Menanti Kampus Ramah Lingkungan

Peneliti dan Jurnalis Independen
Menanti Kampus Ramah Lingkungan 07/08/2024 128 view Pendidikan uinjkt.ac.id

Pemanasan global adalah salah satu isu yang menjadi perhatian dunia Internasional. Ini karena dampak krisis iklim yang menyebabkan kerusakan alam tidak mengenal batas wilayah baik lokal, nasional maupun internasional. Apa yang terjadi di suatu tempat akan berdampak pada tempat lainnya.

Perserikatan Bangsa Bangsa (2022) menyebut bumi sudah melaju pada bencana besar krisis iklim. Krisis iklim terjadi karena meningkatnya suhu bumi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang semakin tidak terkontrol.

John Robert McNeill (2016) mengatakan pada abad ke-20 telah terjadi perubahan drastis dalam sejarah umat manusia. Populasi manusia melonjak dari 1,5 miliar menjadi 6 miliar, ekonomi dunia meroket lima belas kali lipat, penggunaan energi melambung menjadi 14 kali lipat, pemakaian air tawar sembilan kali lipat dan pembukaan daerah irigasi menjadi lima kali lipat.

Implikasi dari aktivitas manusia yang berlebihan dalam mengeksploitasi alam semakin mengancam kehidupan manusia di planet ini. Banyak tanda-tanda yang tampak sebagai eksesnya. Mulai dari melelehnya es di Kutub Utara yang berimplikasi pada hilangnya pulau dan habitat makhluk hidup hingga banjir yang menyebabkan ratusan pemukiman warga terendam (Dina, 2022)

Upaya menyelamatkan bumi bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga oleh seluruh masyarakat dunia. Warga kampus sebagai bagian dari masyarakat dunia harus dapat merespon fenomena dan gejala semacam ini.

Sebagai salah satu upaya untuk dapat mengajak civitas akademika dalam pengurangan dampak pemanasan global adalah dengan menerapkan green campus. Green campus didefinisikan sebagai kampus yang berwawasan lingkungan, yaitu mengintegrasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen dan kegiatan tridharma perguruan tinggi.

Meski belum semua, banyak kampus di Indonesia yang sudah atau sedang menerapkan green campus. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu kampus yang tengah berupaya bergerak menuju kampus hijau.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar M.A.Ph.D., berkomitmen untuk membawa UIN Jakarta menjadi kampus hijau. Hal ini dapat dilihat dari surat edaran No. 09/2024, yang resmi ia tandatangani. Dalam surat tersebut menguraikan langkah-langkah komprehensif untuk mengurangi penggunaan plastik.

Guru Besar Ilmu Biologi Umum Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud., menjelaskan persiapan UIN Jakarta menuju green campus sudah dimulai sejak 2019 dan akan terus dilanjutkan. "Tapi, riset secara individual terkait green campus sudah dimulai bahkan sejak 2012" tuturnya di siniar kanal Youtube UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat (2/8).

Direktur Sustainable Development Goals (SDGs) Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, juga menguraikan ada enam aspek kategori green campus. Pertama, infrastruktur sarana dan prasarana. Untuk dapat dikategorikan sebagai kampus hijau bangunan kampus mesti menggunakan pendekatan green building.

Green Building merupakan suatu bangunan yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur sejak perencanaan, pelaksanaan, konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, sampai dekonstruksi sehingga tidak berdampak negatif pada lingkungan.

Adapun kategori kedua terkait dengan limbah. Kampus ramah lingkungan adalah kampus yang punya perhatian lebih pada limbah. Bukan hanya mengkategorisasikan limbah dalam bentuk organik atau anorganik tapi juga harus dapat mengolah dan mendaur ulang limbah supaya dapat digunakan kembali.

Misalnya, limbah yang berasal dari kantin atau lingkungan kampus, diubah dan disulap menjadi pupuk atau kompos. Hasil pupuk tersebut dapat dipakai untuk menyuburkan taman yang ada di sekitar kampus.

Kategori ketiga adalah penggunaan dan pengelolaan air. Tidak ada makhluk hidup yang tak butuh air. Meski begitu, air kadang digunakan secara berlebihan. Tugas kampus hijau adalah mengelola agar air dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Semisal air bekas wudhu tidak dibiarkan mengalir ke selokan tapi ditampung dan dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan hal berguna lainnya.

Terkait kategori ketiga UIN Jakarta sedikit banyak sudah melakukan gerakan tersebut. Ini terlihat dari pembuatan biopori yang dilakukan oleh beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa seperti Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Kembara Insani Ibnu Batutah, Kelompok Pencinta Alam-Arti Keagungan dan Keindahan Alam dan Praja Muda Karana (Pramuka).

Keempat, penggunaan energi yang ramah lingkungan. Mengurangi pemakaian energi dapat dimulai dengan langkah-langkah kecil seperti mematikan alat pendingin ruangan yang tidak digunakan. Atau dapat beralih menggunakan energi alternatif. Seperti kendaraan non karbon, biofuel, fiusel, panel surya dan seterusnya.

Riset yang dilakukan Prof. Dr. Lily pada 2022 menunjukan baru dua fakultas yang menerapkan panel surya sebagai pengganti listrik yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Sains dan Teknologi. Namun, beliau optimis Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang Prof. Asep Saepudin Jahar akan mendukung adanya pemanfaatan energi yang ramah lingkungan di kampus.

Kelima, transportasi. Studi yang dilakukan Prof. Dr. Lily mencatat lebih dari 5.000 kendaraan yang keluar-masuk kampus. Banyaknya kendaraan yang ada jelas menyumbang adanya polusi.

Menurutnya, syarat menjadi kampus hijau adalah dapat menjamin adanya udara bersih di lingkungan kampus. Langkah utama untuk mewujudkan hal tersebut adalah membuat kebijakan yang dapat membatasi banyaknya laju kendaraan.

Terakhir atau yang keenam adalah edukasi. Menurutnya, tiap fakultas seharusnya memasukan mata kuliah dengan materi-materi yang terkait dengan masalah lingkungan ke dalam kurikulum.

Rancangan pembuatan kurikulum ini bisa dibicarakan lebih lanjut di tataran pimpinan kampus. Untuk kemudian dieksekusi dalam bentuk konkretnya di lapangan.

Meski belum dapat direalisasikan sepenuhnya, setidaknya UIN Jakarta telah melakukan tiga dari enam kategori green campus. Di antaranya adalah pengelolaan atas limbah, air dan penguatan edukasi.

Kerja keras Prof. Dr. Lily dan tim kecil berbuah manis. Pada tahun 2020 UIN Jakarta mendapat peringkat 52 dari 956 kampus yang berpartisipasi pada Peringkat Universitas Dunia Universitas Indonesia (UI) GreenMetric.

UI GreenMetric adalah salah satu program dari Universitas Indonesia. UI GreenMetric menilai universitas berdasarkan komitmen dan tindakan universitas terhadap penghijauan dan keberlanjutan lingkungan.

Selanjutnya, pada tahun 2021 UIN Jakarta menduduki peringkat ke-40 dan meraih The 2021 Most Sustainably Improved University in Indonesia. UIN Jakarta mencatatkan skor total nilai 6225. Skor ini didapat dari enam indikator penilaian UI GreenMetric.

Di masing-masing indikatornya, UIN Jakarta mencatatkan skor 1150 pada indikator Setting & Infrastructure, skor 1000 pada Energy & Climate Change, dan skor 1050 pada Waste.

Selanjutnya, skor 650 pada Water, skor 1150 pada Transportation, dan skor 1225 pada Education & Research. Tidak berhenti di situ, pada tahun 2022 peringkat UIN Jakarta terus melesat menjadi rangking 32.

Melihat sepak terjang UIN Jakarta dalam tiga tahun terakhir, harapan mewujudkan kampus ramah lingkungan rasanya bukan isapan jempol belaka.

Meski beberapa kategori belum dipenuhi seluruhnya, tapi UIN Jakarta akan berkomitmen melakukan transformasi menjadi kampus hijau.

Prof. Dr. Lily mengungkapkan telah merancang beberapa persiapan untuk mengeksekusi ide tersebut. Beberapa draft yang ia ajukan salah satunya mendorong rektor menerbitkan kebijakan yang mengatur jumlah keluar masuk kendaraan. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menekan emisi karbon dan menjamin keamanan pejalan kaki.

Selain itu, diusulkan pula agar kampus memiliki lahan parkir alternatif untuk menjaga agar udara di lingkungan kampus tidak terkontaminasi oleh polusi.

Terdapat pula wacana untuk menggunakan teknologi modern untuk menekan penggunaan listrik yang berlebih. Seperti kendaraan listrik dan yang sejenisnya.

Belakangan kendaraan milik UIN Jakarta dicanangkan akan dioperasikan sebagai alat transportasi bagi mahasiswa yang melewati rute tertentu. Terutama mereka yang berada di kawasan dekat kampus seperti Depok, Bogor dan sekitarnya.

Apapun hasilnya program green campus mesti disambut dengan optimis. Jika para civitas akademika bahu-membahu mendorong program green campus, bukan tidak mungkin selangkah lagi UIN Jakarta akan menjadi kampus hijau yang ramah lingkungan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya