Filsafat Lao Tzu: Obat Bagi Gen Z yang Suka Overthinking
Masalah yang sering kali dialami anak muda saat ini adalah kecemasan akan masa depan. Tekanan demi tekanan yang dirasakan oleh generasi Z memang tidak dapat disepelekan. Hal ini menyebabkan gen Z sering disebut sebagai generasi yang mentalnya lemah hingga mendapat sebutan generasi strawberry, sebagai simbol yang menunjukkan lemahnya mental gen Z seperti strawberry yang terlihat utuh dari luar namun lembek mudah rapuh ketika jatuh. Penyebabnya yaitu generasi Z ini tumbuh dan berkembang di tengah semakin cepatnya arus teknologi informasi.
Tanpa disadari, hal ini berpengaruh pada mental generasi muda saat ini. Mereka menjadi orang yang tidak sabaran, tidak menyukai proses, ingin sesuatu yang instan-instan. Ada juga yang mengaitkan lemahnya mental generasi Z dengan sistem parenting yang mereka alami. Tidak seperti dahulu, yang mana para orang tua masih memukul, memecut dan melakukan tindakan sejenisnya pada anak-anak mereka, sedangkan hal ini hampir tidak berlaku di gen Z. Masa kanak-kanak gen Z juga sudah dibekali dengan gadget. Awalnya motif para orang tua memberi gadget tersebut pada sang anak untuk menenangkannya saja. Tetapi lama kelamaan hal ini berlangsung terus menerus sehingga penggunaan gadget pun melebihi dari waktu yang seharusnya dan menuai banyak efek negatif.
Sadar atau pun tidak, ini jelas memengaruhi karakter dan mental sang anak. Ia lebih nyaman untuk ‘berteman’ dengan gadget daripada dengan anak-anak seumurannya ataupun dengan manusia lain. Ia menjadi lebih anti sosial, menjadi pribadi yang individualis dan tak punya rasa empati. Gen Z juga menjadi lebih rentan terkena penyakit sosial, misalnya terjadinya flexing yang menyebabkan insecure melanda tanpa ampun hampir di setiap kalangan anak muda. Imbasnya sangat banyak bahkan ada yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Manusia sekarang yang menjadi lebih individualis juga termasuk salah satu faktor terjadinya kasus mengakhiri hidup yang tengah marak terjadi di tanah air. Mereka merasa tidak didengarkan, tak tahu harus bercerita pada siapa, mau ke psikolog harus bayar dengan harga yang tidak murah. Semua orang sibuk dengan gadgetnya. Kalau pun ada yang mendengar, tidak semua dari mereka akan benar-benar empati. Seringkali mereka malah dianggap lemah, rapuh dan kata-kata serupa yang mencela gen Z.
Mulai dari sulit fokus dan gampang terdistraksi, insecure hingga overthinking sudah menjadi makanan sehari-hari gen Z. Bagaimana tidak? Setiap hari ketika membuka media sosial, kita akan disuguhkan oleh berbagai pencapaian orang-orang di luar sana, sedangkan realita yang terjadi pada kita sebaliknya. Gini-gini aja. Cari pekerjaan pun tidak mudah. Apalagi munculnya Artificial Intelligence (AI) yang bahkan bisa lebih pintar dari manusia sehingga beberapa pekerjaan sudah tergantikan oleh robot. Dunia benar-benar berubah. Jika dulu jurusan kuliah akan menentukan pekerjaan seseorang di masa depan, namun tidak dengan saat ini.
Para gen Z dituntut harus belajar berbagai skill di luar jurusan yang ia pelajari selama kuliah agar bisa survive atau bertahan hidup. Satu dua membawa kesuksesan besar bagi manusia, namun juga lebih banyak orang yang kebingungan dan kegundahan karena belum bisa beradaptasi dengan kemajuan dunia saat ini. Belum lagi menghadapi pertanyaan orang tua, keluarga, kerabat, tetangga, bahkan orang yang sekedar lewat seperti pertanyaan “Kapan nikah?” “Kapan wisuda?” “Nanti lulus kuliah mau kerja di mana?”
Pemikiran Filsafat Lao Tzu, Obat bagi Overthinker
Sebagai anak filsafat, pertanyaan-pertanyaan seperti tadi juga tentu menghampiri saya. Seperti gen Z pada umumnya, saya juga mengalami hal yang sama: overthinking mau jadi apa. Apalagi dengan jurusan saya ini. Tapi akhirnya pikiran-pikiran itu berubah. Tidak, tidak serta merta hilang dan saya langsung tidak overthinking, melainkan saya menemukan sesuatu yang menarik di filsafat.
Sebelum maju ke pemikiran Lao Tzu, saya akan sedikit menjelaskan tentang arti dari filsafat. Kata filsafat diambil dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo artinya cinta, teman, sahabat dan sophia artinya kebijaksanaan. Maka dari itu, filsafat simpelnya dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana, pertama-tama kita harus memahami diri kita sendiri terlebih dahulu.
Lao Tzu merupakan seorang filsuf terkenal dari Tiongkok yang diperkirakan hidup pada abad ke-6 SM. Buah pemikiran banyak ditulis dalam buku-buku dan juga ditulis dalam bentuk quotes. Salah satu quotes terkenal dari Lao Tzu ialah mengenal orang lain adalah kecerdasan, mengenal diri sendiri adalah kebijaksanaan sejati.
Lao Tzu juga berpendapat bahwa kehidupan adalah perubahan yang alami dan spontan. Kita sebagai manusia tidak seharusnya untuk menolak perubahan tersebut, kita harus menerimanya dan karena mungkin kita tidak berkuasa untuk menolak perubahan tersebut. Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah membiarkannya mengalir seperti air. Tak perlu cemas, tak perluh gundah, biarkan saja mengalir. Kita terlalu mencemaskan apa yang akan terjadi pada hari esok, hingga lupa bahwa itu semua tidak dapat kita kendalikan. Kita terlalu cemas kita akan menjadi apa di masa depan nanti sehingga lupa bahkan abai untuk berusaha. Sisanya biarkan alam yang bekerja menjawab usaha kita. Jangan terlalu larut dalam kecemasan, tetaplah tenang dan tak usah terlalu banyak bertanya mengapa hal tersebut terjadi pada kita.
Menurut Lao Tzu, kita terlalu menuruti ego kita sehingga sulit untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Kita hanya perlu memgendalikan pikiran kita, karena dari pikiranlah semua perilaku dan karakter terbentuk. Karakter kita itulah yang akan menentuka nasib kita. Jika kita tenang dan berpikir positif, maka itulah yang akan kita peroleh. Sebaliknya, jika kita terlalu memikirkan hal-hal negatif, kita tidak akan memperoleh ketenangan dan hanya akan terus diliputi kecemasan.
Buah pikir Lao Tzu tersebut saya pikir sangat relevan dengan perilaku mayoritas manusia di zaman sekarang yang sangat cemas akan kehidupan, tidak tenang, dan serba buru-buru.
Artikel Lainnya
-
183019/11/2021
-
159215/11/2020
-
131111/04/2022
-
Menulis: Melestarikan Isi Kepala
204808/01/2020 -
Keadilan Sosial Bagi Seluruh... Elit?
32602/01/2025 -
Mempertanyakan Sikap Yayasan Omah Munir
165912/12/2019
