Hikmah dan Musibah Dibalik Letusan Gunung

Hikmah dan Musibah Dibalik Letusan Gunung 27/12/2022 1495 view Agama medcom.id

Baru-baru ini kita mendengar berita Gunung Semeru yang kembali meletus. Gunung tertinggi di pulau Jawa memuntahkan gumpalan awan raksasa pada hari Minggu, 4 Desember 2022 pada pukul 02.46 WIB. Semburan yang kurang lebih setinggi 15 kilometer di atas puncak membuat status gunung tersebut dinaikkan dari Level III atau siaga menjadi Level IV atau awas.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau kepada masyakarat supaya tidak beraktivitas di sekitar Gunung Semeru serta mewaspadai potensi erupsi susulan, guguran awan panas, dan aliran lahar di sungai.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), Gunung Semeru yang meletus pada tanggal yang sama dengan tahun sebelumnya, mengakibatkan 1.979 jiwa mengungsi di 11 titik pengungsian setelah meningkatnya aktivitas vulkanik Semeru. Sampai siaran pers BNPB diterbitkan belum ada laporan terkait adanya korban jiwa. Semoga benar-benar tidak ada, Aamiin.

Hikmah Dibalik Musibah

Tanpa mengesampingkan dampak kerugian materiil dan non-materiil, sesungguhnya dibalik fenomena meletusnya gunung terdapat beberapa hikmah. Misalnya abu vulkanik yang terlontar pasca erupsi. Satu sisi ia membawa dampak negatif, khususnya bagi warga yang bermukin di sekitar gunung, namun di sisi lain ia juga memiliki beberapa manfaat yang positif.

Di antara manfaat abu vulkanik bekas erupsi ialah dapat menjadi pupuk bagi pertanian. Abu vulkanik memiliki 4 jenis mineral seperti Alumunium (Al), Magnesium (Mg), Besi (Fe), dan Silika (Si) yang baik untuk menyuburkan tanaman.

Lalu secara alami abu tersebut juga bermanfaat untuk mengusir hama serangga yang hidup dan berkembang biak pada tanaman pertanian. Sebab asam abu vulkanik, membuat serangga sulit untuk hidup dan otomatis populasinya akan menurun. Begitu pula tanaman gulma yang menjadi sarang hama serangga tidak dapat tumbuh.

FYI, kabarnya abu vulkanik sisa erupsi juga bisa bikin wajah makin glowing loh!. Manfaat seperti mencegah jerawat, wajah berminyak, penuaan dini kulit, menghilangkan racun serta membersihkan kulit dan lain sebagainya. Membuat abu tersebut sering digunakan sebagai bahan utama pembuatan kosmetik atau langsung digunakan sebagai masker wajah.

Kemudian saya juga teringat obrolan malam hari bersama bang Ilham, seorang alumnus Ilmu tanah IPB University Bogor yang mengatakan, “banyaknya gunung api di Pulau Jawa membuat tanah di pulau ini berkualitas premium untuk pertanian”.

Pasalnya, permukaan tanah di pulau Jawa adalah hasil dari timbunan materiil-materiil yang dimuntahkan oleh aktivitas vulkanik gunung berapi sejak ribuan tahun lalu. Sehingga tanah tersebut kaya akan unsur hara penyubur tanaman.

Gunung dalam Al-Qur’an

Kata “jabbal” yang berarti gunung juga beberapa kali disebut dalam Al-Qur’an. Surat An-Naba; 7 misalnya, Allah SWT berfirman:

وَّالْجِبَالَ اَوْتَادً

Artinya: “Dan gunung-gunung sebagai pasak.” (An-Naba/78: 7)

Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Dr. Quraisy Shibah, selain menyebutkan bahwa gunung-gunung sebagai pasak untuk menguatkan bumi, dijelaskan juga bahwa lapisan pada kerak bumi mencapai ketebalan sekitar 60 kilometer. Lapisan yang meninggi membentuk gunung-gunung, adapun yang ke bawah menjadi lautan dan samudra. Hal tersebut tidak lain adalah untuk menjaga keseimbangan bumi.

Kemudian dalam surat an-Naml: 88:

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَّهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِۗ صُنْعَ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍۗ اِنَّهٗ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَفْعَلُوْنَ

Artinya: “Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml/27: 88)

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an menyebutkan, secara garis besar terdapat dua tafsiran atas ayat ini. Pertama, Ulama yang berpendapat bahwa gunung yang bergerak seperti awan, akan terjadi pada hari Kiamat, sebagaimana al-Maragi. begitu pun Imam Nawawi dalam “Marah Labid” mengungkapkan hal yang serupa, bahwa gunung-gunung akan meledak pada hari Kiamat, kemudian berubah menjadi debu dibawa angin seperti fatamorgana.

Sedangkan pendapat kedua, beranggapan bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan kejadian hari kiamat, akan tetapi terjadi saat ini. Mufasir yang berpendapat seperti ini, yaitu Hamka, Ia mengibaratkan bahwa gerak gunung yang tidak dapat dirasakan bagaikan penumpang pesawat yang tak dapat merasakan pergerakan pesawat, kecuali jika ia melihat keluar jendela.

Tentu masih banyak lagi tafsiran lain atas ayat-ayat yang menyebutkan gunung di dalam Al-Qur’an yang tidak bisa penulis ulas dalam tulisan ini.

Akhirul Kalam

Meski demikian, kita patut berbelasungkawa atas dampak musibah yang menimpa warga di sekitaran Semeru, bahkan jika memungkinkan, terlibat aksi langsung mengulurkan tangan membatu warga terdampak. Sembari kita terus munajat berdoa memohon kepada Allah SWT, semoga Semeru segera pulih, tidak ada korban jiwa, dan warga sekitar bisa kembali beraktivitas kembali seperti sedia kala. Aamiin.

Serta yakinlah firman Allah SWT:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Al-Insyirah/94: 5-6)

Wa Allahu a’lam!

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya