Perempuan dan Revolusi Industri Keempat

PNS BKKBN
Perempuan dan Revolusi Industri Keempat 18/10/2019 1661 view Budaya gstatic.com

Sejak beberapa dasawarsa lalu dan mungkin hingga hari ini jenis kelamin sangat menentukan sebuah pekerjaan yang akan digeluti.

Jika anda ingin menjadi perawat, guru, pengasuh bayi, marketing, koki, psikolog, terapis, pembimbing, perancang acara dan sejenisnya maka pekerjaan ini cocok untuk anda yang berjenis kelamin perempuan.

Jika anda ingin menjadi seorang insinyur, teknisi, astronot, pilot, tentara dan juga orang yang ahli di bidang manufaktur, konstruksi, instalasi dan teknisi maka pekerjaan ini cocok bagi anda yang berjenis kelamin laki-laki.

Gender yang merupakan konstruksi di masyarakat, memang menentukan jenis pekerjaan apa yang bisa diambil perempuan dan jenis pekerjaan apa yang bisa diambil laki-laki, walaupun saat-saat ini sudah mengalami pergeseran, namun pergeseran tersebut kurang terlalu masif dan signifikan.

Bagian yang menarik untuk dicermati adalah bagaimanakah kira-kira peta pekerjaan antara perempuan dan laki-laki memasuki revolusi industri keempat ini?

Menarik, karena kita ketahui bersama bahwa di era revolusi industri keempat ini banyak pekerjaan-pekerjaan yang akan diotomatisasi oleh teknologi digital, oleh robot, mesin ataupun oleh kecerdasan buatan lainnya.

Akan banyak pekerjaan yang purna tugas gara-gara kemajuan teknologi ini. Beberapa sumber mengutip pekerjaan yang akan hilang itu antara lain adalah kasir, travel agen, teller bank, agen asuransi, tele marketing, pustakawan, tukang parkir, developer, loan officer, pengantar surat, dosen, pengajar, guru dan sejenisnya.

Jika kita perhatikan, pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang tersebut bisa menimpa pada diri perempuan maupun juga menimpa pada diri laki-laki sebab pekerjaan yang perkirakan akan hilang itu bisa diperankan oleh perempuan ataupun laki-laki.

Dengan hilangnya pekerjaan-pekerjaan tersebut, maka akan menciptakan potensi pengangguran yang membludak, sebab pekerjaan tersebut bisa digantikan oleh robot, mesin digital atau kecerdasan buatan lainnya.

Namun demikian seiring dengan hilangnya beberapa jenis pekerjaan itu, maka juga akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru antara lain adalah pekerjaan yang bersifat merancang, membangun dan juga pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan serta inovasi-inovasi yang berhubungan dengan mesin dan teknologi.

Pekerjaan-pekerjaan baru yang makin berkembang tersebut memerlukan ilmu-ilmu dasar antara lain adalah ilmu komputer, ilmu matematika, ilmu teknik dan ilmu yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Dan perlu kita pahami bersama bahwa ilmu-ilmu itu adalah ilmu yang banyak dikuasi oleh para laki-laki. Berdasarkan data Kementrian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (Kemenristek Dikti), meskipun ada tren kenaikan perempuan yang mengambil jurusan sains dan MIPA, namun jurusan-jurusan ini juga masih di dominasi oleh laki-laki.

Hal itu akan memunculkan peluang bahwa pekerjaan-pekerjaan baru di era revolusi industri keempat akan kembali dikuasai oleh laki-laki. Ini setidaknya diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statisitik (BPS) yang dikutip oleh Ni Wayan Suartimi dkk. (2018) yang menyatakan bahwa hanya sekitar 30 persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Tentunya, secara tak langsung hal ini akan mempertajam kesenjangan gender yang sejatinya hingga hari ini juga masih belum setara.

Namun demikian, bukan berarti perempuan nol peluang dari sisi kesempatan memperoleh pekerjaan di era revolusi industri keempat ini. Masih ada beberapa pekerjaan yang secara tradisional diasosiasikan dengan pekerjaan dan profesi perempuan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan empati dan juga belas kasih terhadap sesama. Pekerjaan itu antara lain adalah psikolog, terapis, pembimbing, perancang acara, perawat, juru masak dan sejenisnya (Klaus Schwab, 2019).

Persoalan yang muncul kemudian adalah ternyata pekerjaan-pekerjaan yang secara tradisional diasosiasikan dengan pekerjaan perempuan inipun kemudian juga bisa dirambah oleh laki-laki.

Sebagai contoh bahwa saat ini banyak laki-laki yang menjadi perawat, psikolog, juru masak dan sejenisnya. Pekerjaan-pekerjaan yang dahulunya biasa dikerjakan oleh perempuan namun ternyata ranah ini pun sudah dirambah oleh kaum laki-laki.

Sehingga ke depan di era revolusi industri keempat, bukan tidak mungkin laki-laki akan semakin mendominasi dalam hal pekerjaan, bahkan pekerjaan yang tersisa dan sepantasnya dikerjakan perempuan pun mulai dicaplok oleh laki-laki untuk kepentingan ekonomi dan gengsi.

Jika demikian yang terjadi maka kesetaraan gender yang telah lama diperjuangan akan membutuhkan waktu lebih lama lagi agar perempuan setara dengan laki-laki terutama di ranah publik.

Meskipun tulisan ini hanya berupa perkiraan, tapi sebaiknya para pengambil kebijakan mengenai pengarusutamaan gender dan para pejuang kesetaraan gender mulai memikirkan dampak dari hadirnya revolusi industri keempat terhadap keadilan dan kesetaraan gender.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya