Membangun Mental dan Karakter Pemain Sepak Bola Indonesia

Sepak bola merupakan salah satu cabang olah raga yang sangat diminati dan digemari oleh hampir seluruh masyarakat di berbagai penjuru dunia. Pecintanya tidak mengenal kasta; kaya, miskin, tampan, cantik, dan dari anak muda hingga orang tua. Kegemaran terhadap sepak bola menggerakan hati anak muda untuk menjadi pesepak bola profesional bak idolanya.
Indonesia menjadi salah satu negara yang masyarakatnya cukup ‘fanatik’ terhadap sepak bola. Negara yang dihuni sekitar 268 juta jiwa dan sebagian besar didominasi oleh anak-anak muda tentu dapat menjadi harapan bagi kemajuan sepak bola Indonesia. Potensi mendapatkan generasi sepak bola Indonesia tidak sulit dan dapat dikatakan sangat mudah. Kesulitannya hanya pada permasalahan mental dan karakter yang menjadi pekerjaan berat seluruh masyarakat pecinta sepak bola Indonesia.
Sebagai pecinta sepak bola tanah air, rasanya perlu dari kita untuk mengakui dengan jujur bahwa pemain sepak bola Indonesia memang banyak yang bobrok dalam hal mental dan karakter. Mental dan karakter pesepak bola Indonesia memang perlu digenjot secara ekstra hingga titik darah penghabisan. Pelatih sehebat apa pun kalau pemainnya masih memiliki mental dan karakter yang melempem, jelas tidak akan pernah bisa membangkitkan sepak bola Indonesia. Sekelas Pep Guardiola apabila disuruh mengasuh timnas senior tentu hasilnya tetap saja nihil. Menang atau kalahnya timnas atau klub, itu semua tidak seratus persen dipengaruhi oleh pelatih. Pemain pun juga menentukan menang atau tidaknya suatu pertandingan.
Pemain sepak bola Indonesia sepertinya tidak bisa diminta secara sadar untuk membuka mata dan melihat bahwa mental dan karakter yang dimilikinya terbilang kalah jauh dibandingkan pemain Eropa. Perlu dididik secara keras, disiplin, dan tegas untuk membentuk mental dan karakternya. Mental dan karakter seperti memilih pola makan merupakan salah satu hal yang sangat mendasar. Beberapa kali pesepak bola Indonesia yang memiliki nama besar dan bermain di klub liga 1, didapati oleh netizen sedang asik menyantap mie instan dan junk food.
Percayalah bahwa Kylian Mbappé beserta skuat timnas Prancis bisa memenangkan trofi juara piala dunia pasti diimbangi pola latihan dan konsumsi makanan yang baik dan ketat. Sepertinya tidak pernah seorang pemain sepak bola profesional yang berkancah di liga besar Eropa mengunggah foto sedang asik menyantap mie instan, junk food, atau rendang di kanal akun instagram resmi mereka. Bahkan dua atau satu hari sebelum pertandingan, tidak ada pemain Eropa yang mampir ke warung pecel lele atau mencicipi makanan lokal khas daerah atau negara yang sedang dikunjunginya untuk mengisi perut. Semua pola latihan dan makannya sangat teratur dan disiplin.
Permasalahan mental dan karakter pesepak bola Indonesia yang perlu dibenahi yaitu sifat manja. Kemanjaan ini seperti memeluk hampir setiap pemain sepak bola Indonesia, sehingga untuk beranjak dan berjalan ke dunia luar pun sudah enggan. Bintang lapangan hijau kita terlalu dimanja oleh followers instagram yang tinggi lalu mendapat endorse dan gaji yang dianggap sudah lebih dari cukup. Ketika mendapatkan tawaran untuk bermain di luar negeri, banyak yang menolak karena kendala bahasa dan suhu.
Pola pikir seperti itu tentu dapat membahayakan dan mempengaruhi generasi pesepak bola muda Indonesia lainnya. Seharusnya para pemain senior dapat memberikan contoh kepada pemain muda untuk mengikuti jejaknya. Tetapi, mencari pemain senior yang memiliki mental dan karakter yang baik sangat minim dan tidak banyak.
Penilaian mental dan karakter yang baik untuk pemain sepak bola Indonesia memang masih abstrak, tetapi paling tidak berani bermain di luar Indonesia merupakan poin plus tersendiri. Bermain di klub luar negeri memiliki keuntungan yang sangat banyak dibandingkan di tanah air. Pertama, permasalahan penunggakan gaji tentu tidak akan dijumpai seperti di klub Indonesia. Kedua, fasilitas jauh lebih menunjang, antara lain, stadion, tempat latihan, mes, pola makan, dan sebagainya. Pemain yang bermain di luar negeri tidak akan menemukan permasalahan antara klub dan pemerintah daerah dalam hal penggunaan stadion. Ketiga, yang terpenting ialah pengalaman berharga yang tidak bisa dibeli oleh siapa pun dan apa pun.
Salah satu contoh pemain sepak bola Indonesia yang dapat dijadikan sebagai panutan ialah Rudolof Yanto Basna. Seorang pemain sepak bola asal Papua, Sorong, yang saat ini bermain di Liga 1 Thailand dengan membela klub PT Prachuap FC. Perjuangannya hingga bisa bermain di liga Thailand terbilang mengalami pasang surut kehidupan. Suatu kali Yanto Basna pernah ditipu oleh agen yang menjanjikan dirinya bermain di Bangkok Glass (saat ini berubah menjadi BG Pathum United F.C.). Sudah tiba di Thailand lalu ditipu oleh agen tidak membuat dirinya mundur lalu kembali ke negeri sendiri, melainkan berjuang dengan mengikuti seleksi di Khon Kaen.
Selama berkarir di Thailand, Yanto Basna sudah membela tiga klub yaitu, Khon Kaen, Sukhothai, dan PT Prachuap FC. Hebatnya, Yanto Basna selalu menjadi skuat inti dari setiap tim yang ia bela. Pelatih PT Prachuap, Thawatchai Damrong, memuji bek Indonesia tersebut karena memiliki kemampuan dan kekuatan yang baik sebagai seorang bek.
Yanto Basna yang dulu cadangan di timnas U-19, tidak seterkenal pemain bintang sepak bola lainnya, bahasa asing yang kurang, dan pernah melakukan blunder di timnas, ia bisa membuktikan yang terbaik. Ia mampu mendobrak liga 1 Thailand dan menunjukan ke semua rakyat Indonesia bahwa keterbatasan bahasa, suhu, dan apa pun itu bukan suatu halangan untuk maju.
Yanto Basna dapat dijadikan sebagai panutan bagi setiap pemain muda yang ingin menjadi pemain sepak bola profesional dengan mental dan karakter yang tepat. Sosok pemuda seperti Yanto Basna yang seharusnya dipuji dan dibanggakan, serta dijadikan panutan bagi setiap orang untuk terus berjuang dalam hal apa pun. Perjuangan yang dilakukan oleh Yanto Basna sangat membanggakan Indonesia. Ia adalah putra sejati Indonesia yang mampu membanggakan Indonesia melalui sepak bola.
Piawai dalam mengolah kulit bundar tetapi tidak piawai dalam mengolah mental dan karakter tentu hanya akan berjalan di tempat. Seekor sapi yang baik ialah sapi yang memberikan daging dan susu segar untuk tuannya, bukan yang selalu meminta rumput segar tetapi hasilnya tidak memuaskan. Tidak ada yang tidak mungkin menjadi seperti Yanto Basna dan bahkan bisa lebih dari ia. Semangat para generasi pemain sepak bola Indonesia. Mari bersama-sama menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia unggul dalam kualitas pemain sepak bolanya.
Artikel Lainnya
-
179803/07/2020
-
237427/06/2020
-
98003/03/2022
-
Peran Filsafat dalam Membentuk Pemikiran Kritis
129002/01/2025 -
Ibu Kota Apa Kabar, Jadi Pindah..?
159604/10/2019 -
Memaknai Hari Bela Negara di Masa Pandemi Covid 19
277616/12/2020