Manajemen Waktu Ibadah di Bulan Ramadhan

Pembelajar
Manajemen Waktu Ibadah di Bulan Ramadhan 17/04/2023 856 view Agama effective-time-savers.com

Mungkin saya agak telat dalam menyusun tulisan ini, mengingat ini sudah memasuki hari-hari terakhir dari bulan Ramadhan, tapi setelah saya perhitungkan kiranya tetap perlu untuk diterbitkan mengingat kandungan nasehat di dalamnya, yang berguna baik untuk saya pribadi maupun untuk orang lain.

Bulan Ramadhan menurut seorang penceramah bisa dimaknai menjadi dua macam terminologi bulan. Pertama, bulan mujahadah, yakni bulan di mana ditekankan untuk berjuang mengendalikan hawa nafsu. Mengendalikan berbagai macam keinginan manusia yang itu sifatnya kebanyakan impulsif. Kedua, bulan tarbiyah, atau bulan pendidikan, karena selama bulan Ramadhan banyak diisi dengan kegiatan ibadah. Puasa, sholat tarawih, kegiatan tadarus atau tadabbur yang bertujuan untuk mempelajari Alquran. Di samping ibadah-ibadah lainnya yang dianjurkan.

Bulan Ramadhan adalah bulan latihan dan pembelajaran. Latihan untuk mengendalikan keinginan. Di tengah zaman yang dipenuhi dengan iming-iming budaya komersial, ibadah puasa adalah sebuah metode untuk melakukan pengurangan. Tapi anehnya budget untuk biaya konsumsi selama Ramadhan malah cenderung meningkat. Jadi kita berpuasa untuk berpesta atau untuk prihatin? Malah tak jarang kegiatan buka puasa bersama yang diselenggarakan muda-mudi kita tetap berlanjut tanpa disela untuk melaksanakan sholat Maghrib. Ini suatu tindakan yang sangat buruk sekali. Mengganti esensi ibadah untuk jenis kebudayaan populer. Padahal esensi dalam berpuasa adalah menahan dan pengendalian.

Dalam berpuasa kita diwajibkan untuk menahan diri dari makan , minum, hubungan biologis, dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Hal-hal yang dilarang tadi bisa dibilang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Tapi untuk sementara waktu hal itu ditangguhkan. Hal ini menurut saya supaya melatih kita bersusah payah dalam kesulitan dan bagaimana kita bisa tetap bertahan melewatinya. Berkat perjuangan yang dilakukan menyebabkan keberhasilan yang didapatkannya menjadi indah. Kemenangan yang didapat dengan penuh perjuangan akan mengakibatkan rasa puas atau bahagia yang berbeda dibanding dengan yang tanpa usaha.

Dengan demikian puasa melatih daya tahan dan daya juang. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu baru bahagia kemudian.

Hal itu sebagaimana kita ketahui juga berarti sebagai perlawanan terhadap budaya instan dan konsumerisme masyarakat kita. Puasa sebagai bentuk kegiatan yang bermaksud go to basic. Kembali kepada yang dasar, yang fundamental. Termasuk dalam hal konsumsi barang.

Maka Ramadhan adalah semacam cultural shift yang berisi dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Intensifikasi peribadatan. Perlombaan dalam hal kebaikan. Untuk itu agar bisa menjalankan ibadah dengan baik selama bulan Ramadhan maka kita perlu manajemen waktu yang baik. Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengoptimalkan ibadah selama bulan Ramadhan. Salah satunya adalah dengan membuat jadwal atau agenda. Sayang sekali kalau bulan yang penuh dengan keberkahan ini berlalu begitu saja, kalau tidak kita isi dengan ibadah.

Bukankah dua bulan yang lalu kita berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, lalu setelah kita berjumpa dengannya apa intensifikasi ibadah yang kita lakukan. Tidak harus selalu jenis ibadah madhlah meskipun itu sangat ditekankan, tapi juga ibadah muamalat , seperti misalnya: bekerja atau berdagang. Jangan berpikir sekuler dengan memisahkan urusan dunia dengan akhirat. Segala sesuatu itu tergantung niatnya. Bisa jadi ada ibadah madhlah yang dikerjakan dengan niat tidak ikhlas maka ia hanya menggugurkan kewajiban, sementara tidak mendapat pahala. Tapi ada juga ibadah muamalat (ghairu madhlah) tapi dikerjakan dengan niat yang ikhlas untuk tujuan beribadah kepada Tuhan, mengerjakan pekerjaan dengan baik, sesuai secara scope dan tenggang waktuya maka baginya terhitung pahala. Itulah ciri-ciri muslim yang kaffah yang mengimplementasikan nilai Islam ke seluruh ruang lingkup kehidupan.

“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”, ( QS Al- Baqarah (2:208)). Karena Islam adalah sistem aturan dan anjuran dalam melaksanakan kehidupan. Islam adalah sikap ketundukan dan pasrah seorang hamba kepada Tuhan. Maka dalam menjalankan aktivitasnya ia berikhtiar semaksimal mungkin setelah itu ia serahkan hasilnya kepada Tuhan.

Berkaitan dengan masalah manajemen waktu, manusia memang sering memboroskan atau menyia-nyiakannya. Padahal waktu adalah sumber daya yang tidak ternilai, yang tidak bisa diulang. Bahkan waktu juga mempunya dimensi spiritualnya tersendiri. Waktu itu berjalan ke dalam mengikuti ritme pikiran bukan waktu yang terjadi di luar. Ada waktu spiritual atau waktu fisikal. Demikian adanya relativitas waktu. Dua orang memiliki waktu yang sama, tapi kenapa produktivitasnya bisa berbeda? Yang satu bisa melakukan berbagai macam hal tapi yang satu lagi hanya sedikit hal. Kenapa bisa begitu? Karena orang yang pertama berhasil masuk dalam dimensi rohaniah waktu, di mana kalau sudah berada dalam situasi ini waktu menjadi uncountable. Waktu menjadi mempunyai keberkahannya tersendiri. Tentunya ia sudah karib dengan kedisiplinan dalam mendayagunakan waktu sehingga waktu juga memberikan keberkahan dalam hidupnya.

Salah satu manajemen waktu yang bisa diaplikasikan adalah untuk tadarus Alquran. Ada tiga waktu yang bisa dioptimalkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Waktu sebelum sholat Shubuh atau sesudah sholat Shubuh, menjelang berbuka puasa, dan setelah sholat Tarawih. Dengan mengisi ketiga waktu tersebut maka target khatam satu hari satu juz akan tercapai. Selain itu kita harus mengatur jam tidur kita supaya tidak terlalu malam agar saat bangun sahur badan kita segar. Aktivitas bekerja juga akan maksimal dengan kondisi tubuh yang segar dan prima. Aktivitas ibadah jalan tanpa mengganggu pekerjaan.

Maka sungguh merugi orang yang membiarkan waktu berlalu dengan percuma tanpa adanya kegiatan yang bermanfaat. Menghambur-hamburkan waktu di masa muda hanya akan membuat penyesalan di masa tua. Terlebih lagi waktu di bulan Raadhan yang setiap detiknya menyimpan keberkahan. Maka sudah sepatutnya kita mesti melakukan intensifikasi ibadah dengan mendayagunakan waktu secara tepat. Dalam hal ini disinggung dalam ayat Alquran, Surat Al Ashr, “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”.

Akhirnya kita sampai pada penghujung tulisan dan juga penghujung Ramadhan. Sebelum saya akhiri, pernahkah kita memikirkan apa sebenarnya esensi ibadah? Tidak ada perintah dalam ajaran agama yang tidak untuk kebaikan manusia. Semua ibadah yang kita lakukan memang atas dasar perintah Allah, tapi sebenarnya itu semua adalah untuk kebaikan manusianya sendiri. Puasa melatih kita pintar bagaimana mengatur waktu supaya bisa menghasilkan output kegiatan yang produktif. Puasa melatih kita untuk mengontrol keinginan dan juga sebagai jalan penghapus dosa. Puasa juga sebuah latihan yang bermanfaat untuk membentuk mental hidup ketahanan dan kesabaran. Menunda kesenangan sesaat untuk kebahagiaan jangka panjang. Dan peluang itu terbuka lebar selama Ramadhan. Begitu Rahman Rahimnya Tuhan kepada hamba-hambanya.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya