Antara “Si Putih”, Wanita, dan Lingkungan

Statistisi
Antara “Si Putih”, Wanita, dan Lingkungan 31/01/2021 1701 view Lainnya www.idntimes.com

Tahukah kamu, jenis barang apakah yang erat kaitannya dengan wanita dan selalu dibutuhkan setiap bulan? Ya, barang tersebut adalah pembalut wanita sekali pakai. Barang yang identik dengan warna putih ini menjadi barang wajib yang selalu digunakan wanita saat mengalami menstruasi. Sebenarnya tidak hanya saat menstruasi tetapi juga digunakan saat setelah melahirkan atau kondisi-kondisi tertentu lainnya. Apa yang aneh dari pembalut wanita sekali pakai dan mengapa urgen untuk dibahas?

Di berbagai media banyak yang mengangkat permasalahan terkait pembalut wanita sekali pakai, mulai dari kandungan atau lapisan apa saja yang terdapat dalam pembalut, berita tentang pemuda mabuk atau nge-fly akibat air rebusan pembalut, hingga masalah aspek negatif dari sisi kesehatan. Tetapi ada juga masalah serius lainnya yang ditimbulkan akibat dari pembalut wanita, yaitu masalah lingkungan.

Dilansir dari liputan6.com (2019), Project Executive Waste4Change Pandu Priambodo mengatakan “kesulitan mendaur ulang sampah pembalut terletak pada beragamnya material yang digunakan dalam satu produk. Selain ada kertas, ada pula plastik dan sampah organik yang dihasilkan manusia di dalamnya”. Karena alasan itulah sampah pembalut dikategorikan ke dalam limbah B3 atau residu.

Bentuk pembalut wanita sekali pakai terdiri dari beberapa jenis material. Mulai dari plastik yang digunakan sebagai pembungkus, kertas untuk menutupi perekat, lapisan kapas, dan juga gel yang digunakan untuk menyerap darah menstruasi. Selain material tersebut, juga mengandung zat-zat kimia seperti Klorin yang digunakan pada proses bleaching dan Dioxin yang digunakan untuk menyerap darah.

Tidak hanya kedua zat kimia itu saja, tetapi juga mengandung zat kimia lainnya seperti Styrene yang dapat menyebabkan kanker, Chloromethane yang dapat menyebabkan gangguan syaraf dan reproduksi, Acetone yang menyebabkan iritasi, serta Chloroethane yang bisa menyebabkan kanker dan gangguan otot (lifestyle.bisnis.com). Kesemuia zat-zat kimia tersebut dapat membahayakan si pengguna.

Selain dari zat yang dikandungnya, sampah pembalut juga mengkhawatirkan dari sisi jumlah. Setiap hari begitu banyak sampah pembalut yang dihasilkan. Jika kita simulasikan bahwa masa menstruasi wanita 4-7 hari dengan jumlah pembalut yang digunakan rata-rata perhari adalah 2-4 pembalut, maka sampah pembalut yang dihasilkan setiap bulan oleh satu wanita adalah 8-28 buah dan dalam satu tahun setiap wanita menghasilkan sampah pembalut sebanyak 96-336 buah.

Diketahui dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah perempuan usia produktif Indonesia (15-49 tahun) di tahun 2019 sebanyak 72,10 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut maka jumlah sampah pembalut yang dihasilkan selama tahun 2019 adalah sebanyak 6,9-24,2 milyar pembalut. Jika kita bagi dengan 365 hari maka sampah pembalut yang dihasilkan perhari di Indonesia sebanyak 18,9-66,3 juta pembalut. Sangat banyak bukan? Padahal sampah pembalut adalah termasuk sampah yang sulit terurai dan juga sulit diolah.

Masa urai yang dibutuhkan oleh pembalut jauh lebih lama dibandingkan popok. Popok sekali pakai diperkirakan akan terurai dalam waktu 250-500 tahun sedangkan masa urai pembalut adalah 500-800 tahun (tirto.id). Akibat waktu urai yang lama dan belum dapat diolah maka sampah pembalut yang berada di tempat pembuangan akhir (TPA) akan menumpuk dan berpotensi menimbulkan penyakit serta bau tidak sedap.

Selain sulit terurai, karena sifatnya yang menyerap air membuat sampah ini menjadi mengembang dan dapat menyumbat saluran air serta dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan mencemari lautan. Pun jika dibakar maka akan menghasilkan karbondioksida yang jika terhirup dapat membahayakan tubuh manusia.

Karena sampah pembalut termasuk jenis limbah B3 berbahaya, untuk itu perlu penanganan khusus dalam mengolah sampah B3 tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengunakan metode fisik yaitu mengubah dengan cara memadatkan dan digunakan sebagai bahan pembuatan batako.

Walaupun dapat diolah, tetapi mengingat jumlah yang dihasilkan sampah pembalut setiap harinya sangat besar maka cara yang efektif adalah dengan mengurangi penggunaan pembalut sekali pakai dan mulai beralih menggunakan pembalut konvesional yang terbuat dari bahan kain. Pembalut jenis ini digunakan oleh para orang tua terdahulu karena dianggap lebih aman dan mengandung banyak keuntungan.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pembalut kain yaitu mudah karena sudah tersedia di rumah dan tidak perlu mencari ke toko setiap menstruasi. Keuntungan lainnya dari sisi ekonomi sangat murah, karena cukup dengan membuat atau sekali beli maka dapat digunakan untuk jangka waktu lama.Jika saja dalam satu bulan menghabiskan biaya kurang lebih sebesar 20 ribu rupiah maka dalam satu tahun dapat menghemat sebesar 240 ribu rupiah dan dalam 35 tahun atau sepanjang masa tahun menstruasi dapat menghemat uang sebanyak 8,4 juta rupiah.

Jika keuntungan dilihat dari sisi kesehatan, penggunaan pembalut kain cukup aman karena tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya dan karena dapat dibersihkan maka dapat digunakan kembali berkali-kali. Keuntungan lainnya yang tidak kalah penting adalah dapat melindungi lingkungan dari sampah berbahaya.

Pemerintah pun dapat turut andil dalam mengurangi sampah pembalut. Salah satu cara adalah dengan memberlakukan nilai atau harga yang tinggi untuk pembalut wanita. Dengan harapan harga yang tinggi dapat membuat masyarakat berpikir dua kali untuk membeli dan mulai mengurangi penggunaan pembalut sekali pakai. Selain itu, harga tinggi juga digunakan sebagai bentuk kompensasi untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan untuk keuntungan perusahaan.

Upaya terpenting lainnya adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman bagi para wanita akan bahaya yang ditimbulkan dari pembalut sekali pakai serta keuntungan dari penggunaan pembalut kain. Selain itu Juga dibutuhkan edukasi kepada para remaja baik dilakukan oleh para ibu sebagai orang tua di rumah serta keluarga maupun dari pihak sekolah. Keterlibatan kaum lelaki untuk mengingatkan bahaya pembalut juga bukan hal aneh karena menjaga kelestarian lingkungan merupakan tugas semua orang tanpa terkecuali.

Bukan hal yang mustahil untuk mengurangi bahkan menghilangkan sampah pembalut dan lingkungan kita bisa terbebas dari sampah pembalut. Semoga.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya