Kejamnya Perkosaan Remaja
			      	
			      	
			      	
			      	Berita itu membuat kita semua sedih dan juga menggeleng-gelengkan kepala. Sayapun tidak habis pikir, kenapa peristiwa itu terjadi. Berita tersebut menyebutkan bahwa seorang remaja perempuan telah diperkosa. Yang membuat saya semakin sedih, peristiwa perkosaan itu dilakukan beramai-ramai. Pelakunya sebanyak tujuh orang.
Yang semakin membuat pilu perasaan kami adalah, sebelum diperkosa perempuan tersebut dicekoki dengan minuman yang bisa membuat teler yaitu pil Hexymer dan akhirnya berakhir korban meninggal dunia. Sungguh peristiwa yang sangat miris. Inilah yang terjadi pada diri perempuan berusia 16 tahun di Tangsel beberapa waktu lalu.
Perkosaan memang bukan sebuah kejahatan baru, namun merupakan kejahatan yang sudah ada sejak berabad-abad lalu. Kejadiannya pun bukan hanya sekali dua kali, namun hampir setiap hari kita baca dan kita dengar, di media massa dan elektronik, bahwa kasus perkosaan ini hampir terjadi setiap hari. Kapan saja dan dimana saja.
Pelaku dari kasus-kasus perkosaan ini pun beraneka ragam. Tak jarang pelakunya adalah orang-orang yang justru dekat dengan korban seperti ayah tiri, paman, kakek, teman atau bahkan pacar sendiri. Ada juga pelaku yang merupakan seorang guru, modin, tetangga dan lain sebagainya. Orang-orang yang mungkin tidak pernah terbersit di kepala kita sebagai pelaku. Yang menjadi korbannya pun bisa jadi dari anak-anak, remaja hingga lansia.
Sebuah tindakan perkosaan, biasanya terjadi antara laki-laki sebagai pelaku dan perempuan sebagai korban. Namun ternyata bukan hanya itu, perkosaan bisa terjadi pada diri laki-laki kepada laki-laki, dalam kasus-kasus seperti homo seksual. Sebagai contoh yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga, orang Indonesia yang melakukan aksi bejatnya di Inggris (Beri Aku Satu Reynhard Sinaga Niscaya Kuguncang Dunia, Fajar Ruddin, thecolumist.id 11/01/2020)
Ataupun juga perkosaan yang terjadi antara perempuan kepada perempuan. Ini sering kali terjadi pada kasus-kasus lesbian. Intinya bahwa menjaga anak laki-laki maupun perempuan dari hal-hal yang tidak kita inginkan seperti dari kasus-kasus perkosaan dewasa ini, sama penting dan beratnya. Karena semuanya bisa berpotensi menjadi korban atau pun pelaku perkosaan. Untuk itu kita semua harus lebih hati-hati dan waspada.
Kasus perkosaan yang terjadi di Tangsel beberapa waktu yang lalu, dimana pelakunya adalah teman-temannya dan salah satunya adalah pacar korban itu sendiri. Sekali lagi membuktikan bahwa kasus-kasus perkosaan sangat bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat korban.
Perkosaan yang terjadi di Tangsel, dimana antara korban dan para pelaku juga masih berusia remaja membuat semakin panjang pekerjaan rumah kita semua, untuk mengatasi perilaku-perilaku menyimpang pada anak-anak remaja di negara ini. Terutama yang berkaitan dengan perilaku asusila, dan amoral seperti perkosaan tersebut.
Pihak kepolisian menyebutkan, bahwa motif dari pelaku melakukan perkosaan kepada teman sendiri yang juga melibatkan pacar sang korban, secara beramai-ramai dan dengan lebih dahulu korban diberi 3 pil Heymer menurut pengakuan para pelaku yang sudah tertangkap adalah, Karena mereka ingin melakukan hubungan badan dengan korban.
Kepolisian masih menelusuri lebih lanjut pengakuan ini, karena kasus perkosaan ini sampai kepada pihak berwajib ketika korban sudah meninggal dunia. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit dan juga rawat jalan di rumah (tempo.co, 13 Juni 2020).
Dari motif tersebut, jika kita telaah lebih lanjut, kasus perkosaan ini terjadi karena adanya percikan hasrat nafsu yang tak tertahan, yang dimiliki oleh sang pacar dan teman-temannya.
Karena nafsu yang tidak tertahan inilah kemudian mereka melampiaskannya dengan cara-cara tercela, jahat dan dengan melanggar norma-norma kesusilaan dan juga agama. Yaitu melakukan pemaksaan dengan memperkosa. Hal yang makin miris perkosaan itu seolah terencana karena sebelum peristiwa itu terjadi terlebih dahulu korban dibuat teler oleh para pelaku dengan dicekoki pil Hexymer.
Pacaran barang kali sudah menjadi tren anak muda sekarang. Namun romantisme pacaran yang berlebihan bisa membuat sepasang muda-mudi yang sedang pacaran, tumbuh hasrat birahi yang terkadang begitu meledak-ledak dan tak bisa dikontrol.
Jika hasrat tersebut tidak bertepuk sebelah tangan, artinya kedua pasangan muda-mudi ini sama-sama memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seks layaknya sepasang suami isteri, maka yang terjadi adalah hubungan suka sama suka sepasang sejoli yang lagi diserbu badai asmara.
Meskipun tidak terjadi perkosaan, namun hubungan suka sama suka anak remaja tersebut juga beresiko pada kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tak aman, dan juga rasa bersalah dan lain sebagainya. Hal yang lebih penting lagi bahwa meskipun dilakukan suka sama suka namun hal tersebut juga merupakan perbuatan tercela, melanggar norma-norma di masyarakat dan juga norma agama. Artinya di tengah -tengah masyarakat kita, perbuatan tersebut adalah salah.
Adapun jika dalam pacaran, salah satu diantara pasangan memiliki hasrat seks yang sangat menggebu-gebu sementara pasangan yang lain tidak memiliki hasrat tersebut, dan akhirnya terjadi pemaksaan pelampiasan percikan nafsu kepada pasangannya, maka yang terjadi adalah perkosaan. Bisa jadi kalau si pacar tidak berani untuk melakukan aksi bejatnya sendiri maka dia akan mengajak teman-temannya.
Inilah yang sering terjadi pada kasus-kasus perkosaan yang pelakunya adalah sang pacar sendiri yang kebanyakan terjadi pada remaja lelaki sebagai pelaku dan remaja perempuan sebagai korban.
Solusi yang bisa ditawarkan sebaiknya menjauhi pacaran, perketat kontrol sosial pada keluarga, lingkungan dan masyarakat, didikan dan penjagaan orang tua pada anak serta internalisasi nilai-nilai moral sejak dini agar anak-anak dan remaja terhindar dari perilaku menyimpang seperti perkosaan.
Hal lain yang penting dilakukan adalah menyensor tontonan anak dan remaja yang bersifat pornografi. Media cetak dan elektronik sering kali menyajikan hal-hal yang memiliki sifat merangsang dan porno.
Banyak juga situs-situs porno yang bisa diakses oleh para remaja sehingga remaja terdorong untuk melakukan adegan-adegan panas yang mereka dengar dan saksikan. Ketika hasrat penyalurannya belum ada maka mereka akan berusaha melampiaskannya, salah satu jalannya adalah dengan perkosaan meskipun terhadap pacarnya sendiri. Untuk itu kontrol terhadap tontonan anak dan remaja sangat penting dilakukan dan batasi.
Yang terakhir pesan khusus saya sampaikan kepada para remaja puteri yaitu jangan mudah percaya kepada pacar, jangan mau dirayu pacar sebab kalian semua masih dalam tahap saling kenal mengenal, jadi tetaplah jaga jarak. Jangan masuk ke perangkap pacar hingga pada hal-hal romantisme yang berlebihan. Lelaki itu pandai merayu, apa lagi jika ada maunya.
Maka kalian harus benar-benar hati-hati. Semoga kasus perkosaan yang terjadi di Tangsel beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh pacarnya sendiri bersama teman-temannya adalah peristiwa terakhir dan tak akan terulang lagi.
Artikel Lainnya
- 
		                      
		                      66609/12/2022
 - 
		                      
		                      209208/11/2019
 - 
		                      
		                      176820/10/2019
 
- 
		                      
		                      
Pemuda Memperlakukan Kekuasaan
108326/10/2021 - 
		                      
		                      
Sampah di Indonesia: Bom Waktu yang Siap Meledak
143131/01/2021 - 
		                      
		                      
Menyiasati Mudik di Tengah Pandemi
124009/05/2021 
