Resesi Seks dan Penurunan Angka Total Fertility Rate di Indonesia

Berdasarkan hasil Long Form Sensus Penduduk tahun 2020 angka Total Fertility Rate di Indonesia adalah sebesar 2,18 anak per wanita usia subur. Angka tersebut turun dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,41 anak per wanita usia subur. Bahkan turun jauh jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk yang dilakukan pada tahun 1971 dimana hasil Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia saat itu masih sebesar 5,6 anak per wanita usia subur.
Turunnya angka Total Fertility Rate yang mendekati angka 2 dari yang sebelumnya antara 5 dan 6 anak pada setiap wanita usia subur di Indonesia, patut untuk didiskusikan. Apakah menurunnya Total Fertilty Rate tersebut ada kaitannya dengan resesi seks yang saat ini terjadi di beberapa negara seperti Korea Selatan, Cina, Jepang dan Singapura? Ataukah menurunnya Total Fertility Rate itu dikarenakan oleh kecenderungan bahwa norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera makin diterima oleh Pasangan Usia Subur (PUS) atau keluarga-keluarga di Indonesia?
Resisi seks secara spesisifik didefinisikan sebagai turunnya mood pasangan melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak. Resesi seks ini pada akhirnya akan berimbas pada penurunan populasi suatu negara, karena rendahnya angka perkawinan dan keengganan untuk melakukan hubungan seks.
Tanda-tanda bahwa di Indonesia juga dikhawatirkan sedang menuju ke arah kejadian resesi seks bukan hanya dari menurunnya Total Fertility Rate per wanita usia subur secara signifikan namun juga bisa dilihat dari jumlah pernikahan dari tahun ke tahun yang juga selalu menurun.
Berdasarkan dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menyebutkan bahwa pada tahun 2023 jumlah pernikahan di Indonesia hanya mencapai 1,58 juta pasangan. Angka ini menurun sekitar 7,51 persen atau sebanyak 128.000 dibanding tahun 2022 (year-on-year) yang mencapai 1,71 juta pasangan. Penurunan angka ini sebetulnya konsisten dari tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, pemerintah dan kita semua patut waspada bahwa ancaman resesi seks yang bisa berdampak bukan hanya sekedar berkurangnya populasi penduduk namun juga dapat berdampak pada menurunnya perekonomian negara bisa terjadi pada tahun-tahun mendatang di Indonesia, menyusul Korea Selatan, Cina, Jepang maupun Singapura yang telah lebiih dulu mengalami resesi seks.
Indikator lain yang bisa dijadikan cerminan bahwa ancaman resesi seks di Indonesia bisa terjadi tahun-tahun mendatang juga bisa dilihat dari semakin tingginya usia perkawinan di Indonesia.
Jika dahulu banyak pasangan yang menikah muda, saat ini di Indonesia usia perkawinan semakin tinggi. Hal ini kebanyakan dikarenakan karir dan juga pendidikan untuk generasi muda yang semakin baik.
Selain itu semakin tingginya usia perkawinan generasi muda di Indonesia juga bisa disebabkan oleh beban dan tanggung jawab kehidupan sehari-hari yang semakin berat sehingga banyak para generasi muda menunda perkawinan karena belum siap untuk hidup berumah tangga bahkan di kota-kota besar ada yang memilih untuk hidup sendiri atau melajang.
Makin tingginya usia perkawinan di Indonesia bisa dilihat dari hasil Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) di mana pada tahun 2022 median umur kawin pertama di Indonesia mencapai 20,98 tahun dan kemudian meningkat menjadi 22,30 tahun.
Kita berharap bahwa menurunnya Total Fertility Rate di Indonesia dalam kurun waktu beberapa dekade ini bukan semata-mata diakibatkan oleh resesi seks seperti yang terjadi di beberapa negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, Cina maupun juga Singapura. Namun menurunnya Total Fertility Rate ini murni diakibatkan oleh semakin diterimanya norma keluarga kecil dan bahagia.
Meskipun demikian mulai sekarang nampaknya pemerintah dan kita semua harus mulai melakukan sosialisasi kembali mengenai pentingnya hidup berkeluarga, agar ancaman resesi seks yang bisa berdampak pada pengurangan populasi bahkan hilangnya sebuah bangsa karena kelahiran yang terus menurun akibat dari generasi mudanya yang enggan melakukan pernikahan bisa dihindarkan dari negeri ini.
Kita tidak ingin kejadian resesi seks yang terjadi di negara-negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, Cina dan juga Singapura terjadi di Indonesia. Untuk itu, mari kita bekali generasi muda Indonesia dengan pengetahuan mengenai pentingnya perencanaan dan hidup berkeluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera untuk menghindarkan negeri ini dari resesi seks yang sedang mengancam.
Artikel Lainnya
-
89516/02/2022
-
22619/11/2024
-
141623/07/2020
-
252901/11/2020
-
Narasi Pasca Kepemimpinan Jokowi
44911/07/2024 -
398803/02/2021