Mengulik Secuil Pemikiran Lao Tzu

Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Mengulik Secuil Pemikiran Lao Tzu 26/06/2023 463 view Lainnya commons.wikimedia.org

Lahirnya Republik Rakyat Tiongkok tidak dapat dilepaskan dengan pengaruh dari salah satu aliran filsafat tahap awal yang muncul di Tiongkok. Aliran tersebut yang pada awalnya merupakan aliran filsafat, pada akhirnya menjadi sistem kepercayaan yang populer dan dapat ditemukan di negeri-negeri bagian Timur. Aliran tersebut seringkali diistilahkan dengan Taoisme.

Taoisme merupakan pemikiran filsafat dari Tiongkok yang dibawakan dan disampaikan pertama kalinya oleh Yang Chu. Yang Chu seringkali disebut sebagai tokoh yang meletakkan dasar-dasar pandangan tentang Taoisme. Kemudian pemikiran Taoisme sendiri dipopulerkan oleh sosok Lao Tzu.

Lao Tzu diceritakan pernah hidup sekitar tahun 570 SM sampai 470 SM pada saat era dinasti Zhou di Tiongkok. Kisah masa hidup Lao Tzu tidak dapat ditelusuri dengan jelas. Akan tetapi setidaknya terdapat kisah dan bukti nyata yang diceritakan oleh Sima Qian mengenai perjalanan Lao Tzu saat meninggalkan Tiongkok.

Pemikiran Taoisme tidak dapat dilepaskan dari sosok Lao Tzu yang menulis karya utama sebagai rujukan atas pemikiran Taoisme. Adapun karya tersebut diberi nama sebagai Tao Te Ching. Sedangkan, latar belakang terciptanya karya tersebut adalah sebagai bentuk keresahan Lao Tzu pada perbuatan pemerintahan saat itu yang banyak melakukan korupsi yang dapat merugikan orang lain.

Suasana tersebut membuat Lao Tzu tidak dapat bertahan di Tiongkok, sehingga dia pun membuat keputusan untuk meninggalkan Tiongkok selama-lamanya. Akan tetapi, saat Lao Tzu akan melewati gerbang jalur Barat Tiongkok, ia dihalangi oleh penjaga gerbang Yin Shi, karena Yin Shi mengetahui bahwa Lao Tzu merupakan seoran filsuf

Yin Shi menyetujui permintaan Lao Tzu untuk meninggalkan Tiongkok dengan memberinya satu syarat. Lao Tzu diminta Yin Shi untuk membuat tulisan sebelum Lao Tzu diperbolehkan untuk meninggalkan Tiongkok. Lao Tzu pun menyetujui permintaannya dan mulai menulisnya. Lao Tzu membuat tulisan hingga menjadi buku dan menyerahkannya pada Yin Shi lalu meninggalkan Tiongkok. Buku itulah yang kemudian disebut sebagai Tao Te Ching.

Tao Te Ching merupakan dua buah buku (Tao dan Te) yang ditulis oleh Lao Tzu. Tao dapat diartikan sebagai kesucian yang terdapat dalam diri manusia, Te diartikan sebagai suatu kebijaksanaan, dan Ching dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Jadi Tao Te Ching merupakan sebuah kebijaksanaan yang terdapat dalam kesucian diri manusia dan tidak mengalami perubahan.

Dalam Kitab Tao Te Ching, terdapat beragam ajaran dan pandangan filosofis dari Lao Tzu mengenai konsep kehidupan. Lao Tzu mempercayai bahwa dalam dunia ini terdapat keseimbangan pada alam semesta atau yang disebutnya sebagai Yin-Yang. Yin seringkali digambarkan mewakili prinsip feminin dan Yang mewakili prinsip maskulin.

Lao Tzu berpandangan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki dua entitas yang berbeda, yang mana perbedaan tersebut memiliki peran untuk saling mempengaruhi dan melengkapi. Lao Tzu meniscayakan bahwa ada sesuatu yang cantik atau indah sama halnya mengharuskan ada yang buruk, karena tidak mungkin sesuatu itu disebut indah apabila tidak ada yang buruk.

Oleh karena itu, dualisme dalam pandangan Lao Tzu merupakan hal yang saling berhubungan dan melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Bagi Lao Tzu, keberpihakan pada satu entitas saja dapat menyebabkan banyak masalah karena apa yang baik bagi seseorang, belum tentu baik bagi yang lainnya.

Lao Tzu juga menggunakan air sebagai analogi untuk menggambarkan Taoisme. Sama halnya dengan air, Taoisme memiliki sifat yang kuat, tenang, dan adaptif. Sikap adaptif digambarkan oleh Lao Tzu untuk mewakili sikap yang mengalir dan mudah menempati ruang dan waktu. Lao Tzu mengajarkan para pengikutnya untuk mudah beradaptasi dengan perubahan yang telah ditakdirkan oleh langit. Lebih jauh Lao Tzu berpendapat : “Kalau engkau depresi, maka engkau hidup di masa lalu. Kalau engkau cemas, maka engkau hidup di masa depan. Kalau engkau tenang atau damai, maka engkau hidup di masa kini.”

Air juga memiliki sifat keras yang dapat digambarkan dengan kemampuannya memecahkan batu. Sifat batu tersebut digambarkan olehnya sebagai sikap keras kepala manusia yang dapat dihancurkan dengan ketenangan dan kejernihan jiwa manusia.

Konsep lain yang terkenal dari Lao Tzu adalah mengenai konsep Wu Wei. Wu Wei dapat diartikan sebagai tidak melakukan tindakan apapun. Ajaran Lao Tzu mengenai Wu Wei adalah dimaksudkan agar manusia dapat menjalankan tindakannya yang seharusnya wajar atau kodrat bagi manusia. Dengan sikap yang demikian, maka dampak yang terjadi adalah tidak ada tindakan manusia yang dilakukan hanya untuk pamer.

Beberapa orang menganggap corak pemikiran filsafat yang di gagas oleh Lao Tzu di nilai bersifat pasif. Di samping itu gagasan-gagasan yang dikemukakannya mengandung corak naturalistis, relativisme, dan individualistis. Kendati demikian, pemikiran Lao Tzu sepertinya masih memiliki relevansi untuk era saat ini, yaitu untuk mengontrol aspek emosional dalam diri individu seperti halnya pemikiran filsafat Stoisisme.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya