita memberikan inputan maka akan diproses olehnya. Bisakah algoritma ini dipakai untuk mengurusi proses bermasyarakat?Untuk organisasi pemerintahan misalnya? Sistem birokrasi dan administrasi bisa terbantu dengan kecanggihan teknologi (Big Data).
Dewasa ini mulai menjamur pengaplikasian teknologi dan informasi dengan algoritmanya. Ada smart office, sistem pelayanan yang berbasis online. Dengan adanya aplikasi smart office, kita tidak perlu datang ke kantor pemerintahan, jika ada keperluan mengurus sesuatu cukup lewat aplikasi. Bisa dibayangkan bagaimana di masa depan segala urusan menjadi semakin mudah.
Ada lagi yang namanya smart water, sistem monitoring dan pengontrolan pengolahan air. Parameter-parameter seperti flow, pressure, level, dan totalizer bisa dengan mudah dipantau dan dikontrol dari kantor yang jaraknya bisa beratus-ratus kilometer dari lokasi plant pengolahan air atau critical point.
Apa memungkinkan permasalahan sosial yang diselesaikan dengan metode komputerisasi. Kita ketahui bersama bahwa permasalahan sosial tidak selinier 2+2=4, ia bisa 10,100,1000 bahkan tak terhingga. Ilmu sosial lebih cair. Banyak parameter-parameter yang tak terduga bisa muncul di kemudian hari.
Jikalau hanya parameter baru yang muncul kan tinggal update ke sistem database. Jangan gaptek lah? Semoga saja benar bahwa sistem komputerisasi bisa membantu penyelesaian problem-problem sosial di masyarakat. Kalau pun tidak bisa, paling tidak bisa untuk mempermudah proses birokrasi urusan sipil.
Seperti kita ketahui bersama diaplikasikannya sistem ini tujuannya adalah untuk meningkatkan kecepatan pelayanan dan menghindari buruknya administrasi dan birokrasi (sogok menyogok). Dengan sistem manual sangat mungkin pekerjaan akan terbengkalai dan kurang responsif jika dibandingkan dengan smart office. Dengan kecanggihan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi juga menekan biaya operasional dalam jangka panjang; penggunaan kertas akan berkurang karena semua serba digital (paperless).
Selain penggunaan pelayanan yang berbasis digital, banyak sekali mesin yang serba otomatis dan bisa melakukan interaksi atau bahkan komunikasi dengan manusia.
Pada tahun 1986 Honda memulai proyek robot Asimo. Robot humanoid: robot yang didisain bisa berjalan dan berinteraksi dengan manusia. Berbicara dan melakukan tugas tertentu. Setelah jadi dengan sempurna, robot Asimo dikenalkan ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Selain untuk show off juga semacam untuk men-trigger bangsa lain untuk bersaing dengan bangsa Jepang dalam hal teknologi.
Bot: sebuah komputer yang dikendalikan dengan menanamkan program khusus. Bisa beroperasi secara otomatis. Digunakan untuk manipulasi, menggoreng isu di media sosial. Menyebar hoax dan menyerang akun tertentu.
Bukankah dengan kemajuan algoritma peran manusia akan mulai tergantikan? Segala serba otomatis lewat sistem. Lalu di masa depan peran apa yang akan dilakukan manusia jika semua serba otomatis? Paling tidak manusia masih punya harapan untuk bersaing dalam hal kreativitas, imajinasi, dan rasa cinta kasih.
Manusia selain makhluk jasmani, juga rohani. Manusia bisa membagi naluri kasih sayang bukan hanya dengan sesamanya tapi juga dengan makhluk hidup lainnya. Tujuan memelihara hewan peliharaan atau merawat tanam-tanaman adalah untuk menyalurkan rasa kasih sayang tersebut.
Manusia juga dengan kreativitas dan imajinasinya bisa menghasilkan karya-karya besar seperti Candi Borobudur, Menara Pisa, Menara Eiffel, Taj Mahal, Al Hambra dan sebagainya.
Tentu jelas akan mudah membedakan mana yang imitasi dan yang asli. Robot dengan AI-nya mungkin akan bisa menciptakan sistem kecerdasan dan ketangkasan namun tetap tidak akan bisa mengalahkan “sentuhan” manusia. Karena manusia adalah masterpiece ciptaan Tuhan. Ahsanutaqwim.
Artikel Lainnya
-
220420/04/2020
-
108112/06/2020
-
170712/12/2021
-
216605/04/2020
-
Hari Kejaksaan dan Cermin Buram Penegakan Hukum Kita
18323/07/2025 -
Baju Koko dan Atribut Keislaman
198022/06/2021
