Kemasan Baru Pariwisata NTB di Kala Pandemi

Kemasan Baru Pariwisata NTB di Kala Pandemi 29/12/2020 1303 view Ekonomi BPS Kabupaten Lombok Barat

Dalam hitungan hari, tahun 2020 akan segera berakhir. Meski dibuka dengan optimisme dan geliat pariwisata setelah pulih dari gempa, memasuki Maret pembangunan NTB gemilang kembali tersendat.

Sejak kasus pertama infeksi covid-19 terdeteksi di Provinsi NTB pada 24 Maret 2020 mulailah kita berdampingan dengan covid-19 dalam keseharian. Resesi yang melanda, meningkatnya pengangguran, dan meningkatnya angka kemiskinan mewarnai kaleidoskop NTB di tahun 2020 ini. Sektor yang paling terpukul oleh hantaman covid-19 adalah pariwisata.

Penutupan beberapa hotel hingga dirumahkannya pekerja perhotelan mewarnai warta ibukota NTB di awal pandemi. Berbagai inovasi sudah dicoba untuk dapat bertahan, mulai dari menjual paket staycation di hotel hingga menjajakan produk makan siap saji via pesan antar. Jika dulu pada peak season di Bulan Juli 2018 TPK hotel Bintang bisa menembus 60,44, maka Juli 2020 tersisa sepertiganya saja yaitu 22,28. Pencanangan tatanan baru mendongkrak TPK menjadi 27,05 pada Agustus dan terus meningkat menjadi 31,93 pada September dan 34,49 pada Oktober 2020. Sinyal positif ini mengindikasikan bahwa pariwisata masih menjadi produk unggulan yang diminati.

Hampir setiap hari pemberitaan akan bertajuk situasi yang terjadi akibat covid-19. Dimulai dari regulasi pembatasan sosial seperti ditutupnya sarana transportasi, pusat perbelanjaan dan hiburan yang dilarang beroperasi, hingga obyek wisata yang ditutup sementara.

Meski NTB tidak pernah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar, namun dampak yang dirasakan bagi sosial ekonomi kurang lebih sama dengan wilayah lain yang melakukan PSBB. Dilantiknya menteri pariwisata ekraf yang baru memberi secercah harapan bahwa neo pariwisata bisa bangkit di tengah pandemi. Hadirnya menteri baru, dan kondisi tatanan baru yang mendukung membuat sentimen positif akan bangkitnya pariwisata dapat segera terwujud.

Pariwisata di NTB seolah dipenuhi ujian. Gempa di akhir 2018 cukup mengguncang pariwisata. Dibutuhkan waktu setidaknya beberapa bulan hingga dunia wisata NTB bisa bangkit kembali di 2019. Baru beranjak menapak, tetiba pandemi menghadang dan pariwisata kembali menjadi pesakitan. Namun kali ini tidak hanya pariwisata NTB yang terhempas, namun seluruh dunia. Tidak hanya pengusaha berbasis turisme saja yang dibuat tak berkutik, namun para pelancong juga terkekang dalam lock down.

Sebelum gempa yaitu tahun 2017, jumlah tamu menginap di hotel bintang di NTB mencapai 941 ribu orang. Sejatinya angka ini bertendensi untuk terus meningkat, namun gempa di Agustus 2018 membuat tamu menginap turun drastis dan sepanjang tahun 2018 tamu menginap di hotel bintang menjadi 792 ribu orang. Tahun 2019 menjadi momen kebangkitan pariwisata NTB dan pijakan untuk melompat ke 2020. Indikasi kebangkitan ini tergambar dari jumlah tamu menginap di hotel bintang yang mencapai 715 ribu orang, hampir menyamai 2018. Mengawali 2020 jumlah tamu menginap sudah menunjukkan tanda-tanda akan naik. Januari hingga Februari 2020 dimana pandemi belum melumpuhkan pariwisata, jumlah tamu menginap di hotel bintang telah mencapai 126 ribu orang. Begitu pandemi melanda, jumlah tamu menginap langsung terjun bebas.

Apa daya, akhir Maret mulai diberlakukan pembatasan sosial. Ditutupnya bandara dan pelabuhan analog dengan toko pariwisata yang tutup. Dalam hitungan bulan, beberapa hotel mulai merumahkan karyawannya. Agen perjalanan tak mampu memperoleh pelanggan hingga tutup sementara. Pedagang cinderamata dan oleh-oleh sepi pengunjung. Tak perlu regulasi untuk tutup oleh pemerintah, memaksa bertahan buka saja tak ada pelanggan yang datang.

Situasi sedikit longgar ketika tatanan hidup baru diberlakukan agar kita bisa belajar hidup berdampingan dengan covid-19. Didukung oleh kejenuhan masyarakat yang telah mengisolasi diri di rumah saja selama beberapa bulan, gairah melancong bangkit kembali. Foto-foto warga yang tengah berwisata dan menikmati keindahan alam NTB mulai kembali mewarnai sosial media. Momentum sudah di depan mata, namun sepertinya belum bisa penuh mengembalikan geliat pariwisata seperti semula.

Keran perjalanan luar negeri untuk memasuki NTB sebenarnya sudah dibuka lebar. Jika April 2020 tamu luar negeri yang menginap hanya 70 orang saja, maka Oktober 2020 sudah menjadi 610 orang. Pergerakan naiknya tamu luar negeri ini serasa lambat, sedang para pengusaha berpacu dengan biaya operasional yang harus ditutup untuk tetap beroperasi di masa pandemi. Situasi yang tidak biasa ini memerlukan jalan keluar yang tidak biasa pula. Sebuah konsep pariwisata baru perlu diupayakan.

Yang dibutuhkan untuk melawan virus covid-19 adalah kuatnya sistem immun. Kekebalan tubuh akan meningkat saat fikiran kita bahagia, segar dan positif. Suasana inilah yang ditawarkan dari pariwisata, bagaimana dengan berwisata masyarakat bisa menjadi lebih sehat. Yang dijual dari pariwisata adalah bagaimana suasana yang menyenangkan bisa meningkatkan sistem immun.

Belajar dari bangkitnya pariwisata NTB pasca gempa, tidak ada alasan bagi para pelaku wisata NTB untuk menyerah pada pandemi. Belum ada jaminan kapan pandemi akan berakhir, namun itu bukan alasan bahwa pariwisata menggantung dalam ketidakpastian.

Sebuah konsep wisata baru yang mengedepankan kesehatan, rasa aman dan keberlanjutan lingkungan perlu ditawarkan ke pasaran. Protokol covid-19 menjadi nomor satu yang harus diberlakukan di semua destinasi wisata dan infrastruktur yang berafiliasi dengan wisata. Pelaku industri wisata dan pemerintah perlu duduk bersama dan menyamakan frekuensi. Kondisi yang tak lazim menuntut adanya inovasi yang luar biasa pula. Pembicaraan di sosial media dapat dijadikan corong untuk menyaring informasi konsep wisata sehat seperti apa yang didambakan oleh pelancong. Mencari informasi dari market akan lebih efektif ketimbang membuat kebijakan sepihak yang belum tentu diterima publik. Rangkul dan sokong UMKM ekonomi kreatif untuk menghasilkan produk cinderamata yang akan membuat wisatawan rindu untuk datang kembali ke Lombok. Bila perlu buat sertifikasi bebas covid pada produk kuliner yang biasa menjadi oleh-oleh pengunjung.

Pemberlakuan untuk melakukan rapid test antigen untuk memasuki Bali bisa jadi menguntungkan NTB. Sebagian traveler yang rindu suasana baru bisa mengalihkan kunjungan ke Lombok. Cuti bersama dan liburan akhir tahun adalah momen bagi para pelaku wisata meraup untung.

Promosi gencar adalah cara mengambil hati calon pelancong untuk menetapkan destinasinya ke NTB. Tawarkan opsi wisata sehat yang menguatkan kekebalan tubuh. Pastikan bahwa dengan berkunjung ke NTB mereka akan memperoleh rasa aman dengan penerapan protokol covid yang ketat. Menjaga rasa kepercayaan konsumen ini yang sulit. Mereka harus diyakinkan bahwa NTB patuh dan selalu menjadikan 3 M (Memakai masker, Mencuci Tangan dan Menjaga jarak) sebagai bagian dari keseharian. Jual ide bahwa sepulang berlibur dari NTB wisatawan akan semakin sehat dan kekebalan tubuhnya meningkat. Jangan terlambat membaca situasi pasar, dan tangkap kesempatan selagi ada.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya