Kejahatan Anak Terhadap Anak

Beberapa waktu lalu kita mendengar kabar yang memilukan hati bahwa seorang anak yang masih berumur 11 Tahun telah menjadi korban pembunuhan berencana di Makasar. Kepedihan hati, rasanya tidak sampai di situ saja. Hati semakin bertambah pilu ketika kita menemukan fakta bahwa pelaku pembunuhan berencana tersebut terdiri dari 2 (dua) orang di mana masing-masing dari mereka masih berusia remaja dan anak-anak.
Sungguh berita duka tersebut, membuat kita khawatir dan was-was, begitu burukkah moral penerus generasi Indonesia ke depan, sehingga masih berusia remaja tepatnya umur 17 tahun dan masih berusia anak-anak tepatnya masih berusia 14 tahun tega melakukan pembunuhan berencana hanya untuk memperoleh uang banyak dengan jalan pintas yaitu melakukan pembunuhan terhadap sesama anak dan kemudian ingin diambil organ tubuhnya berupa ginjal untuk dijual.
Memang, pembunuhan berencana yang dilakukan oleh kedua pelaku tersebut, bukan melulu didorong oleh faktor ekonomi, namun juga didorong oleh faktor eksternal lainnya yaitu berupa kemajuan teknologi informasi berupa internet. Tidak bisa kita pungkiri bahwa kemajuan teknologi informasi dengan munculnya internet yang semua menjadikan serba digital selain bermanfaat juga hal ini dapat memberikan pengaruh negatif terutama bagi mereka yang kemampuan literasinya rendah. Anak mudah tergiur pada iming-iming yang ditawarkan oleh situs yang ada dalam internet. Padahal belum tentu apa yang ditawarkan tersebut memberikan manfaat bagi kita, bisa jadi yang ditawarkan tersebut menyesatkan dan merusak moral kita.
Perbuatan keji yang dilakukan oleh anak dan remaja kepada seorang anak di Makasar beberapa waktu lalu, dipicu oleh tayangan atau berita di sebuah situs internet berupa jual beli organ manusia dengan harga mahal, sehingga anak dan remaja tersebut terinspirasi dan tergiur untuk melakukan pembunuhan berencana guna mendapatkan uang banyak dengan cara mudah dan cepat yaitu dengan membunuh dan mengambil organ yang laku dijual salah satunya adalah ginjal. Namun perlu diingat bahwa perbuatan ini adalah perbuatan biadab dan tidak berperikemanusiaan. Perbuatan ini sudah di luar batas akal sehat kita sebagai seorang manusia.
Kita menyadari bersama bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era sekarang ini, seperti kemajuan di bidang teknologi informasi dengan munculnya internet, di satu sisi memberikan beribu manfaat namun di sisi lain juga memiliki dampak negatif yang begitu besar, jika kita tidak mampu mengontrol dan mengendalikannya dengan benar. Seyogyanya, kemajuan teknologi informasi yang hari-hari ini semuanya serba digital harus diimbangi dengan penguatan literasi dan penanaman nilai-nilai moral yang kuat mulai sedini mungkin dari lingkungan keluarga.
Hadirnya kekekasan berupa pembunuhan berencana yang terjadi di Makasar dan dilakukan oleh 2 (dua) orang remaja dan anak yang tergoda setelah membaca situs jual beli organ tubuh manusia di internet seharusnya tidak perlu terjadi seandainya pada diri anak dan remaja tersebut memiliki bekal kepribadian dan moral yang kuat. Kejadian ini mengindikasikan bahwa pondasi dasar moral dan kepribadian generasi muda penerus bangsa kita masih rapuh sehingga mudah sekali tergiur untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya melanggar hukum dan juga melanggar etika.
Kekerasan yang dilakukan anak terhadap anak di Makasar juga memberikan sinyal lampu kuning kepada kita mengenai ancaman kerusakan moral anak bangsa ke depan. Untuk itu, kejadian tersebut seharusnya menjadikan kita untuk lebih mengedepankan pendidikan moral dan budi pekerti kepada anak agar mereka memiliki kepribadian yang kuat sehingga mampu membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dengan kepribadian yang kuat yang dimiliki anak-anak sejak dini maka peristiwa seperti kekerasan pembunuhan berencana yang dilakukan anak dan remaja di Makasar bisa kita cegah.
Pendidikan moral dan budi pekerti untuk memperkuat kepribadian anak-anak Indonesia sesungguhnya bukan hanya menjadi tanggung jawab negara namun juga masyarakat dan keluarga. Negara dalam hal ini pemerintah bisa memperkuat moral dan budi pekerti anak-anak melalui dunia pendidikan baik formal maupun non formal. Pemerintah bisa memperbanyak materi-materi yang bersifat penanaman budi pekerti dan moral anak di dalam kurikulum yang ada. Adapun peran keluarga adalah menanamkan budi pekerti dan moral pada anak di dalam keluarganya. Anak perlu dikasih tahu dan beri teladan mana yang baik, mana yang benar dan mana yang tidak boleh dilakukan. Pun demikian di dalam hidup bermasyarakat.
Kita menyadari bersama bahwa kita tidak bisa menolak dan menghindar dari perkembangan teknologi informasi seperti lahirnya internet, namun sebagai masyarakat dan keluarga kita bisa membetengi anak-anak kita dari pengaruh negatif hadirnya internet dengan penguatan literasi digital dan pendidikan budi pekerti serta penanaman moral kemanusiaan pada anak mulai sedini mungkin baik di rumah, di masyarakat maupun di sekolah. Semoga kejahatan anak terhadap anak yang terjadi di Makasar adalah kekerasan terakhir dan tidak akan terulang lagi.
Artikel Lainnya
-
249617/12/2019
-
139327/10/2019
-
151101/08/2023
-
Catatan Redaksi: Merdeka 100 persen
158817/08/2020 -
Geliat Spiritual Renaissance Masyarakat Kota
109111/02/2022 -
132631/08/2020