Membentuk Lansia Berkualitas

Statistisi Ahli
Membentuk Lansia Berkualitas 06/03/2021 1300 view Lainnya ubaya.ac.id

Aging is an inevitable process”. Penggalan kata mutiara dari William Holden ini mengingatkan kita bahwa menua itu adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan karena menua merupakan proses alami yang terjadi pada manusia. Orang yang mengalami proses ini sering kali disebut lanjut usia (lansia).

Lanjut usia (lansia) biasanya adalah seseorang dengan usia 60 tahun ke atas dan memiliki ciri-ciri rambut yang mulai memutih, kulit yang mulai keriput, mata yang mulai tidak jelas melihat, pendengaran yang mulai berkurang, daya ingat yang mulai melemah, dan masih banyak lagi kemunduran atau kekurangan fisik lainnya yang terjadi.

Ditandai dengan terjadinya perubahan fisik maupun psikis, lansia identik dengan lamban, lemah, dan sangat bergantung kepada orang lain. Dengan kondisi demikian, seringkali keberadaannya dianggap sebagai beban. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga dan dunia kerja, tetapi juga dalam proses pembangunan. Seperti apakah lansia yang diharapkan dalam pembangunan?

Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk lanjut usia kian bertambah. Populasi lansia dunia diperkirakan akan meningkat 223 persen atau sebesar 694 juta orang antara tahun 1970–2025. Bahkan diperkirakan akan mencapai 2 miliar orang pada tahun 2050 dan sekitar 80 persen dari populasi tersebut berada di negara-negara berkembang (WHO, 2002).

Dilansir dari media kompas.com, Jepang merupakan negara yang memiliki jumlah lansia berumur tinggi terbanyak di dunia. Sebesar 27 persen dari jumlah populasinya adalah penduduk lanjut usia. Hal ini disebabkan karena tingginya usia harapan hidup penduduk Jepang. Diperkirakan rata-rata usia perempuan hidup sampai 87,45 tahun dan laki-laki diperkirakan hidup sampai 81,41 tahun.

Walaupun tidak sebanyak Jepang, saat ini Indonesia mengalami penambahan jumlah penduduk lansia yang cukup banyak. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020 (SP2020) yang dirilis oleh BPS tanggal 21 Januari 2021, persentase penduduk lanjut usia di tahun 2020 sebesar 9,78 persen atau meningkat 2,29 persen dari tahun 2010 (BPS). Kondisi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020, Indonesia berada dalam masa transisi menuju era aging population yaitu kondisi ketika persentase penduduk usia 60 tahun keatas mencapai lebih dari 10 persen.

Dampak Negatif dan Positif Penduduk Lansia

Semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia memberikan dampak negatif dan positif bagi proses pembangunan. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif semakin besar atau ketergantungan lansia terhadap generasi yang lebih muda semakin besar.

Bagi kelompok masyarakat ekonomi mampu, hal ini tidak menjadi masalah karena segala kebutuhan hidup lansia dapat dipenuhi. Sedangkan untuk kelompok masyarakat ekonomi lemah yang berpenghasilan pas-pasan atau bahkan kurang, menuhi kebutuhan lanjut usia seringkali tidak dapat dilakukan dengan baik.

Kondisi ini memaksa para penduduk lansia pada kelompok ini bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Walaupun seringkali pekerjaan yang dilakukan sangat tidak layak atau tidak sesuai. Seperti misalnya banyak dijumpai lanjut usia yang bekerja mengumpulkan barang-barang bekas atau mengemis di persimpangan-persimpangan jalan.

Hal negatif lainnya adalah semakin bertambahnya penduduk lansia membuat pemerintah harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk biaya perawatan kesehatan dan dana pensiun. Sementara pajak yang diperoleh dari penduduk lansia semakin kecil karena mereka tidak lagi bekerja. Begitu juga dengan tingkat partisipasi angkatan kerja yang akan terus mengalami penurunan. Dalam jangka panjang, hal ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Walaupun demikian, tidak selamanya keberadaan penduduk lanjut usia selalu memberikan dampak negatif. Terdapat beberapa dampak positif yang bisa didapatkan dengan bertambahnya penduduk lanjut usia.

Pertama, penduduk lanjut usia dapat memberikan kontribusi yang positif dalam kelompok-kelompok sosial seperti bergabung dalam kelompok pengajian, grup olahraga khusus lanjut usia, ikatan kelompok masyarakat, dan kelompok sosial lainnya.

Kedua, generasi tua atau lanjut usia masih dapat melakukan perawatan keluarga seperti mengasuh cucu. Di saat orang tua bekerja, maka lansia dapat dilibatkan dalam pengasuhan dan perawatan cucu. Hal ini dapat menyebabkan pola tumbuh kembang anak menjadi baik karena diawasi secara intens oleh keluarga dekat.

Ketiga, seperti film yang dibintangi oleh Robert De Niro dan Anne Hathaway dalam “The Intern”. Lansia yang memiliki kondisi fisik dan psikis masih baik dapat diperkerjakan dengan mengikuti program kerja magang diperusahaan-perusahaan tertentu.

Keempat, di daerah pedesaan yang identik dengan sektor pertanian, seringkali tenaga kerja sektor ini adalah para penduduk lanjut usia. Seperti yang disampaikan oleh anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin, dalam pernyataannya, Senin 8 Juni 2020, "Bahkan pekerja sektor pertanian tercatat 35,7 juta orang (28,79% penduduk) yang rata-rata masuk usia tua, sedangkan kelompok usia muda 19-39 tahun hanya 10% yang terjun ke pertanian". Ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia masih bisa produktif dalam bekerja.

Membentuk Lansia Berkualitas

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia tidak bisa dihindari. Semua harus bisa menyikapinya dengan memikirkan cara bagaimana menciptakan lanjut usia yang berkualitas. Tidak hanya lansia yang sehat, mandiri, dan aktif, tetapi juga harus produktif.

Untuk mendapatkan lansia yang sehat tidak dapat dilakukan secara instan. Dibutuhkan proses panjang yang harus dimulai sejak masih muda. Melalui penerapan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan, olahraga yang teratur, berpikiran positif, dan beristirahat yang cukup, diharapkan dapat menciptakan generasi sehat di masa lanjut usia.

Pada prinsipnya lansia yang bekerja bukanlah suatu aib atau hal yang memalukan. Selama yang dikerjakan adalah pekerjaan yang positif dan sesuai dengan usianya maka hal ini dapat berdampak baik. Tidak hanya untuk para lansia itu sendiri tetapi juga untuk keluarganya, masyarakat sekitar, dan negara. Di saat lansia dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, hal ini dapat berarti mengurangi ketergantungan terhadap penduduk usia produktif.

Untuk bisa mencapai itu maka dibutuhkan lansia yang sehat dan mandiri. Dapat dipastikan adalah lansia yang aktif. Tidak hanya aktif dalam hal bekerja tetapi juga dapat aktif dalam masyarakat dan kelompok-kelompok sosial. Hal ini dapat memberikan kebahagiaan bagi masyarakat yang berada di sekitar lansia.

Banyak orang-orang lanjut usia yang tetap produktif dan sukses dalam kehidupannya, misalnya Wakil Presiden Ma’ruf Amin, penyanyi mahadiva Titiek Puspa, jurnalis senior Karni Ilyas, dan masih banyak lagi lansia sukses lainnya di Indonesia. Produktivitas dan kesuksesan dapat diraih jika kondisi fisik sehat dan aktif dalam aktivitas sehari-hari.

Bukanlah hal yang mustahil untuk bisa menciptakan generasi lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, dan produktif agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. “No one can avoid aging, but aging productively is something else.” – Katharine Graham.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya