Profesionalitas Ibu Menjadi Perempuan Bekerja

Statistisi Ahli Muda di BPS
Profesionalitas Ibu Menjadi Perempuan Bekerja 19/12/2020 1760 view Ekonomi pixabay.com

Berperan menjadi ibu rumah tangga dan perempuan bekerja harus seimbang. Adanya tingkat prioritas sebagai tolak ukur kesuksesan dalam hal manajemen waktu itu penting . Ibu yang menjadi perempuan bekerja akan berusaha fokus dalam memaksimalkan waktu selama di tempat kerja untuk menyelesaikan pekerjan agar nanti setelah pekerjaannya selesai bisa memanfaatkan waktunya dengan keluarga tercinta.

Mengawali dengan rasa syukur bahwa perjalanan setiap hari merupakan momen yang berharga dan suatu hal yang tidak mudah bagi ibu yang bekerja.

Sebelum berangkat kerja, Ibu akan menyiapkan kebutuhan anak-anak dan suami baik dari mulai memasak untuk sarapan pagi dan mengerjakan aktivitas pekerjaan rumah tangga lainnya mulai dari mencuci piring, membersihkan rumah, menemani anak bermain dan belajar yang harus dikerjakan dengan ikhlas.

Problema dan Tantangan Ibu Rumah Tangga dalam Bekerja

Perempuan harus menyadarai bahwa dirinya sebagai ibu rumah tangga yang menjadi perempuan bekerja , membuat setiap ibu bekerja harus memiliki profesionalitas yang tangguh. Tugas pekerjaan rumah tangga harus diselesaikan begitu juga tugas di tempat bekerja. Pikiran harus dijaga agar bisa memprioritaskan tugas mana yang harus didahulukan . Hati dan raga senantiasa dirawat supaya tetap merasa bahagia serta sehat.

Di masa pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ini, kondisi yang membuat suasana hati ibu bekerja maupun ibu rumah tangga serta yang merangkap sebagai ibu rumah tangga dan perempuan bekerja menjadi khawatir. Khawatir dengan kondisi orang tua , anak anak, suami, sahabat akan terpapar dengan virus apapun itu termasuk yang sedang melanda negeri ini dengan pandemi Covid-19 yang masih belum kunjung hilang. Ibu yang bekerja akan selalu menyediakan vitamin, obat-obatan, makanan dan minuman bergizi lainnya untuk keluarga yang dicintai.

Ketika kondisi sekolah PAUD, TK, SMP, SMA hingga kampus di tutup dan menjalankan proses belajar mengajar melalui kelas online. Di sinilah peran ibu yang bekerja diuji, saat anak-anak perlu dibimbing belajar di sekolah . Namun saat masih pandemi covid-19 menjadikan anak-anak dituntut belajar di rumah di dampingi orang tua.

Belajar dengan kelas online maupun belajar didampingi dengan orang tua, perlu peranan ibu, ibu diminta untuk paham dan mengerti dengan ilmu pendidikan dan sekolah anak-anak. Ibu harus bisa menjadi pendidik yang menyenangkan untuk anak-anaknya . Baik Ibu maupun ayah juga saling bekerjasama untuk mendampingi anak-anak belajar saat kelas online berlangsung bersama dengan gurunya. Apalagi pembelajaran melalui kelas online tidak semudah yang dibayangkan. Harus ada labtop atau handphone serta paket data untuk mengakses internet untuk bergabung di kelas online, orang tua harus memantau dan membantu anak saat mendapat penugasan dari guru. Agar tugas - tugas yang diberikan guru saat kelas online terselesaikan.

Diharapkan tugas - tugas sekolah anak bisa mendapatkan nilai dan hasil yang bagus. Selain itu, anak-anak bisa memahami pelajaran sekolah secara baik. Tidak terlepas dari ibu dan ayah yang berusaha mengajarkan anak-anak untuk belajar dengan baik mulai dari belajar membaca, berhitung, menulis, dan mengaji bahkan dengan memberikan permainan yang bernuansa edukasi.

Pemberlakuan sistem Work From Home (WFH) dan Work From Office (WFO) bagi ibu yang bekerja memiliki dampak yang berbeda- beda bagi setiap ibu. Bagi ibu yang diberikan oleh atasan pemberlakuan sistem WFH, ibu yakin dengan memindahkan pekerjaan di kantor bisa fokus mengerjakan pekerjaan di rumah. Alasannya dengan sistem WFH bisa memantau anak di rumah sedang bermain, belajar, dan istirahat. Sekaligus dengan mudah menyelesaikan pekerjaan di rumah.

Di sisi lain, ada ibu diamanahi dengan sistem WFO karena pekerjaan bisa fokus diselesaikan dan tidak merasa bersalah jika pekerjaan tersebut memang sebaiknya dikerjakan di kantor. Dengan mempertimbangan pekerjaan di bawa ke rumah akan membuat konsentrasi buyar dan merasa akan diganggu anak yang ingin bermain. Beberapa ibu diberikan pemberlakuan sistem yang menerapkan selang-seling antara sistem WFH dan WFO dengan tujuan yang sama agar bisa fokus kerja saat sistem WFO di tempat bekerja dan fokus kerja saat sistem WFH di rumah.

