Daya Kritis Konsumen Media Online di Tengah Pandemi Covid-19

Secara umum media online merupakan saluran komunikasi yang terjadi dalam bentuk jaringan internet melalui situs web baik berupa teks, foto, gambar, video, maupun musik. Salah satu peran penting media online ialah sebagai penyalur informasi kepada para konsumen media.
Namun, peran ini cenderung bersifat ambivalensi. Di satu sisi, media online dituntut agar tetap konsisten dengan idealisme murni media, yakni sebagai sarana pendidikan bagi konsumen media. Namun, di sisi lain, tekanan logika ekonomi kapitalis memaksa media online untuk menyebarkan informasi yang bersifat, persuasif, spektakuler, dan sensasional di tengah para konsumen media. Kecenderungan ini mengantar media online kepada orientasi komoditi yang melemahkan idealisme murni dari media online sebagai sarana pendidikan dan penyediaan informasi yang benar dan berkualitas.
Informasi dalam media online tentang maraknya kasus pandemi Covid-19 di Indonesia yang telah mencapai 1155 kasus per 28 Maret 2020, membuat media online menjadi pusat informasi yang terpercaya bagi para konsumen media. Sebagian besar informasi yang diperoleh konsumen media berkaitan dengan akumulasi kasus Covid-19 di Indonesia ialah melalui media online.
Bagi sebagian konsumen media, media online merupakan satu-satunya sumber informasi yang cepat dan terpercaya, sehingga semua informasi yang berkaitan dengan Covid-19 hanya diakses melalui media online. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa dalam situasi pendemi Covid-19, hampir sebagian besar media online cenderung menyebarkan informasi beragam yang keliru, dilematis, dan melebih-lebihkan dampak dari Covid-19 bagi masyarakat.
Informasi tersebut memunculkan situasi cemas, takut, stres, dan dilematis bagi para konsumen media. Situasi ini juga dapat membuat para konsumen media menjadi psikosomatik. Menurut dr. Allert Benedicto Leuan Noya, psikosomatik dapat diartikan sebagai penyakit atau keluhan fisik yang disebabkan oleh faktor mental pada diri seseorang. Selanjutnya, dr. Allert Noya menjelaskan psikosomatik biasanya berawal dari masalah psikologis, seperti takut, stres, depresi, atau cemas (alodokter.com, diakses 28 Maret 2020).
Perasaan cemas, takut, stres, dan dilematis yang dialami oleh para konsumen media sebenarnya menggambarkan sebuah situasi kekosongan dalam berpikir kritis dan bertindak tepat berhadapan dengan beragam informasi yang disebarkan melalui media online. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi situasi tersebut maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen media di tengah pandemi Covid-19 ialah meningkatkan daya kritis dalam bermedia. Daya kritis yang dimaksudkan ialah para konsumen media online memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan memproduksi kembali informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan konsumen media.
Pertama, mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan konsumen media. Tindakan ini berarti para konsumen media hanya perlu mengakses informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Informasi tersebut berupa informasi yang bersifat konstruktif atau yang bersifat mendidik konsumen media. Dengan kata lain, informasi yang diakses pada umumnya bersifat edukatif dan tidak berpotensi merugikan konsumen media baik secara fisik-material maupun secara mental-psikologis.
Kedua, menganalisis isi informasi. Menganalisis isi informasi yang telah diperoleh melaui media online merupakan tindakan yang mesti dilakukan oleh setiap konsumen media. Menganalisis isi informasi berarti para konsumen media online secara sadar dapat membedakan atau memilah isi informasi baik yang berdaya konstruktif maupun yang berdaya dekonstruktif. Hal ini dilakukan agar isi informasi yang diperoleh melalui media online dapat diverifikasi sesuai dengan kebutuhan konsumen media.
Menganalisis isi informasi yang diperoleh juga mengandaikan adanya kecakapan berpikir kritis yang dimiliki oleh konsumen media. Berpikir kritis berarti para konsumen media tahu 'apa yang ditonton, apa yang dibaca, dan apa yang didengarkan'. Pengabaian terhadap beberapa yg hal ini mengandaikan bahwa para konsumen media belum secara total bertanggung jawab terhadap informasi yang diaksesnya melalui media online.
Ketiga, memproduksi kembali informasi yang diperoleh konsumen media. Beragam informasi yang diperoleh konsumen melalui media online mesti diproduksikan kembali berdasarkan kebutuhan konsumen. Memproduksi kembali informasi mengandaikan para konsumen media sudah memahami isi informasi yang diperoleh. Isi informasi tersebut diproduksikan kembali berdasarkan pertimbangan etis, moral, dan psikologis konsumen media, sehingga isi informasi yang bersifat dekonstruktif atau merugikan konsumen media sendiri dapat diminimalisasi.
Artikel Lainnya
-
48123/11/2022
-
159608/09/2020
-
180810/06/2020
-
Pembatasan Sosial dan Dilema Budaya Solidaritas
181617/07/2021 -
Budaya Massa dan Eksistensialisme Soren Kierkegaard
226117/10/2020 -
219618/03/2021