Pilar Keempat adalah Suara Rakyat

Pilar Keempat adalah Suara Rakyat 06/04/2025 667 view Politik Batb0y

Dalam bangunan megah bernama demokrasi, kita mengenal tiga tiang utama yang menopangnya: pemegang kuasa eksekutif, para perumus kebijakan di legislatif, dan para penegak hukum dalam ranah yudikatif. Ketiganya membentuk struktur dasar sistem demokrasi, masing-masing dengan perannya yang vital dalam menjaga keseimbangan kekuasaan dan memastikan negara berjalan sesuai konstitusi. Namun, di luar ketiga pilar itu, terdapat satu kekuatan lain sering tak duduk dalam kursi kekuasaan formal, namun pengaruhnya sangat besar yang disebut sebagai pilar keempat. Ia bukan bagian dari pemerintahan, tetapi kehadirannya menentukan arah dan kualitas demokrasi itu sendiri.

Pilar keempat ini bukan sekadar penyampai kabar atau pelapor peristiwa. Ia bukan bagian dari struktur pemerintahan, tidak duduk di kursi kekuasaan, dan tidak mengesahkan undang-undang. Namun, pengaruhnya bisa melampaui batas institusi formal. Pilar keempat bukan hanya penyampai kabar atau pelapor peristiwa, melainkan aktor penting dalam membentuk opini publik, mengawasi jalannya kekuasaan, dan menjadi penghubung antara rakyat dengan para penguasa. Ia juga penjaga nurani publik, pengurai kebohongan, dan jembatan yang menghubungkan kekuasaan dengan rakyat. Melalui keberadaannya, masyarakat bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik dinding-dinding kekuasaan. Tanpa pilar keempat yang bebas dan bertanggung jawab, ruang publik akan menjadi sunyi dari kebenaran dan kritik, serta penuh dengan kabut propaganda.

Lebih dari itu,pilar keempat memiliki kekuatan untuk mengangkat suara-suara yang selama ini terpinggirkan. Suara rakyat dari lorong-lorong sempit, dari desa-desa terpencil, atau dari kelompok yang tertindas hingga bisa menggema sampai ke pusat-pusat pengambilan keputusan. Pilar keempat memberikan ruang bagi cerita-cerita yang mungkin tak akan pernah terdengar jika hanya bergantung pada suara resmi dari penguasa.

Sebagai mata yang tajam dan telinga yang peka, pilar keempat mencermati setiap langkah kekuasaan. Ia mempertanyakan kebijakan yang diambil atas nama rakyat, menggali informasi dari celah-celah yang tersembunyi, dan mengungkap fakta-fakta yang sengaja ditutupi. Dalam banyak kasus, keberanian pilar keemapat dalam mengungkap skandal dan penyalahgunaan wewenang telah menjadi pemantik perubahan besar. Di sinilah letak kekuatan sejatinya: sebagai pengawas yang tak pernah tidur.

Namun tugas ini bukan tanpa risiko. Di tengah hiruk-pikuk opini, kepentingan politik, dan tekanan ekonomi, pilar keempat harus tetap menghadirkan nalar yang jernih. Pilar keempat memilah informasi, menata fakta, dan membedakan mana yang benar dan mana yang hanya narasi kosong. Ia juga menggerakkan empati masyarakat, membangkitkan kesadaran terhadap tragedi kemanusiaan, ketimpangan sosial, dan ketidakadilan yang masih mengakar. Melalui berita dan kisah yang disajikan dengan integritas, media mampu menyentuh sisi nurani, bukan sekadar menyajikan data.

Namun, di era digital ini, tugas pilar keempat menjadi semakin kompleks. Banjir informasi yang datang dari segala arah telah menciptakan ruang yang sangat rawan disusupi kabar bohong. Disinformasi dan hoaks tersebar luas, kadang lebih cepat dan lebih dipercaya ketimbang fakta yang diperoleh melalui proses yang panjang. Batas antara fakta dan ilusi menjadi kabur. Siapa pun bisa menjadi penyebar informasi, tapi tak semuanya bertanggung jawab atas dampaknya.

Tekanan juga semakin nyata. Ada hal yang bersifat intimidasi, sensor, bahkan kriminalisasi saat berusaha menyuarakan kebenaran. Di sisi lain, tantangan finansial adalah godaan untuk berkompromi pada independensi demi kelangsungan hidup. Dalam situasi seperti ini, keteguhan menjadi sangat penting. Pilar keempat dituntut tetap berdiri kokoh teguh pada misinya, setia pada kebenaran, dan tidak tunduk pada tekanan kekuasaan ataupun pasar.

Demokrasi tidak akan tumbuh subur tanpa arus informasi yang bebas, adil, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pilar keempat tidak boleh dibiarkan runtuh. Ia harus dijaga dan diperkuat, dan ini juga dapat dilakukan oleh masyarakat luas yang berhak atas informasi yang jujur. Kesadaran publik menjadi benteng terakhir untuk memastikan bahwa pilar keempat tetap berada di jalur yang benar.

Ketika pilar ini goyah, maka seluruh bangunan demokrasi pun ikut berisiko runtuh. Maka, menjaga pilar keempat adalah menjaga demokrasi itu sendiri. Karena pada akhirnya, kebenaran, suara rakyat, dan masa depan bangsa bertumpu pada seberapa kuat pilar keempat ini berdiri

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya