Catatan Redaksi: Merdeka 100 persen

Setiap pekan The Columnist menyajikan tulisan dari meja redaksi dengan mengangkat isu publik yang tengah berkembang dan patut diperbincangkan.
Kali ini catatan redaksi ditulis oleh Bung Supriyadi mengajak pembaca untuk memaknai kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Disampaikan secara ringan, namun membawa pesan penting khususnya bagi para milenial.
Selamat membaca!
Hari ini, 75 tahun yang lalu, bangsa Indonesia memproklamirkan diri menjadi negara yang merdeka, setelah beratus-ratus tahun lamanya dijajah oleh bangsa lain, dari bangsa Eropa hingga sesama bangsa Asia.
Maka menjadi sangat wajar, di setiap tanggal 17 Agustus di seluruh pelosok tanah air selalu merayakan hari kemerdekaan itu dengan berbagai cara. Pemasangan bendera merah putih sebulan penuh, dari tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus, mengadakan berbagai macam lomba yang bertujuan untuk mempererat sesama anak bangsa agar negeri ini jangan terpecah-belah, hingga malam acara tasyakuran dan tumpengan yang diadakan pada malam 17 Agustus, meskpiun pada tahun ini pelaksanaannya peringatan hari kemerdekaan kita terkesan lebih sederhana mengingat negeri kita saat ini masih sedang darurat korona.
Setiap peringatan hari kemerdekaan, dalam hati saya selalu bertanya-tanya benarkah kita sudah benar- benar merdeka? Benarkah kita sudah merdeka 100 persen dan memang benar sudah tidak terjajah lagi? Benarkan setiap anak bangsa di negei ini sudah bisa menikmati kemerdekaan sejati atau hanya sebagian warga negara saja yang menikmatinya?
Merdeka selalu punya definisi. Jika kita berpatokan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merdeka mempunyai tiga arti, yaitu, pertama, bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri, kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan dan arti ketiga tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu.
Merujuk pada definisi tersebut sebenarnya bangsa ini belum bisa dikatakan merdeka sepenuhnya. Kita belum mampu dan belum mau untuk menjadi orang-orang merdeka seratus persen. Dalam diri sebagian orang di negeri ini belum bisa meninggalkan sikap lama kaum terjajah. Kita belum mampu menjadi diri sendiri bahkan menjadi tuan di negeri sendiri. Belum mampu menentukan nasib di tangan kita sendiri.
Kita masih memiliki budaya sebagai orang taklukkan, kita hari-hari ini belum mampu mengikis habis sifat budak dalam diri bangsa ini. Hubungan seperti tuan dan budak masih berlaku di negeri ini. Hal inilah yang barang kali membuat negeri ini belum bisa mencapai kemerdekaan 100 persen.
Budaya sebagai orang taklukkan yang belum mampu hilang 100 persen tersebutlah yang mempermudah orang untuk melakukan tindak kejahatan seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di negeri ini. Ambil contoh kasus Joko Candra yang menyeret beberapa pejabat di kejaksaan, disdukcapil, kepolisian hingga pengusaha. Para oknum pejabat yang mau membantu pelarian sang buron memberikan gambaran kepada kita bahwa mereka belum memiliki jiwa dan mental merdeka sehingga mereka masih bisa diperlakukan laksana hubungan Tuan dan Budaknya.
Di sisi lain kemerdekaan di negeri ini juga belum bisa dinikmati 100 persen oleh bangsa Indonesia. Masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Anak-anak usia sekolah yang harusnya menikmati belajar di sekolah terpaksa harus putus sekolah dan memaksakan diri untuk bekerja membanting tulang hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar dirinya dan keluarganya.
Di kota-kota besar masih sering kita jumpai para pengemis, gelandang dan juga keluarga-keluarga yang hidup di bantaran sungai dan kolong jembatan karena keadaan tak memungkinkan mereka memiliki rumah yang layak huni. Mereka adalah para rakyat yang juga punya hak untuk menikmati kemerdekaan dengan memperoleh rumah tinggal yang layak di negeri di mana mereka dilahirkan. Namun apa daya itu semua, bagi mereka hanya sebatas impian.
Di tempat kami tinggal sekarang pun pembangunan sebagai pengejawantahan untuk mengisi kemerdekaaan juga belum dirasakan oleh warga yang tinggal di sekitar kami. Jalan di mana tempat kami tinggal masih berdebu ketika musim kemarau tiba, pun menjadi becek ketika musim penghujan tiba. Meskipun ada aliran listrik namun masih sering byar-pet padahal tempat kami tinggal sebenarnya tak jauh dari pusat ibu kota salah satu provinsi di Indonesia.
Mengenai kemerdekaan ini saya pun kemudian teringat sebuah Risalah yang berjudul mencapai Indonesia Merdeka (1933). Di dalam Risalah tersebut, Bung Karno menuliskan bahwa Indonesia yang merdeka nanti, Indonesia bukan hanya merdeka dalam bidang politik, tetapi juga merdeka dalam bidang ekonomi dan lain-lain. Jangan sampai secara politik kita sudah lepas dari penjajah Belanda, tetapi dalam bidang ekonomi, kita masih dijajah, baik oleh bangsa asing tetapi juga dijajah oleh bangsa sendiri.
Apa yang dituliskan oleh Bung Karno tersebut, barang kali belum sepenuhnya dapat kita wujudkan. Masih ingat di dalam kepala kita kuatnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di era Orde Baru membuat bidang politik dan perekonomian bangsa ini dikuasai oleh segelintir orang saja sehingga menimbulkan gerakan yang kemudian kita sebut sebagai Reformasi.
Pun, demikian di era pasca reformasi sekarang ini, rasanya kita juga belum bisa merdeka seratus persen. Kekayaan yang terkandung di dalam bumi dan air serta di atas bumi masih dikuasai oleh kapitalis asing maupun domestik. Banyak perusahaan tambang emas, minyak dan gas dikuasai oleh pihak asing meskipun dalam bentuk kontrak karya yang menempatkan bangsa Indonesia tidak dalam posisi dominan. Sekali lagi hal ini memberi sinyal kita belum merdeka 100 persen.
Akhirnya di hari kemerdekaan bangsa ini yang ke-75 saya ingin mengucapkan “Dirgahayu Republik Indonesia” semoga kemerdekaan 100 persen dapat kita capai sehingga kita bisa menentukan nasib sendiri di tangan kita sendiri baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya dan bidang lainnya. Sekali Merdeka Tetap Merdeka. Hidup Rakyat!.
Artikel Lainnya
-
205202/01/2022
-
136621/04/2020
-
19902/03/2025
-
Bentuk Kepatuhan Publik di Tengah Pandemi
682114/05/2020 -
Efek Kardashian, Makna Privasi, dan Para Penikmatnya
140419/10/2021 -
Benarkah Tuhan Dapat Dibuktikan Secara Ilmiah?
103904/02/2025