Musik Dangdut dan Potensinya

Tamatan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Musik Dangdut dan Potensinya 24/05/2021 1651 view Budaya unsplash.com

Keberadaan musik dangdut kini telah menjadi bagian dari sendi-sendi kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari fungsinya, maka dangdut telah menjadi hiburan pribadi dan hiburan masyarakat. Musik dangdut sebagai hiburan pribadi dapat dilihat lewat bagaimana sebuah lagu dapat mewakili perasaan seorang dalam kehidupan pribadinya. Selain itu pada fungsinya sebagai hiburan masyarakat dapat ditelaah melalui pementasan hajatan yang bersifat insidental seperti kawinan dan syukuran. Dimana mereka yang tak memiliki keterikatan personal dapat bernyayi bersama tanpa mengenal batasan.

Disini kita dapat melihat bagaimana musik dangdut memiliki pengaruh yang kuat pada masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dilihat sebagai potensi bagi masyarakat yang merayakan kesedihan ditengah keputusasaannya. Jangan lupakan para pelaku budaya yang hidup dari keberlangsungan musik dangdut. Harapannya melalui tulisan ini dapat mengangkat kesejahtraan pelaku musik dangdut ketika masyarakat telah teredukasi secara optimal.

Guna menguak potensi yang dimiliki oleh musik dangdut, tidak lengkap rasanya jika tidak membedah aspek sejarah awal masuknya musik dangdut di Indonesia. Merujuk kepada artikel dari gasbanter.com, musik dangdut di Indonesia berawal dari musik Melayu Deli yang lahir di Sumatera Utara pada tahun 1940. Musik tersebut lantas berkembang menjadi musik melayu yang dinamis. Perkembangan tersebut melahirkan grup musik Orkes Melayu. Politik era Soekarno yang anti-barat seolah memudahkan tumbuhnya grup musik melayu.

Hal tersebut berlanjut sampai pada era 70-an dimana musik dangdut telah banyak mengadaptasi budaya barat. Adaptasi ini dapat dilihat lewat dipergunakannya gitar elektrik, perkusi, serta terompet. Pada era tersebut perubahan musik dangdut diwarnai oleh munculnya Grup Soneta yang dipentoli oleh Bang Haji Rhoma Irama.

Memasuki abad 21 lahirlah subgenre dangdut koplo yang memiliki irama dengan tempo yang lebih cepat. Kelahiran dangdut koplo disinyalir karena kebosanan masyarakat terhadap musik dangdut murni.Meskipun pada awal kemunculannya menuai pro kontra melalui goyang ngebor yang diperkenalkan oleh Inul Daratista. Namun semua itu tidak menghalangi tumbuh kembang musik dangdut koplo.

Kemajuan media sosial seperti Youtube dan Instagram memudahkan pemasaran dari lagu-lagu dangdut koplo. Apabila merujuk kepada jurnal berjudul Dangdut Koplo: Selera Lokal Menjadi Selera Nasional yang ditulis oleh Michael H.B. Raditya. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa dangdut koplo dapat diartikan sebagai aspek estetika yang menggambarkan kenyamanan di masyarakat. Lewat hal-hal yang menggambarkan permasalahan yang ada di masyarakat dan kemajuan teknologi musik dangdut koplo dapat diterima di masyarakat (Raditya, 2013).

Kisah dari pelaku dangdut koplo yang penuh perjuangan dari NDX AKA. Grup musik NDX AKA digawangi oleh Yonanda Frisna Damara dan Fajar Ari. Mengutip artikel dari Jawapos.com, kedua personil tersebut awalnya berprofesi menjadi kuli bangunan dan menyisihkan pendapatannya untuk merekam lagu. Grup musik NDX AKA menggabungkan musik dangdut dengan gaya bernyanyi layaknya seorang rapper (Ilham, 2017).

Lagu-lagu yang diusung oleh grup musik NDX AKA terinspirasi dari pengalaman percintaan personilnya . Pengalaman pahit percintaan disebabkan mereka kerap kali ditinggal kekasih karena alasan ekonomi yang pas-pasan. Awal popularitas dari grup musik ini saat lagu Bojoku Digondol Bojone yang diunggah di Youtube banyak diapresiasi oleh masyarakat.

Melalui kesuksesan yang diperoleh oleh NDX AKA kita dapat menarik sebuah garis lurus bahwa musik dangdut dapat menjadi sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Guna membahas mengenai permasalahan tersebut kita perlu merujuk kepada jurnal berjudul Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kebudayaan yang ditulis oleh Aprinus Salam dan terbit tahun 2018.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa pemberdayaan perlu diimplementasikan oleh mereka yang telah mapan secara ekonomi dan terampil dalam bidangnya, untuk membantu saudara-saudaranya yang belum mampu mencapai tingkatan tersebut. Hal itu sesungguhnya telah menjadi tanggung jawab semua pihak jika tujuannya adalah kesejahtraan masyarakat.

Bagi pelaku musik dangdut yang telah memetik keberhasilan dari usahanya, alangkah baiknya untuk memberikan tips dan trik kepada mereka yang sedang dalam fase merintis. Perkembangan teknologi saat ini sangat memudahkan publik figur untuk melakukan interaksi tanpa ada batasan jarak dan waktu. Keberangkatan nasib yang sama dengan pelaku musik dangdut yang telah sukses, diharapkan menjadi pemicu bagi mereka yang sedang merintis untuk berusaha menemukan potensi tersembunyi dalam diri.

Masukan untuk pemerintah yakni lebih memperbanyak ruang-ruang publik dalam kaitannya dengan kegiatan kolektif. Meskipun ditengah situasi pandemi yang membuat pertemuan secara fisik dibatasi. Namun terdapat opsi lain yaitu memanfaatkan perkembangan teknologi secara maksimal. Kanal-kanal tersebut dapat dibuat lewat media daring dengan mengutakan tema-tema yang tengah marak pada kondisi terkini.

Selanjutnya adalah pendampingan dan konsistensi yang perlu digarisbawahi lagi apabila pemberdayaan kebudayaan musik dangdut hendak menghasilkan output yang maksimal. Percuma jika kegiatan-kegiatan yang digelar hanya bersifat momentual tanpa ada parameter pasti. Terakhir adalah tugas pemerintah untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses mobilitas sosial tanpa pandang bulu guna kesejahteraan setiap pihak.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya