Ketika Jabatan Diperebutkan, Kekeringan Tak Kami Risaukan
Kemarau panjang nan ekstrim tengah melanda Indonesia sejak April 2023 hingga hari ini. Sudah lama kita tidak mendengar suara dan sejuknya hujan. Terkadang, hujan membuat kita mengeluh karena sulit untuk menjalankan aktifitas. Namun sekarang, turunnya hujan sangat kita nantikan.
Cuaca panas ekstrim yang tengah melanda membuat sumber mata air mulai mengering. Terlebih untuk wilayah perkotaan seperti Jabodetabek. Sudah mulai banyak keluhan seperti air sumur mengering, air sumur menjadi kotor dan banyak lagi.
Banyak warga yang harus rela antri berjam-jam di depan pompa air umum atau mencari sumber air lain di luar rumah mereka. Beberapa warga bahkan harus membeli air galon atau kantong plastik dengan harga mahal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Tidak hanya itu, cuaca panas juga berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan warga. Banyak warga yang mengalami dehidrasi, pusing, lemas, atau sakit kulit akibat terlalu lama terpapar sinar matahari. Selain itu, cuaca panas juga meningkatkan risiko terjadinya kebakaran, baik di rumah maupun di hutan.
Bangku Kekuasaan dan Kekeringan
Namun, dibalik keluh kesah kami sebagai warga masyarakat, ada pula para petinggi negara yang sedang sibuk memperebutkan bangku kekuasaan. Ya, mereka yang di sana yang fotonya terpampang besar di pinggir pinggir jalan. Mereka yang sedang mempersiapkan jabatan barunya pada 2024, mereka yang menginginkan suara kita. Namun sepertinya mereka lupa akan kebutuhan yang sangat kita nantikan saat ini.
Padahal, kita tidak meminta hal yang sulit bagi mereka. Kita hanya meminta air bersih, agar kehidupan kami sebagai masyarakat biasa dapat berjalan lebih mudah. Hanya itu saja.
Tapi, apa yang mereka lakukan untuk membantu kami? Apakah mereka sudah membuat program atau kebijakan yang bisa mengatasi masalah air bersih ini? Apakah mereka sudah mengalokasikan anggaran atau sumber daya yang cukup untuk membangun sarana atau infrastruktur air bersih di daerah kami? Apakah mereka sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah atau swasta untuk mencari solusi bersama?
Sayangnya, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu masih samar-samar. Kami tidak melihat adanya tindakan nyata atau konkret dari para petinggi negara untuk menyelesaikan masalah air bersih ini. Kami hanya melihat mereka sibuk berkampanye, berdebat, atau berjanji-janji tanpa bukti. Kami merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas nasib kami.
Saya tidak tahu apakah pendapat saya ini benar atau salah, tetapi selaku masyarakat awam, saya melihat banyak sekali petugas yang menyirami taman di trotoar dengan air bersih.
Jika dipikirkan kembali, kenapa tanaman bunga lebih didahulukan mendapat air bersih ketimbang masyarakat yang jelas-jelas membutuhkan air bersih untuk bertahan hidup. Apakah kehidupan bunga lebih penting daripada kehidupan manusia selaku masyarakat?
Kenapa para petinggi hanya sibuk melihat apa rencana selanjutnya agar bisa mendapatkan bangku kekuasaan? Mengapa mereka tidak melirik sedikit ke arah kami untuk sekedar menyapa dan bertanya apa yang kami butuhkan?
Program Pamsimas dan Kendalanya
Fasilitas atau infrastruktur air bersih yang disediakan oleh pemerintah dirasa masih kurang. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai program untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat, seperti Pamsimas, masih banyak daerah yang belum terjangkau atau belum mendapatkan manfaat dari program tersebut.
Pamsimas adalah program pemerintah pusat yang bertujuan untuk memberikan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat perdesaan dan pinggiran kota. Program ini dilaksanakan dengan cara membangun sarana air bersih berupa sumur bor, pompa air, tangki penampung, pipa distribusi, dan kran umum di daerah-daerah yang membutuhkan.
Namun, program ini masih memiliki banyak kendala dan tantangan dalam pelaksanaannya. Beberapa kendala dan tantangan itu antara lain adalah: keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia; kurangnya koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta; rendahnya partisipasi dan kesadaran masyarakat; serta sulitnya pemeliharaan dan pengelolaan sarana air bersih.
Kami tidak tahu sampai kapan kemarau panjang ini akan berakhir. Kami tidak tahu apakah pemerintah akan segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah air bersih ini. Kami hanya bisa berharap dan berdoa agar hujan segera turun dan air bersih segera mengalir di rumah kami.
Kami juga berharap agar para petinggi negara lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap nasib kami. Kami berharap agar mereka tidak hanya sibuk dengan urusan politik, tetapi juga memperhatikan kebutuhan dasar kami sebagai masyarakat. Kami berharap agar mereka tidak hanya menjanjikan, tetapi juga membuktikan dengan tindakan nyata.
Kami juga berharap agar program-program pemerintah seperti Pamsimas dapat berjalan dengan baik dan efektif. Kami berharap agar program tersebut dapat mencapai daerah-daerah yang memang membutuhkan air bersih, tanpa adanya kendala atau hambatan. Kami berharap agar program tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi kami, bukan hanya sekedar formalitas atau pencitraan.
Kami adalah masyarakat yang membutuhkan air bersih. Kami adalah masyarakat yang ingin hidup sehat dan sejahtera. Kami adalah masyarakat yang ingin dihargai dan dihormati oleh pemerintah. Kami adalah masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kami adalah masyarakat yang berharap agar air bersih bukan lagi menjadi mimpi, tetapi menjadi kenyataan.
Artikel Lainnya
-
235923/03/2021
-
156715/10/2019
-
225121/09/2021
-
Menakar Kualitas Pelayanan Publik Aparatur Sipil Negara
97724/03/2022 -
Tuduhan Pinjol, Identitas yang Direbut, dan Beban yang Dipindahkan
86011/08/2025 -
Gerakan Mahasiswa dan Pengabdian untuk Masyarakat
228724/03/2020
