Klub Buku dan Silang Sengkarut Perbukuan Kita

Penulis Lepas
Klub Buku dan Silang Sengkarut Perbukuan Kita 10/06/2023 401 view Budaya Quora.com

Kompas 24 Mei 2023, dalam Derai Air Mata Perbukuan Tanah Air, celoteh silang-sengkarut perbukuan menyiratkan kegelisahan. Para penerbit buku sudah mulai kelabakan dengan kondisi hari ini. Beberapa toko buku, mememutuskan untuk menutup gerai, karena jumlah penawaran dengan permintaan tak sebanding. Ongkos produksi pun terbilang tidak murah, membuat para penerbit buku untuk memikirkan kembali di tengah aras perbukuan di Indonesia.

Sering kita mendengar, bahwasannya buku merupakan jendela dunia. Kiwari, buku telah digantikan. Tanpa harus, ribet untuk membolak-balik lembar per lembar, buku digantikan oleh gawai dan beberapa teknologi lain yang tak kalah canggihnya. Walakin, tergantinya buku dengan kemajuan teknologi yang menggiurkan itu, membuat para pecinta buku itu muram.

Gunung Agung yang kita kenal telah muncul sejak orde lama bergulir, di era reformasi memutuskan untuk gulung tikar. Tak hanya itu, Togamas yang banyak menyuguhkan buku-buku berkualitas juga bernasib sama. Para pegiat literasi hingga perbukuan, memandang kondisi paceklik ini dengan beberapa sikap. Ada perihal yang perlu kita refleksikan, memandang kondisi perbukuan yang terus temaram menuju gelap.

Celoteh gubahan Tatang Mulyana Sinaga Kompas, (24/05/2023) menyuguhkan fenomena tapak tilas penyebab dunia perbukuan berderai air mata. Pertama, terjadi pembajakan buku alias pemalsuan yang menyebabkan para kreatif mengalami kerugian. Kedua, kuantitas buku bacaan bagi kalangan siswa sangatlah begitu minim, dan yang terakhir, ditambah pencurian buku di perpustakaan sekolah dengan berat 12 ton, dengan menjualnya Rp. 2.500,- per kilo nya.

Menurut Perpustakaan Nasional, satu buku di Indonesia ditunggu oleh 90 orang. Padahal, organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyebutkan, idealnya satu orang mengakses tiga buku dalam setahun. Selanjutnya dijelaskan oleh hasil Asesmen Nasional 2021, satu dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Tak dinaya, silang sengakrut dalam dunia perbukuan nampaknya semakin masam.

Menyinggung kebiasan membaca yang rendah, sudah sejak lama terendus dan kita belum menemukan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mencintai sebuah buku ialah sebuah proses. Proses awal yang perlu menancap kuat yaitu rasa haus pada pengetahuan ditambah sebuah lingkungan yang benar mendukung untuk terciptanya insan untuk mendiskusikan perihal pentingnya pengetahuan.

Mafhum, sering kali kita terbawa aras budaya yang menendang kecintaan pada perbukuaan. Faktor inilah yang menunjukan sebab musabab perbukuan terus terpuruk. Apakah ruang-ruang dialektika sudah terbentuk sampai akar rumput kehidupan kiwari?

Ignas Kleden (1999) mengingatkan kita, bahwasannya untuk menyelami dunia perbukuan harus melibatkan “Wawasan budaya”, sebagai provokasi awal. Wawasan budayalah sebagai pemantik untuk mencari pengetahuan lebih lanjut. Proses pencarian akan membawa pembaca menyendiri, terasingkan sementara waktu oleh khalayak ramai, guna pencapaian sebuah pengetahuan. Lalu, apakah masyarakat telah siap melakoni habitus itu?

Buku gubahan Ronald Barker dan Robert Escarpit dalam Haus Buku (Pustaka Jaya, 1973) buku yang diprakarsai oleh UNESCO itu banyak merefleksikan dunia penerbitan, termasuk editor, penulis hingga siklus hidup yang memungkinkan hidup atau mati di ujung tubir jurang kegelapan.

Bukan untuk menyigi pada pesimisme bagi penerbitan buku, akan tetapi mendendah satu persatu permasalahan dunia perbukuan yang menyebabkan berderai air mata. Robert Escarpit dan Ronald Barker, menyigi bagaimana ruang terselenggara untuk membentuk kebiasaan membaca perlu sekali untuk diperjuangkan.

Bagi Escarpit dan Barker, dunia penerbitan dan ruang aktualisasi untuk membangun kebiasaan membaca ialah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Bila sahaja, tak terikat dengan apik, maka runtuh sudah bangunan dunia perbukuan itu. Buku membutuhkan promotor untuk menyigi bagaimana buku memiliki kekuatan pencerahan pikir bagi peradaban umat manusia di tengah arus besar konten-konten kiwari yang kadang menjauhkan diri manusia dari buku dan pengetahuan.

Suatu langkah seperti, mengadakan perhelatan pameran buku, syahdan sering jadi solusi untuk menyampaikan rantai pasok, agar produk yang bernama buku itu bisa terendus oleh para calon-calon pembaca. Walakin, perlu kiranya membentuk sebuah habitus (baca; kebiasaan) untuk membentuk bangunan kokoh yang menancap pada mereka para calon pembaca agar tak luput dengan perbukuan.

Faktor mlempemnya dunia penerbitan diakibatkan oleh kurangnya ruang apresiasi untuk memantik pembaca baru bagi perbukuan. Klub buku, jadi solusi untuk menambal rantai pasok pada pemasaran buku. Ruang-ruang aktualisasi dapat mengubah masam menjadi manis untuk mencintai buku dan pengetahuan.

Menyeruaknya pelbagai konten di beberapa platform media sosial, menyetir aras gerak manusia kiwari untuk bertingkah laku. Piranti seperti podcast, bedah buku, atau klub buku online, perlu untuk digandrungi para kelompok literasi dan pelbagai kalangan sekalipun.

Tak dapat dipungkiri, fenomena abad ke-21 dengan kamajuan teknologi dan informasi, perlu kita menyiapkan untuk menyesuaikan apa yang dibutuhkan dunia yang telah berubah, teruntuk pada dunia perbukuan. Buku gubahan Yayasan Obor Indonesia berjudul Buku dalam Indonesia Baru (YOI, 1999), menarik untuk dibaca kembali untuk meraba ulang untuk menata kembali dunia perbukuan kita.

Masih banyak seabrek permasalahan dalam penerbitan dan budaya membaca di bumi Nusantara. Membutuhkan tenaga yang cukup ekstra, memproduksi buku di tengah budaya baca yang rendah, ditambah biayanya yang tak murah juga para pembaca yang tak begitu santer. Tak ada salahnya, untuk merawat dengan memperjuangkan budaya baca yang lebih gencar.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya