Mengasyiki Pengetahuan

Rumus pertama, yang lebih penting dari badanmu itu yang tersembunyi. Misalkan bangunan masjid, yang terlihat mata adalah bagian yang tidak penting. Yang terlihat hanya cat, sementara di balik cat ada tembok, semen, cor dan bahan-bahan bangunan pendiri masjid lainnya. Kalau hanya mementingkan yang kamu lihat, ya hanya cat. Padahal isinya bukan itu. Dan dunia ini hanyalah cat masjid, jangan sampai salah sangka terhadap sejarah. Waspada terhadap kebenaran hidup.
Di dalam surah Al-kahfi dijelaskan bahwa di dalam gua terang-benderang. Yang gelap di luar. Hanya saja orang di luar gua menganggap di dalam gua itu gelap, yang terang di luar. Begitulah kalau kamu menganggap bahwa orang lain lebih sukses darimu. Kalau sudah begitu, kamu harus punya ilmu ashabul-kahfi, agar kamu merasa bahwa sebenarnya kamu terang benderang. Begitulah cara menghibur diri. Miskin tidak masalah, asal terang benderang. Kalau kaya tapi hatinya gelap, ya tidak ada gunanya, itu yang pertama.
Yang kedua, kenapa tidak ada orang masuk gua Kahfi? Karena semua menyangka itu adalah sarang anjing. Karena Allah memberi Qitmir atau Al-Raqim di mulut gua itu ada anjing yang menjaga selama 309 tahun. Karena itulah, orang tidak mau masuk ke sana karena berpikir bahwa gua itu hanyalah sarang anjing. Ashabul Kahfi menularkan semangat pada diri kita agar kita menemukan prinsip dan bagaimana agar prinsip itu kuat sehingga kita tidak terkontaminasi oleh zaman. Saat ini sulit sekali membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Berbeda dengan zaman firaun, jelas mana yang benar dengan yang salah. Zaman sekarang beda dengan zaman itu. Orang korupsi, kalau tertangkap langsung pakai peci. Selama sidang selalu memutar tasbih.
Kita tidak perlu sedih di tengah kegelapan zaman sekarang ini. Di surah Al-kahfi juga sudah fala’allaka bakhi’un nafsaka ‘ala atsarihim. Jangan sampai kamu mati mengenaskan gara-gara zaman. Jangan bersedih. Kalau kamu ingin menjadi manusia muslim sejati, jangan tertekan oleh apa pun di luar dirimu, karena yang boleh menekan kamu hanya Allah dan Rasulullah. Nasehat terbaik, menurut Rasulullah adalah ingat mati. Kematian itu sangat dekat
Semua makhluk ciptaan Tuhan itu unik dan punya spesifikasinya masing-masing. Tidak ada satu pun yang serupa identik. Barang-barang yang diproduksi di pabrik pun tidak ada yang identik sama. Kendati penampakan luarnya sama. Coba telusuri sampai unsur terkecil. Pasti ada bedanya, entah komposisi materialnya, atau bentuk di bagian paling dalam, pasti ada yang berbeda. Pada rambut anda pun, yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan ribu helai itu, tidak akan ada yang sama di lembar-lembarnya, setiap lembar pasti berbeda dengan lembar lainnya.
Ini adalah pelajaran yang nyata bagi kita semua tentang Allah yang ahad. Dia menciptakan sesuatu juga Ahad, hanya satu. Tidak ada yang benar-benar persis sama. Maka, anda jangan mau diseragamkan, pada dasarnya, yang ada ialah one man one vote. Anda itu unik, tunggal. Sebagaimana Allah itu tunggal, maka dia menciptakan segala sesuatu itu tunggal, tidak ada duanya. Akalupun ada bilangan satu, dua, tiga, empat, lima itu hanya bilangan administratif saja
Temukan ketunggalan anda, kemudian carilah apa yag membuat anda bahagia. Cari apa yang membuat anda cemas atau sedih dalam keseharian anda atau dalam sejarah hidup anda. Apakah itu menyangkut anda sendiri, keluarga anda, lingkungan anda. Lalu sadari dan nikmatilah di dalam diri anda, apa yang masih tertinggal, kemudian dibenahi, diatasi, dan dicari solusinya dan seterusnya.
Begitu mudahnya hidup itu diciptakan oleh Allah. Anda hanya perlu terus belajar dan total kepada Allah, Rasulullah dan hidup anda. Baik sebagai diri anda, anggota keluarga, anggota masyarakat, ataupun yang lainnya.
Belajar bisa di mana-mana, tidak harus di sekolah atau institusi resmi secara administratif seperti yang sudah diatur oleh pemerintah. Ketika kita mempersepsikan bahwa belajar itu harus dalam intstitusi resmi, itu sama artinya degan kita membatasi diri sendiri.
Ketika kita bicara masalah pesantren, salah satu lembaga pembelajaran. Kita perlu tahu sebenarnya apakah yang menjadi indikator utama sehingga lembaga itu disebut pesantren. Indikator utama sebuah lembaga disebut lembaga pendidikan, bukan karena besar gedungnya, kelasnya, atau luas bangunaannya. Yang menjadi inti adalah hubungan antara santri dengan kyai. Mereka terlibat dalam sebuah aktifitas bernama pendidikan. Kalau diperjelas lagi, pendidikan adalah sebuah mekanisme belajar-mengajar. Yaitu ada dinamika berlangsungnya ilmu, hikmah, atau apapun dari seseorang ke orang yang lain. Dalam hal ini dari kyai ke santri, itulah intinya.
Jadi menurut saya, meski tanpa gedung, kelas, uang bulanan, selama ada aktifitas belajar-mengajar maka saat itulah proses pendidikan berlangsung ada peristiwa pendidikan rububiyah, dan tarbiyah. Kalau ada seseorang sedang nyetir ke Surabaya terkena macet, lalu dia mendengarkan radio, mendengar suara seseorang yang sedang menyampaikan informasi, dan maka saat itulah terjadi peristiwa tarbiyah.
Di Indonesia ini sebenarnya yang menjadi parameter bukan anda kuliah atau tidak. Anda sarjana atau bukan. Parameternya adalah kesungguhan anda terhadap kehidupan. Kalau bersungguh sungguh, Allah akan memberi hidayah untuk menikmati pengetahuan, menikmati logika baru, dan menikmati cara berfikir yang baru.
Artikel Lainnya
-
60910/06/2023
-
350501/10/2019
-
96923/08/2021
-
Dinamika Nilai Tukar Petani Riau: Antara Kejayaan Perkebunan dan Jerit Sektor Marginal
23303/06/2025 -
Politik Media vs Media Politik
222621/02/2020 -
Antara “Si Putih”, Wanita, dan Lingkungan
170131/01/2021