Kehidupan Setelah Kematian

Waktu terus berjalan. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan pun berganti tahun.
Tak terasa waktu yang terus berjalan, semakin mendekatkan kita pada kematian. Sesuatu yang pasti datang, tak bisa ditolak, tak bisa dihalang-halangi. Datang sewaktu-waktu sesuai jadwal dan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta. Tuhan Yang Maha Esa. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kematian yang menjemput kita, tak kenal pilih kasih. Siapapun kita, kematian pasti menghampiri, kematian pasti datang. Kematian telah menunggu kita. Kapan saja.
Kematian bisa datang pada yang muda, pada yang tua, yang masih remaja, anak-anak, laki-laki dan juga perempuan. Apapun statusnya, apapun profesinya, apapun jabatannya. Jika waktu kematian telah tiba tak seorang pun bisa mencegahnya.
Kematian juga bisa disebabkan oleh seribu satu alasan atau lebih. Ada bayi yang meninggal karena terpapar asap, ada mahasiswa yang meninggal karena timah panas sewaktu melakukan demonstrasi, ada juga yang meninggal karena dugaan pembunuhan yang disebabkan orang yang bersangkutan adalah seorang aktivis, ada juga orang yang meninggal ketika sedang mengumandangkan adzan atau juga meninggal ketika sedang duduk di bawah pohon sawit di kebun miliknya. Dan masih banyak lagi penyebab kematian ini.
Terhadap peristiwa kematian, manusia menyikapinya secara berbeda-beda. Namun setidaknya ada dua sikap yang dimiliki manusia terhadap peristiwa kematian ini. Sikap pertama yaitu bahwa datangnya kematian diterima dengan rasa kesedihan dan kesengsaraan. Sikap ini biasanya ada pada mereka yang terlalu mencintai dunia dan tak meyakini akan adanya kehidupan setelah kematian. Dimana hari itu adalah hari bagi keadilan atas segala perbuatan kita ketika hidup di dunia.
Mereka sedih, sebab mereka akan meninggalkan dunia seisinya serta segala sesuatu yang mereka miliki. Mobil mewah, rumah megah, anak, istri, suami, kebun sawit, jabatan dan lain sebagainya akan mereka tinggalkan. Mereka merasa sedih meninggalkan itu semua. Namun mereka tak bisa lari akan datangnya kematian. Sama seperti kita dan manusia yang lainnya.
Sikap kedua adalah menerima dengan ikhlas dan bahagia terhadap peristiwa kematian. Sikap ini biasanya dimiliki bagi orang yang meyakini akan adanya kehidupan setelah kematian dan akan adanya hari pembalasan atas perbuatan kita di dunia.
Kehidupan dunia ibarat berkebun atau pun bertani. Di dunia inilah kita harus menabur benih sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya, sebab kelak setelah kematian akan ada kehidupan lagi, dan di sanalah kita akan diadili seadil-adilnya terhadap apa yang kita tanam selama kita hidup di dunia.
Jika semasa hidup kita selalu berbuat baik, Insya Allah kelak ketika kita berada di alam setelah alam maya pada ini, maka kita akan memperoleh balasan yang baik. Namun ketika kita hidup di dunia kita berada di jalan yang salah yang mendekatkan kita pada dosa maka kelak ketika hidup di alam setelah alam dunia, kita pun akan mendapatkan balasan yang setara dan seadil-adilnya. Di sanalah kehidupan kekal dan abadi.
Tentu kita semua berharap, ketika kematian menjemput maka kita menghendaki kematian kita adalah kematian yang baik sehingga ketika berada pada tahap kehidupan setelah kematian kita berada di SurgaNya. Namun pantaskan kita memperoleh surgaNya???
Jika kita menghendaki surgaNya kelak, maka yang perlu kita lakukan adalah selalu berbuat baik kepada siapa saja yang ada di muka bumi dan menjalankan segala perintahNya serta menjauhi segala laranganNya.
Berbuat baik tidak perlu menunggu nanti, sebab hidup kita di hari ini bukan besok. Belum tentu besok kita ketemu matahari, belum tentu besok kita masih mampu menghirup oksigen dan belum tentu juga besok kita masih ada kesempatan untuk bertaqwa dan berbuat baik. Bisa jadi besok kita kembali kepadaNya.
Maka untuk itu kita harus mulai berbuat baik hari ini, detik ini juga. Kita harus selalu berbuat baik kepada keluarga, kepada teman, kepada tetangga, kepada rekan kerja dan siapa saja. Dengan berbuat baik kepada siapa saja, tentunya kita berharap kelak ketika kematian menjemput kita, maka akan ada orang yang mendoakan kita untuk mendapatkan surgaNya.
Semoga kita semua adalah insan yang beriman dan bertaqwa. Semoga kelak ketika kematian itu datang, kematian kita semua adalah kematian yang baik. Jalan kematian yang selalu kita rindukan. Aamiin.
Artikel Lainnya
-
22526/03/2025
-
84327/09/2022
-
100906/06/2021
-
Benarkah Kedatangan Habib di Nusantara Bagian dari Politik Kolonial ?
140817/01/2025 -
Sengkarutnya Biaya Maintece GIK UGM dari UKT Mahasiswa
94429/11/2024 -
Local Lockdown: Dari Subjektivisme Etis hingga Spirit Parrhesiastis
173130/03/2020