Fenomena Perempuan Indonesia Bekerja

Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menuntut kemajuan pola pikir dan pengetahuan yang luas bagi setiap orang, khususnya para perempuan mulai bangkit dan bisa menunjukkan bahwa keberadaan perempuan layak untuk diapresiasi.

Kecerdasan dan kemampuan para perempuan Indonesia telah terbukti berkontribusi terhadap pembangunan bangsa. Hal ini bisa dilihat dari indikator pasar tenaga kerja Indonesia yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Salah satu indikator yang standar digunakan untuk melihat seberapa banyak jumlah perempuan bekerja adalah Employment to Population Ratio (EPR).

Employment to Population Ratio (EPR) perempuan pada Agustus 2019 sebesar 49,11 mengalami kenaikan 0,59 poin dan pada Agustus 2020 EPR menjadi sebesar 49,70. Angka EPR sebesar 49,70 dapat diinterpretasikan bahwa dari 100 orang penduduk perempuan umur 15 tahun ke atas terdapat (sekitar 49 orang) merupakan perempuan bekerja. Adanya kenaikan EPR dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah perempuan bekerja di Indonesia semakin banyak dari waktu ke waktu.

Ditinjau dari segi lapangan pekerjaan utama, sebagian besar (66,03 persen) perempuan Indonesia bekerja mengabdikan dirinya di bidang perdagangan, industri pengolahan, akomodasi makan dan minum, jasa pendidikan, jasa lainnya, serta jasa kesehatan. Sedangkan selebihnya perempuan Indonesia berkecimpung bekerja di bidang pertanian, administrasi pemerintah, jasa keuangan, jasa perusahaan, informasi dan komunikasi, transportasi, konstruksi, dan lainnya.

Sementara itu, berdasarkan jenis pekerjaan sekitar 27,55 persen perempuan Indonesia bekerja pada jenis pekerjaan tenaga usaha penjualan dan 26,65 persen perempuan Indonesia bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Selebihnya, perempuan Indonesia bekerja sebagai tenaga produksi, tenaga profesional, tenaga usaha jasa, dan lainnya.

Profesionalitas Ibu, Perlu Dukungan Keluarga

Apapun bidang pekerjaan yang ditekuni oleh ibu yang menjadi perempuan bekerja, haruslah mendapat dukungan keluarga dan sahabat yang senantiasa membantu dan memotivasi ibu.

Kadang kala kondisi tertentu, pekerjaan menyita banyak waktu yang menyebabkan rutinitas pekerjaan di rumah terbengkalai dan menumpuk. Di saat inilah, keluarga dan orang terdekat seperti suami, adik serta orang tua memahami dan berupaya untuk membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Memaklumi ibu yang sudah lelah seharian bekerja di tempat bekerja, tentu saja perlu adanya bantuan apa lagi jika hanya mengandalkan diri sendiri untuk membenahi pekerjaan rumah yang menumpuk, tentu tidak bisa terselesaikan dengan cepat. Bantuan suami dan orang terdekat, sangatlah berarti buat ibu.

Profesionalitas tetap selalu dijaga, merupakan komitmen ibu dari semenjak awal akan memasuki dunia pekerjaan dengan kerja yang beraneka ragam di tempat kerja. Konsekuensi yang terjadi harus siap untuk dihadapi bersama.

Bagi ibu dan suaminya secara bersamaan bekerja di luar rumah. Rintangan yang dihadapi pun berbeda. Ada ibu yang berupaya mencari asisten rumah tangga dan pengasuh anak dengan memberikan kepercayaan penuh dan gaji yang memadai untuk asisten rumah tangga dan pengasuh anak.

Ada ibu yang bekerja di bidang perdagangan lalu senang hati membawa anaknya berdagang di pasar, karena sang suami bekerja di perkebunan karet. Ada ibu yang bekerja sebagai guru dan di kantoran, dengan membawa anak-anak yang masih kecil berharap ketika ibu bekerja bisa sekaligus mengajari sang anak belajar dan menemani bermain. Intinya tergantung ibu yang menjadi perempuan bekerja, merancang jadwal kegiatan dan alur kehidupan keluarga dan pekerjaannya agar bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Ibu yang bekerja meyakini dirinya mampu memberikan manfaat agar membantu ekonomi keluarganya. Kerja sebagai wujud bakti atas jasa orang tua yang telah menyekolahkan hingga kuliah. Dukungan keluarga penting, menguatkan hati ibu berjuang mengurusi keluarga dan pekerjaannya. Ibu menjadi perempuan bekerja mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan ini membutuhkannya dan selama ibu membutuhkan pekerjaan.

Semoga ibu menjadi perempuan bekerja senantiasa bertanggung jawab pada keluarganya, menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dari segala hal namun masih tetap bisa mempertahankan kredibilitas dan profesionalitas dari pekerjaannya.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya