Memaafkan Sebagai Sarana untuk Merawat Kesehatan Jiwa

Sikap memaafkan merupakan salah satu perbuatan terpuji yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi penerima maaf, hatinya terasa lapang dan mencerminkan ketulusan hati meskipun sering disakiti berkali-kali. Sementara bagi peminta maaf, dia merasa lega dan terharu ketika sang korban telah memaafkan kesalahannya. Dengan demikian, mereka bisa berdamai atas kepentingan ego mereka dan merajut tali persaudaraan untuk menciptakan perdamaian.
Sedikit sekali orang yang memiliki sifat peminta dan pemberi maaf bila terjadi konflik. Boleh jadi, orang tersebut memiliki trauma pengalaman dan rasa gengsi. Untuk menjawab permasalahan ini, coba lah melirik sejenak kisah Rasulullah. Kisah beliau sebagaimana diterangkan dalam Sirah Nabawiyah perlu kita teladani.
Sebagaimana yang kita ketahui, Rasulullah memberikan suri tauladan yang baik untuk kita sebagai umat Islam yang telah dibuktikan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan, kaum kafir Quraisy selaku penentang keras ajaran Islam mengakui keagungan akhlak Rasulullah dan tidak sedikit dari mereka berislam karena beliau. Salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh Rasulullah ialah memaafkan kesalahan orang lain.
Prinsip Rasulullah saat memaafkan kesalahan orang lain ialah selagi kesalahan tersebut tidak menyinggung hukum Allah, maka beliau tidak segan-segan memberi maaf kepada orang lain. Karena beliau paham, amalan baik atau buruk mempengaruhi kestabilan jiwa seseorang. Jika seseorang beramal satu kebaikan saja mendapat ganjaran berupa kebahagiaan jiwa, maka betapa bahagianya ketika seseorang beramal satu kebaikan kepada orang jahat.
Kita ambil salah satu contoh peristiwa Sirah Nabawiyah. Ketika perisitiwa Fathul Makkah (9 H), Rasulullah bersama tentara muslim Madinah berhasil membebaskan kota Makkah dari simbol kemusyrikan. Dengan segera, semua berhala yang dijumpai dihancurkan, termasuk Latta, Mana, dan Uzza. Kaum kafir Quraisy saat itu tidak bisa berbuat apa-apa dan berusaha melarikan diri agar tidak ditangkap dan dihukum. Tanpa terduga, Rasulullah memberi maaf kepada kaum kafir Quraisy setelah mendapat wahyu dari Allah dalam surat An-Nashr. Dengan demikian, beliau bisa lebih fokus melakukan strategi untuk menaklukan Jaziran Arab di bawah syariat Islam.
Contoh lain bukti keagungan akhlak Rasulullah terekam saat Perang Uhud. Akibat kelalaian pemanah yang menjaga bukit karena berebut harta rampasan perang, kaum muslim Madinah menderita kekalahan. Sudah jatuh ditimpa tangga, Rasulullah menyaksikan kematian pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib dan para sahabat yang gugur berperang. Selain itu, beliau juga merasakan moral para sahabat semakin ciut lantaran kalah perang. Alih-alih menyalahkan mereka, justru beliau mengampuni kesalahan mereka sebagai upaya menenangkan kondisi jiwa para sahabat yang sedang kalang kabut.
Hubungan yang sehat dan saling mencintai merupakan buah dari memaafkan. Ketika terjadi permusuhan, pikiran seseorang pasti dipenuhi dengan ketegangan dan kebencian yang menyelimuti hatinya. Sehingga, perlahan ini bisa mengundang penyakit fisik dan mental yang berasal dari kondisi hati itu sendiri. Perlahan-lahan perilaku buruk tersebut inilah membinasakan harta dan dirinya sendiri. Begitulah kaidah hukum alam. semua perbuatan baik atau buruk pasti akan kembali kepada dirinya sendiri.
Rasanya sangat berat memberi maaf pada seseorang yang pernah menyakitinya, lantaran memiliki pengalaman pahit yang telah terpendam bertahun-tahun lamanya. Bisa jadi orang tersebut merupakan korban toxic family dan toxic relationship sehingga kestabilan jiwa terganggu. Perilakunya sangat sensitif lantaran berusaha melupakan pengalaman itu. Akibatnya kerawanan jiwa mulai kambuh dan ini sangat berbahaya jika tidak diobati. Seseorang yang memiliki luka batin karena pengalaman pahit berpotensi menularkan penyakit hati tersebut kepada orang yang berada di sekitarnya. Akibatnya kekacauan terjadi dimana-mana. Angka kematian dan kriminalitas ikut meroket karena dahsyatnya penyakit hati itu.
Memiliki sikap pemaaf tidak berarti orang tersebut merasa hina. Justru, pikirannya terbebas dari stres sehingga gampang berkembang dan belajar hal yang baru. Sikap pemaaf memberikan efek self-loved pada dirinya. Dengan demikian, pikiran kita terisi dengan rasa damai dan cinta. Pikiran yang positif memberikan efek positif terhadap dirinya dan orang yang berada di sekelilingnya.
Memberi maaf dan meminta maaf mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia. Rumah sakit jiwa tidak lagi dihuni oleh penderita gangguan jiwa yang disebabkan dari penyakit hati. Penjara dan lapas menjadi sepi ketika narapidana memahami betapa indahnya saling memaafkan daripada melakukan tindakan kriminal demi menuntaskan keinginan sesaat mereka.
Artikel Lainnya
-
169022/03/2021
-
595822/08/2024
-
66213/04/2025
-
Harapan Di Balik Penuntasan Kasus Novel
115915/06/2020 -
Infrastruktur dan Kesemrawutan Kota
47713/10/2023 -
Generasi Z, Digital Democracy, dan Skeptisisme
112225/11/2022