Menghadapi New Normal Pendidikan di Indonesia

Pandemi COVID-19 di Indonesia masih belum menunjukkan penurunan grafik yang signifikan. Banyak hal yang dilakukan pemerintah dan warga untuk mengurangi angka positif COVID-19. Diantaranya adalah dengan kebijakan PSBB yang dilaksanakan di beberapa daerah, stay at home, physical distancing, larangan mudik, hingga langkah yang dilakukan oleh warga kampung: membuat pos COVID-19 dan hanya membuka pintu utama kampung.
Kebijakan berkaitan dengan COVID-19 ini dilaksanakan di semua sektor, termasuk juga sektor pendidikan. Pemerintah mengeluarkan surat edaran utnuk melaksanakan learn from home di semua jenjang pendidikan. Namun demikian, learn from home ini pada akhirnya menimbulkan banyak pro dan kontra terkait dengan teknis pelaksanaannya.
Dilansir dari republika.co.id (27/5/20), komisioner KPAI Bidang Pendidikan menerima banyak laporan terkait program ini, seperti guru-guru yang memberikan tugas yang terlalu rumit bagi anak. Hal ini berakibat pada turunnya minat anak dalam belajar.
Solusi yang disarankan tekait dengan permasalahan ini adalah dengan memberikan tugas yang menarik bagi anak, misalnya dengan praktik membuat hasil karya atau dengan membaca literatur yang disesuaikan dengan mata pelajaran tekait.
Permasalahan selanjutnya adalah, sampai kapan program learn from home ini akan dilaksanakan sedangkan pandemi ini belum menunjukkan grafik yang melegakan. Presiden Joko Widodo telah mencanangkan new normal di Indonesia, dimulai dari beberapa wilayah.
Beberapa wilayah ini terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Gorontalo seperti dikutip dari kompas.com (27/5/20). New normal dilaksanakan dengan penormalan aktivitas sehari-hari dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dilansir dari kompas.com (26/5/20) tahapan pertama new normal dilaksanakan dalam sektor ekonomi yang akan dimulai dari 1 Juni. New normal dalam bidang ekonomi ini dilaksanakan secara bertahap diawali dengan pembukaan industri dan jasa dengan harapan pada sekitar akhir Juli 2020 aktivitas di sektor ekonomi akan berjalan normal kembali. Setelah sektor ekonomi kembali normal, apakah akan dilaksanakan di sektor lainnya?
Dalam sektor pendidikan sendiri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana akan mengembalikan aktivitas pendidikan pada sekitar bulan Juli atau awal tahun ajaran baru 2020/2021, seperti dikutip dari cnnindonesia.com (20/5/20).
Pengoperasian kembali sekolah-sekolah ini harus mempertimbangkan banyak hal, seperti penurunan kasus yang terjadi, setidaknya dalam 2 bulan terakhir. Hal ini karena sekolah adalah salah satu tempat untuk berkumpul dan berinteraksi. Terutama di jenjang taman kanak-kanak, dimana anak akan dengan bebas berinteraksi dengan semua orang dan melakukan kontak fisik.
Protokol yang dilakukan di sekolah juga harus ketat seperti atau bahkan melebihi sektor lain. Hal ini dikarenakan penurunan kasus bukan satu-satunya kunci utama dibukanya kembali sekolah-sekolah di Indonesia.
Kasus yang terjadi di Prancis, pemerintah membuka kembali sekolah menengah pertama dibuka sebagai langkah pelonggaran atas menurunnya kasus positif COVID-19. Namun setelah sepekan dibuka, kasus positif COVID-19 justru bertambah sebanyak 70 kasus (medcom.id) (20/5/20). Lalu bagaimana di Indonesia?
Jika benar pada Juli akan dilaksanakan kembali proses belajar mengajar di sekolah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh semua pihak. Hal ini seperti pelaksanaan pemantauan pasien positif COVID-19 di Indonesia atau di wilayah tertentu. Jika pasien positif COVID-19 tidak mengalami kenaikan yang signifikan, atau malah penurunan kasus maka dapat dipertimbangkan untuk pembukaan kembali sekolah.
Dalam satu wilayah, pengoperasian sekolah dapat dilaksanakan secara bertahap. Maksudnya tidak semua sekolah dapat langsung dibuka kembali. Pembukaan sekolah dapat dilaksanakan bertahap dimulai dari wilayah hijau atau wilayah yang tidak memiliki pasien COVID-19 yang tinggi.
Pada sekolah yang masih menerapkan learn from home, dapat dilaksanakan penyesuaian kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Pada masa pandemi ini, nilai akhir sudah bukan menjadi prioritas utama. Pemenuhan hak anak dalam pendidikan yang menjadi prioritas.
Guru dan orangtua dapat bekerjasama untuk menyusun kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi anak didik. Pembelajaran jarak jauh dengan teknologi ini dalam waktu dekat akan menjadi new normal dalam dunia pendidikan.
Pada sekolah yang dapat beroperasi kembali, harus dilaksanakan protokol yang sangat ketat sejak anak dari rumah, berangkat ke sekolah, proses pembelajaran di sekolah, pulang sekolah, dan sampai di rumah. Dilansir dari internasional.kontan.co.id (6/5/20) sekolah di Wuhan menerapkan protokol ketat seperti kewajiban menggunakan masker, pemeriksaan suhu tubuh saat tiba di sekolah, dan duduk dengan jarak satu meter.
Sebelum kembali bersekolah, semua siswa, guru, dan karyawan sekolah diwajibkan untuk menjalani tes virus terlebih dahulu dan pelaksanaan disinfeksi sekolah-sekolah. Hal ini patut dicontoh oleh lembaga pendidikan di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus dilaksanakan di lingkungan yang nyaman bagi peserta didik.
Lingkungan yang nyaman ini diciptakan salah satunya dengan meminimalisir penyebaran virus corona yang akan berdampak pada kesehatan anak. Setting ruang kelas disesuaikan dengan memberikan jarak antar peserta didik juga dapat dilaksanakan. Meja yang pada awalnya digunakan oleh 2 siswa dapat disesuaikan dengan satu meja satu siswa.
Lalu bagaimana dengan siswa lain? Sedangkan siswa di satu kelas dapat terdiri hingga 30 siswa. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menyusun jadwal masuk sekolah bagi siswa. Penyusunan jadwal ini dilaksanakan dengan memberikan jeda satu hari untuk masuk sekolah. Jadi siswa tidak setiap hari masuk sekolah.
Tidak hanya penyesuaian ruang kelas, semua ruangan dan aspek di sekolah juga perlu penyesuaian. Misalnya kamar mandi yang selalu dibersihkan setiap selesai digunakan, pengadaan hand sanitizer ataupun sabun cuci tangan di beberapa titik di sekolah, dan penyesuaian ruang publik di sekolah lainnya.
Kursi-kursi di luar kelas diberikan tanda untuk physical distancing, makanan dan proses memasak yang lebih higienis di kantin sekolah juga harus dilaksanakan. Solusi lainnya adalah, pengurangan jam belajar di sekolah dan peniadaan jam istirahat. Siswa dapat diimbau untuk membawa bekal makanan sendiri dari rumah untuk mengurangi kontak fisik dengan orang lain di sekolah.
Mau tidak mau, pada akhirnya dunia akan menjalani new normal dalam aktivitas sehari-hari. Seluruh aktivitas manusia akan mengalami penyesuaian dalam semua aspek kehidupan. Manusia “dipaksa” untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini. Adaptasi ini dilaksanakan dengan menciptakan hal baru untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan pastinya pandemi ini akan berakhir, namun yang bisa dilakukan adalah dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Manusia diberikan akal yang lebih dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain, yang perlu kita lakukan adalah menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Artikel Lainnya
-
17705/08/2025
-
62831/12/2023
-
242625/04/2020
-
Sengkarut Pembebasan Narapidana
124126/04/2020 -
Wisata Premium Labuan Bajo Untuk Siapa?
360001/01/2020 -
Minat Baca Kita Masih Rendah, (Si) Apa yang Salah?
212831/08/2020