Melawan Apatisme Politik: Membangun Keterlibatan Aktif Generasi Muda di Pemilu 2024

Penulis / Columnist
Melawan Apatisme Politik: Membangun Keterlibatan Aktif Generasi Muda di Pemilu 2024 26/01/2024 622 view Politik Pemilu 2024 (Gambar: KPU)

Tepat di tanggal 14 Februari 2024, Indonesia akan kembali memeriahkan panggung demokrasi dengan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Namun, kali ini, Pemilu tak hanya berarti pemilihan wajah baru di kursi kepemimpinan, melainkan juga menjadi sorotan bagi Generasi Z dan Milenial. Mereka, dengan kontribusi lebih dari 50% dari total pemilih, akan aktif berperan dalam merajut arah masa depan negara.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Republika, hasil rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) menunjukkan dominasi kelompok Generasi Z dan Milenial dalam Pemilu 2024. "Ada 66.822.389 atau sekitar 33,60% pemilih yang berasal dari generasi Milenial," ujar Komisioner KPU RI, Betty Epsilon Idroos, saat Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU, Jakarta, pada Minggu (2/7/2023).

Sementara itu, Generasi Z menyumbang 46.800.161 pemilih atau sekitar 22,85% dari total DPT Pemilu 2024. Generasi Z, yang meliputi individu kelahiran 1995 hingga 2000-an, menjadi salah satu kekuatan besar. Jika dijumlahkan, pemilih dari kedua kelompok ini melampaui angka 113 juta, mendominasi dengan kontribusi mencapai 56,45% dari seluruh pemilih Pemilu 2024.

Namun, di balik proyeksi gemilang ini, tantangan tidak bisa diabaikan, khususnya dalam hal tingkat kepedulian dan pemahaman politik di kalangan pemilih pemula. Oleh karena itu, perlu disoroti urgensi peningkatan kesadaran politik dan keterlibatan aktif para pemilih pemula sebagai garda terdepan dalam menjaga keseimbangan demokrasi dan menciptakan jejak penentu masa depan bangsa.

Penting bagi para pemilih pemula, khususnya Generasi Z dan Milenial, untuk meningkatkan tingkat kesadaran politik. Kesadaran politik bukan sekadar pengetahuan, tetapi merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab. Dengan mengetahui dan memahami isu-isu politik serta program-program yang diusung oleh calon, pemilih pemula dapat memberikan suara mereka berdasarkan informasi yang akurat dan memadai.

Keterlibatan aktif dalam proses politik memiliki peran krusial dalam menentukan kualitas demokrasi. Pemuda tidak hanya seharusnya menjadi penonton, melainkan harus menjadi pemain kunci yang ikut membentuk kebijakan dan arah negara. Oleh karena itu, semangat untuk melek politik dan terlibat dalam diskusi serta debat perlu ditanamkan untuk memperluas wawasan politik.

Tantangan serius lain yang dihadapi oleh pemilih pemula adalah apatisme politik, yaitu sikap acuh tak acuh terhadap masalah politik. Penting untuk mengatasi apatisme ini, karena keputusan politik memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari mereka.

Bertolt Brecht, seorang penyair Jerman abad ke-19, menyatakan dengan tegas bahwa "Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik".

Kutipan tersebut, menggambarkan dengan jelas hubungan antara ketidakpedulian terhadap masalah politik dengan ketidaktahuan terhadap keterkaitan keputusan politik dengan aspek-aspek praktis kehidupan sehari-hari. Brecht menyatakan bahwa "Buta yang terburuk adalah buta politik," merujuk pada seseorang yang tidak hanya kehilangan penglihatan harfiah, tetapi juga kehilangan kemampuan untuk melihat dan memahami implikasi politik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks apatisme politik, kutipan tadi menyoroti bahaya ketidakpedulian terhadap masalah politik. Orang yang acuh tak acuh terhadap urusan politik dianggap "buta politik" karena mereka tidak mendengarkan, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Akibatnya, mereka tidak menyadari bahwa keputusan politik memiliki dampak langsung pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti biaya hidup, harga barang kebutuhan, biaya sewa, dan lainnya.

Pernyataan ini mencerminkan peringatan bahwa apatisme politik bukanlah sikap yang netral, melainkan suatu bentuk ketidaktahuan yang dapat merugikan. Brecht menekankan bahwa ketidakpedulian terhadap politik dapat menyebabkan ketidaktahuan terhadap bagaimana keputusan politik memengaruhi kondisi hidup dan kesejahteraan individu. Oleh karena itu, sangat penting adanya dorongan terhadap partisipasi aktif dalam proses politik agar masyarakat dapat lebih sadar dan memiliki dampak positif dalam pembentukan kebijakan.

Pemilih pemula perlu memahami bahwa keterlibatan aktif dalam proses politik adalah kunci untuk memastikan kepentingan mereka diwakili dengan baik. Menolak sikap apatis berarti mengakui bahwa hak pilih mereka bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga kekuatan untuk membentuk arah kebijakan negara. Dengan memahami hubungan antara keputusan politik dan kesejahteraan pribadi, pemilih pemula dapat menjadi agen perubahan yang aktif.

Oleh karena itu, edukasi politik menjadi elemen penting dalam membekali pemilih pemula dengan pemahaman yang cukup untuk membuat keputusan informasional. Dengan meningkatkan kesadaran akan implikasi politik, pemilih pemula dapat menjadi bagian dari proses demokratis yang lebih kuat dan responsif. Dengan kata lain, partisipasi aktif mereka bukan hanya hak, tetapi juga kewajiban untuk mencapai masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Partisipasi aktif bukan hanya sebatas memberikan suara pada hari pemilihan, tetapi juga melibatkan diri dalam proses politik sejak awal. Pemilih pemula perlu terlibat dalam diskusi, membaca literatur politik, dan mengikuti perkembangan isu-isu terkini. Partisipasi yang substantif akan memastikan bahwa suara mereka benar-benar mencerminkan kebutuhan dan harapan generasi muda.

Mengutip kembali Bertolt Brecht, "Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri." Pesan ini menjadi panggilan untuk tidak hanya menghindari apatisme politik, tetapi juga untuk aktif terlibat dalam proses politik demi menciptakan masa depan yang lebih baik.

Sebagai penutup, penulis mengajak pembaca khususnya generasi muda untuk bersatu, berpartisipasi aktif, dan tunjukkan bahwa kita memiliki peran besar dalam menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan. Ajak teman-teman, keluarga, dan semua orang untuk datang ke tempat pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024. Suara kita adalah suara demokrasi, dan bersama-sama kita bisa menciptakan perubahan positif. Jangan lewatkan kesempatan ini, datanglah dan berpartisipasi dalam Pemilihan Umum 2024!

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya