Krisis Moral dan Kegelisahan Manusia Modern
Moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan, sikap, dan kewajiban yang diterima secara umum, moral seringkali berakar dari adat-istiadat dan nilai-nilai yang dianut di dalam kelompok ataupun masyarakat. Moral berfungsi sebagai pedoman hidup dalam menentukan sikap berperilaku seseorang saat berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya serta berkaitan dengan kemampuan individu untuk menentukan suatu tindakan yang benar atau salah. Moral itu bersifat pribadi dan subjektif karena dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan lingkungan tempat ia dibesarkan. Namun, ada juga nilai-nilai moral yang umum seperti keberanian, keadilan, dan kejujuran yang dianggap sulit dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, di era modern orang-orang seringkali mengabaikan sikap baik dalam berperilaku atau krisis moral. Sikap baik yang sering kali di abaikan dapat menyebabkan konflik sosial.
Krisis moral adalah kondisi di mana nilai-nilai dan etika dalam diri individu atau masyarakat mengalami penurunan atau lunturnya karakter baik, sehingga mengarah pada penyimpangan norma sosial dan perilaku yang merugikan. Hal ini ditandai dengan ketidakmampuan membedakan benar dan salah. Lunturnya nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab, serta munculnya konflik batin terkait prinsip moral sehingga menyebabkan kegelisahan pada manusia di era modern.
Kegelisahan adalah suatu keadaan perasaan tidak tenang, cemas, atau khawatir terhadap sesuatu yang belum pasti atau belum terjadi. Secara psikologis, kegelisahan muncul ketika seseorang merasa ada ancaman, tekanan, atau ketidakpastian yang sulit dikendalikan. Kegelisahan manusia modern adalah bentuk keresahan eksistensial, manusia merasa hampa, terasing, atau kehilangan arah hidup di tengah dunia yang serba cepat dan kompetitif. Kegelisahan ini muncul karena adanya ketidakseimbangan antara kemajuan material dan kebutuhan batin atau spiritual manusia.
Krisis moral di era modern disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Kemajuan teknologi dan media digital mempermudah penyebaran informasi, tetapi juga membuka akses terhadap perilaku negatif serta menumbuhkan suatu budaya seperti kesenangan akan duniawi dan kepentingan diri sendiri. Materialisme dan konsumerisme membuat manusia lebih mementingkan harta dan status daripada nilai moral.
Selain itu, perilaku yang seringkali mementingkan diri sendiri membuat kepedulian sosial menurun, sementara perubahan nilai-nilai moral mengaburkan batas antara benar dan salah. Semua faktor ini berkontribusi pada kemerosotan moral masyarakat modern. Dari faktor di atas apakah manusia modern masih mampu menemukan makna hidup atau menemukan identitas moral di tengah kemajuan teknologi dan budaya instan di era modern?.
Di era modern ini, krisis moral menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat di berbagai belahan dunia. Nilai-nilai kemanusiaan seperti kejujuran, empati, dan kepedulian sosial mulai tergeser oleh sikap individualistik dan materialistik. Krisis moral ini turut beriringan dengan meningkatnya kegelisahan manusia modern yang hidup dalam tekanan sosial dan ekspektasi tinggi. Tekanan untuk selalu tampak produktif dan sukses juga memperparah kondisi psikologis masyarakat. Akibatnya, banyak individu kehilangan makna hidup dan terjebak dalam kekosongan eksistensial sebagaimana dikemukakan Viktor Frankl, yaitu ketika manusia mengejar kesenangan dan materi tanpa arah nilai yang jelas.
Fenomena tersebut terlihat dari meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan remaja dan professional, bunuh diri kini menjadi penyebab kematian keempat terbesar pada usia 15–29 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi dan ekonomi tidak selalu sejalan dengan kemajuan moral dan spiritual manusia.
Kegelisahan manusia modern juga tampak dalam rasa hampa dan cemas yang muncul meskipun hidup serba mudah. Di tengah kecanggihan teknologi, manusia justru semakin terasing dari dirinya sendiri. Ia kehilangan arah hidup karena tidak lagi memiliki pegangan moral yang kokoh.
Menurut saya, solusi dari krisis tersbut bukan hanya dengan memperketat aturan sosial, tetapi dengan menghidupkan kembali kesadaran moral dan spiritual dalam diri setiap individu. Moral bukan sekadar norma luar, tetapi fondasi batin yang membuat manusia mampu membedakan mana yang baik dan benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat.
Kemajuan teknologi dan materi tidak akan bermakna tanpa fondasi moral dan spiritual yang kuat. Moral bukan hanya untuk aturan luar, tetapi cermin dari jati diri manusia yang sesungguhnya. Dunia modern membutuhkan manusia yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak secara moral.
Untuk itu, gunakan kemajuan teknologi dengan bijak sebagai sarana kebaikan dan pengembangan diri, tanamkan nilai kejujuran, empati, dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, bangun kesadaran spiritual agar tidak mudah hanyut dalam arus materialisme dan budaya instan, serta perkuat pendidikan moral agar generasi muda memiliki arah hidup yang jelas
Artikel Lainnya
-
110915/09/2021
-
153429/03/2021
-
170020/08/2020
-
Bermewah-Mewahan Telah Melalaikanmu
158525/09/2021 -
Menjelajahi Kehidupan dan Kontribusi Avicenna
62403/01/2023 -
HAM: Antara Papua, Jokowi dan Kita
130326/12/2019
