Gawai dan Literasi pada Anak

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Gawai dan Literasi pada Anak 26/04/2021 1239 view Opini Mingguan www.sehatq.com

Dewasa ini digitalisasi terjadi pada segala jenis sendi kehidupan. Salah satu contoh konkretnya dapat dilihat dari munculnya banyak perangkat yang dapat digunakan untuk mengakses informasi digital.Tidak bisa dipungkiri kehadiran peralatan modern memang membuat pekerjaan manusia lebih mudah dan cepat. Namun ada beberapa dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut.

Pemanfaatan teknologi untuk hal positif diantaranya adalah mudahnya seseorang dalam mengakses informasi. Kebutuhan manusia untuk akses informasi memang tidak terbantahkan. Di era modern seperti sekarang ini orang yang ketinggalan informasi berarti akan ketinggalan pula dalam segala hal yang akan berdampak pada kehidupan sosialnya.

Contohnya bagi perempuan yang memiliki ketertarikan terhadap fesyen yang tinggi akan terus update terhadap berita maupun iklan mengenai produk fesyen terbaru supaya tetap eksis jika bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal tersebut juga dapat terjadi pada seorang pria, seorang pria yang ketinggalan informasi misalnya berita transfer pemain sepak bola ataupun berita politik yang sedang aktual maka akan sulit mengikuti perbincangan di kantor atau di poskamling kampung dibandingkan dengan orang lain yang selalu mengikuti perkembangan berita.

Begitu juga bagi anak-anak atau remaja usia sekolah akan tertinggal dibandingkan dengan temannya yang lain apabila tidak mencari bahan belajar maupun berita terkini dari sumber lain selain dari materi yang disampaikan di dalam kelas. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut diperlukan satu kegiatan yang sangat penting yaitu "literasi baca”.

Kegiatan literasi baca ini penting dilakukan karena kebutuhan seseorang terhadap akses informasi merupakan suatu hal pokok. Di era modern seperti sekarang ini setiap orang dimanjakan dengan adanya layanan internet yang membuat akses terhadap bahan bacaan semakin mudah. Yang menjadi permasalahannya adalah kemauan seseorang melakukan kegiatan membaca yang masih rendah. Khususnya di Indonesia. Permasalahan tingkat minat baca yang masih sangat rendah dibuktikan dengan adanya riset yang dilakukan World’s Most Literate Nations pada tahun 2016 lalu yang menunjukan peringkat Indonesia berada pada posisi 60 dari 61 negara yang diteliti.

Beberapa ahli mengungkapkan rendahnya minat baca ini dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah harga buku yang terbilang cukup mahal dibandingkan dengan pendapatan yang dimiliki orang Indonesia pada umumnya. Selain itu, orientasi masyarakat yang menganggap bahwa kegiatan membaca merupakan aktivitas yang hanya dilakukan oleh “orang sekolahan” menjadi faktor penghambat minat baca orang Indonesia. Selain itu budaya membaca belum terlalu dilestarikan oleh masyarakat Indonesia. Padahal membaca adalah jembatan ilmu.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi rendahnya minat baca adalah dengan membiasakan anak sejak dini untuk membaca. Dalam hal ini kegiatan membaca jangan dipersempit dengan kegiatan membaca buku saja. Adanya fasilitas smartphone bisa dimanfaatkan oleh orang tua dalam hal menumbuhkan budaya membaca bagi sang buah hati.

Pada masa sekarang banyak sekali orang tua yang memberikan gawai sebagai sarana bermain bagi anak mereka. Smartphone yang menyediakan banyak fitur membuat daya tarik tersendiri bagi anak. Untuk itu orientasi orang tua dalam hal memberikan gawai ini jangan hanya diberikan sebagai sarana rekreasi anak agar terhibur tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi anak.

Usia emas anak-anak sangat bagus digunakan jika untuk mempelajari hal-hal yang bermanfaat sehingga di kemudian hari hal tersebut akan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Daya ingat seorang anak yang masih kuat harusnya juga dimanfaatkan oleh orang tua untuk memaksimalkan kemampuan berpikir dan berimajinasi anak menjadi lebih baik.

Banyak aplikasi yang tersedia di smartphone yang bisa dimanfaatkan orang tua agar sang anak terbiasa membaca. Selain itu melalui aplikasi yang tersedia di smartphone dapat juga digunakan sebagai sarana belajar menulis. Jika kegiatan membaca dan menulis sudah menjadi kebiasaan sejak anak usia dini maka akan sangat memungkinkan di usia remaja maupun dewasa kegiatan tersebut juga akan terus berlanjut.

Akan tetapi dengan masifnya penggunaan smartphone pada anak bukan berarti tidak menimbulkan dampak negatif. Karena banyak ahli yang mengungkapkan bahwa setiap perangkat elektronik memancarkan energi elektromagnetik yang akan berbahaya bagi proses pertumbuhan anak. Selain itu kemampuan mata juga akan terganggu jika mata terlalu sering digunakan untuk melihat layar smartphone.

Pentingnya pendampingan yang dilakukan orang tua menjadi kunci agar anak-anak terhindar dari hal-hal negatif tersebut. Selain itu kemampuan persuasif orang tua dalam membujuk anak agar terbiasa membaca juga menjadi kunci agar membaca menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Untuk itu diharapkan peran aktif dari orang tua agar budaya membaca pada anak dapat tertanam sejak mereka masih kecil dan akan terus berlanjut hingga mereka berusia sekolah maupun ketika mereka sudah dewasa.

Jika kebiasaan semacam ini sudah menjadi standar dalam mendidik anak, bukan tidak mungkin tingkat minat baca di Indonesia akan semakin bagus. Semakin bagus ini bukan hanya sekedar membaiknya peringkat literasi melalui survei yang dilakukan tetapi lebih jauh dari itu. Generasi Indonesia selanjutnya diharapkan memiliki daya kreativitas dan kemampuan analisis yang lebih tinggi sehingga sesuai dengan cita-cita negara Indonesia sendiri yaitu untuk memiliki anak bangsa yang cerdas.
 

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya