Jokowi dan Teka-Teki Politik
Politik memang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Dengan itu, hampir setiap hari, kita selalu dihadapkan dengan aktivitas politik, baik kita sendiri yang berpolitik atau hanya sekedar berdiskusi mengenai isu politik yang sedang memanas. Diskusi politik itu pun tidak hanya berada di kalangan para elit politik, di tingkat akar rumput pun hangat didiskusikan. Baik melalui grup chatting seperti Whatsapp maupun perbincangan tatap muka, pasti semua tentang politik. Dengan itu, politik sudah menjadi bagian dari hidup kita, karena kita adalah zoon politicon kata Aristoteles.
Hari-hari ini, isu politik yang lagi ramai didiskusikan di ruang publik adalah tentang cara Jokowi berpolitik. Di ruang publik sekarang ini, sikap politik Jokowi menjadi kontroversial. Hal itu disebabkan oleh keputusannya yang mengangkat beberapa politisi maupun relawan yang sudah bekerja keras dalam kemenangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019 lalu. Karena turut berperan penting, mereka diberikan posisi yang luar biasa pentingnya di berbagai perusahaan terkenal milik negara (BUMN). Menurut jumlahnya, ada 17 orang relawan Jokowi yang duduk di kursi komisaris BUMN, (Kompas.com, 2020).
Keputusan Jokowi mengangkat 17 orang itu tentunya berimplikasi pada penilaian publik tentang sikapnya dalam berpolitik. Tentang sikap politiknya itu, terjadi perdebatan dan silang pendapat yang luar biasa sengitnya di ruang publik. Ada beranggapan bahwa hal demikian adalah sikap yang wajar dalam aktivitas politik. Namun, tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa itu adalah politik balas budi dan karena itu menyimpang dari etika berpolitik.
Politik adalah Teka-Teki
Pada umumnya, term politik sukar sekali diartikan. Mengenai politik, hampir tidak ada pengertian yang final. sekalipun kita bertanya dan berguru pada ahli-ahli politik seperti Thomas Hobbes, Machiavelli, John Locke, Jean-Jacques Rousseau, John Rawls, dan Jurgen Habermas perihal definisi yang fix tentang politik, jawaban mereka pasti tidak persis sama. Dengan itu, hemat saya politik adalah semacam teka-teki yang membuat orang bingung, berpikir keras, dan skeptis akan pengertian politik itu sendiri.
Politik bisa mengandung multitafsir. Setiap orang punya perspektif yang berbeda tentangnya. Misalnya ada yang berperspektif bahwa politik adalah “kotor”. Namun tak sedikit juga yang beranggapan bahwa politik adalah seni pengabdian dalam mengupayakan kebaikan bersama (Bonum Commune). Saya juga memiliki pengertian yang berbeda tentang politik yaitu sebuah “teka-teki”.
Tentu saja pesimisme dan multitafsir publik tentang politik adalah kesimpulan yang wajar. Pesimisme dan multitafsir semacam itu muncul berdasarkan konteks yang mempengaruhi. Misalnya orang mengatakan bahwa politik adalah “kotor” mungkin dikarenakan aktor-aktor politik yang seringkali menampilkan sikap-sikap yang tidak etis dalam berpolitik. Begitupun sebaliknya bahwa politik adalah seni pengabdian untuk tak sedikit juga aktor-aktor politik yang sudah mengupayakan Bonum Commune itu.
Jokowi dan Strategi Berpolitik
Satu hal yang unik dari metode berpolitik Jokowi adalah penuh dengan teka-teki. Kita lihat saja Pilpres tahun 2019 banyak sekali dari kalangan masyarakat yang membaptis diri sebagai tim relawan untuk pak Jokowi, yaitu 501 orang, (detiknews, 2018). Tentunya hal ini sangat berbeda dengan pilpres-pilpres sebelumnya.
Selain itu, dukungan-dukungan juga datang dari berbagai kalangan. Ada rakyat jelata, para artis, musisi, dan lainnya. Hal ini membuat kita bertanya, gaya seperti apakah yang ditampilkan oleh Pak Jokowi? Apakah Pak Jokowi sudah menjanjikan suatu posisi khusus bagi tim relawannya?
Salah satu strategi politik Jokowi yang penuh dengan teka-teki adalah ketika ia merangkul Prabowo untuk masuk dalam kabinet. Ia menunjuk Prabowo yang adalah capres oposisi dalam Pilpres 2019 lalu menjadi salah satu menteri di Kabinet barunya. Tentunya metode berpolitik seperti itu hampir tidak ada yang tahu maksud dan tujuan yang sebenarnya apa. Dengan itu sekali lagi, bahwa hemat saya politik yang ditampilkan oleh Jokowi adalah politik teka-teki.
Walaupun penuh dengan teka-teki, kita melihat bahwa keputusan-keputusan politiknya sangat tepat sasaran dan langsung pada persoalan riil masyarakat. Ia cermat membaca konteks politik yang sedang dialami rakyat dan tanggap pada hak-hak masyarakat, lalu menerjemahkannya ke dalam jurus-jurus politik yang sesuai, (Silvianus Mongko, 2018).
Metode politik Pak Jokowi penuh dengan teka-teki itu tentunya berimplikasi pada perdebatan dan silang pendapat di ruang publik hari-hari ini. Silang pendapat terjadi dikarenakan munculnya berbagai nama politisi dan tim relawan Jokowi yang diberikan posisi yang luar biasa (komisaris) dalam Perusahan Milik Negara (BUMN), (Kompas.com, 2020). Di ruang publik sekarang, sikap politik pak Jokowi menjadi kontroversial. Ada yang beranggapan bahwa hal demikian wajar dalam berpolitik. Di sisi lain, ada yang berasumsi bahwa itu adalah politik balas budi yang tidak etis.
Dalam melihat perdebatan publik mengenai sikap politik Pak Jokowi, saya tidak mengatakan bahwa itu adalah wajar dalam berpolitik. Pun juga saya tidak berani mengasumsikan bahwa seperti itu adalah sikap yang tidak etis dalam berpolitik. Saya tetap mengatakan bahwa politik adalah sebuah teka teki. Karena politik itu sulit untuk diartikan, apalagi melihat fakta-fakta yang terjadi di Republik ini, banyak terjadi kasus kejahatan politik yang berkeliaran di sana-sini. Dan satu dari sekian kejahatan politik yang paling menggegerkan adalah ialah politik transaksional, (Silvianus Mongko, 2013).
Dengan itu, pro dan kontra mengenai sikap Jokowi dalam hemat saya adalah hal yang wajar. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa politik memang sulit diartikan. Orang tidak bisa menganalisa secara persis mengenai pengertian politik yang sebenarnya. Orang bisa saja menganggap politik itu tidak etis, namun ada juga yang beranggapan bahwa orang boleh menggunakan cara apa saja dalam berpolitik. Namun hemat saya, bahwa kendati politik yang sudah ditampilkan oleh pak Jokowi adalah politik teka-teki karena tidak ada yang bisa menebak, saya yakin politik teka-teki itu boleh saja, sejauh hasilnya untuk kebaikan bersama dalam masyarakat (Bonum Commune).
Artikel Lainnya
-
351221/06/2021
-
192903/12/2020
-
299525/01/2021
-
Catatan Redaksi: Jaga Diri dan Keluarga dari Virus Corona
153420/03/2020 -
47407/01/2024
-
94820/09/2023
