Salah Satu Kegiatan Ojol yang Hilang Saat Corona
Sebagai driver ojek online (ojol), sepertinya cukup bagi saya untuk mengingat kenangan orderan sebelum wabah Corona. Kenangan indah itu cukup bikin sesak kalau dibahas lagi. Sudah, ya? Sepertinya tak ada yang bisa saya tulis lagi. Eh, tapi ini masih paragraf pertama kan?
Kali ini saya mau cerita pengalaman saya pas ngojol. Daripada stres memikirkan kondisi sekarang, saya ingin sedikit flashback saja. Lah, katanya tak ingin mengenang lagi? Ini cuma cerita, bukan bermaksud mengenang. Jadi, santai saja sedikit.
Dalam dunia perojolan, dikenal istilah ngelowo. Kata itu diambil dari lowo, bahasa Jawa untuk menyebut hewan kelelawar. Apa maksudnya? Apa hubungannya ojol sama kelelawar? Memangnya ojol bisa berubah jadi Batman?
Bukan, bukan itu maksudnya. Maksudnya ojol itu akan bekerja dari tengah malam sampai pagi hari. Bahkan sampai lebih dari pagi hari, kalau fisiknya kuat. Demi apa mereka melakukan hal itu? Kebanyakan mereka melakukan hal itu demi insentif. Berbeda dengan saya yang ngojol malam hari karena bosan berdiam diri di kosan dan kebetulan sedang sulit tidur.
Bukankah malam hari waktunya orang untuk istirahat, lalu hendak kemana mencari penumpang? Memangnya masih ada yang mau pesen makanan? Sederet pertanyaan itu sering saya dengar ketka sedang ngelowo.
Jujur saya tak kurang akal. Masih banyak tempat ngopi yang buka malam hari bahkan hingga dini hari pula. Tentu mereka yang suka ngopi itu banyak yang membawa motor. Lalu apakah hanya mengandalkan orderan dari mereka?
Oh, tentu tidak. Jangan lupa, masih ada tempat lain yang tetap beroperasi saat malam, bahkan dini hari. Tempat hiburan malam. Iya, Anda tak salah baca. Tempat hiburan malam.
Tempat karaoke dan klub malam sering saya samperi dan jadi tempat mangkal favorit pas lagi ngelowo. Tujuannya tentu untuk menunggu orderan. Siapa tahu ada orang order ojol lalu minta diantarkan pulang ke kosan atau kontrakannya. Atau ada orderan buat kirim makanan. Kalau bukan soal orderan, apakah saya datang ke tempat itu untuk sekadar senang-senang alias have fun? Itupun dengan syarat kalau ingin dompet saya gampang jebol.
Karena kebiasaan itu kadang saya mendapat cibiran beberapa temen saya. Kadang dia bilang, masa kerja ojol nunggu orang mabuk dulu? Saya cuma nyengir saja. Toh ledekan temen saya tak berpengaruh pada ramai tidaknya orderan yang masuk ke hape saya.
Memang masih ada stigma negatif kalau ada orang yang deket sama tempat semacam itu. Seperti saya, yang sering mangkal di tempat seperti itu juga sering dianggap sebagai orang nakal dan lain-lain. Saya pribadi tak ambil pusing. Toh, saya hanya mangkal di situ untuk menunggu orderan. Tak ada juga tulisan ojol dilarang cari penumpang disitu.
Bahkan akibat saya sering mangkal di situ, saya jadi dapat banyak cerita. Kebanyakan curhatan orang-orang yang kerja di dunia malam. Mereka sering curhat kalau ingin sekali kerja di tempat lain. Kerja yang tidak bikin capek batin. Bagaimana tak capek batin, mereka pulang kerja saat tetangga mereka bangun pagi dan sedang belanja ke tukang sayur terdekat. Ketika sedang berpapasan dengan tetangga itu, siap-siap saja jadi bahan gunjingan.
Tak hanya cerita diatas. Saya pernah dapat order mengantar penumpang. Ternyata penumpang itu kerja di salah satu bank spesialis kredit perumahan. Karena jarak antaran cukup jauh, kesempatan bagi saya untuk bertanya soal kredit perumahan. Penumpang tersebut menjelaskan bahwa ada program antara bank tempat dia bekerja dengan perusahaan ojol. Jadi driver ojol yang ingin mengajukan kredit rumah, bisa langsung mengajukan kredit ke bank tersebut. Pembayaran cicilannya akan dipotong setiap minggu dari saldo driver ojol. Gampang sekali, bukan?
Memang terlihat gampang sekali. Namun perlu diingat bahwa bila kita hendak kredit rumah, perlu kalkulasi agar kreditnya tak macet di tengah jalan. Sekadar kredit barang elektronik tentu mudah dilunasi selama satu atau dua tahun. Nah, untuk kredit rumah? Bisa puluhan tahun untuk pelunasan cicilannya. Apalagi driver ojol tak bisa memastikan orderan yang masuk tiap harinya.
Tapi program tersebut baru menerima kredit rumah yang ada di area kabupaten saja. Untuk daerah kota, masih dipikirkan. Wajar saja karena harga tanah daerah perkotaan pasti lebih mahal daripada harga tanah di daerah kabupaten.
Jadi, bagi saya, ngelowo pas ngojol itu asyik. Ada banyak cerita tak terduga yang saya dapatkan. Ada cerita yang bikin terenyuh, ada cerita yang bikin penasaran, dan masih banyak lagi.
Namun karena Corona, ditambah beberapa deerah sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kegiatan ngelowo di atas sementara berhenti total. Apalagi ojol hanya dibolehkan menerima orderan pengiriman makanan dan barang dan melarang menerima order membonceng penumpang. Meski berat, namun apa daya seorang ojol selain berdoa agar wabah Corona segera berakhir dan kami bisa berojol seperti biasa.
Artikel Lainnya
-
27710/01/2025
-
225427/05/2020
-
191818/03/2020
-
Screen Time Pada Anak, Siapa Bertanggung Jawab?
123114/03/2022 -
515210/12/2019
-
Berkarya: Mengawetkan Gagasan dalam Ruang Karya
123112/08/2020
