Jakob Oetama dan Pesan Untuk Pers Nasional

Kabar duka kembali menyelimuti Tanaha Air, khususnya dunia pers dan media nasional. Sosok penting dalam sejarah jurnalistik nasional Jakob Oetama telah berpulang kehadirat yang Maha Kuasa. Dilansir dari Kompas.com (Rabu, 09 September 2020 ) Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama meninggal di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu 9 Septembrer 2020.
Jakob wafat karena mengalami gangguan multiorgan. Usia sepuh kemudian memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia jurnalistik baik di media cetak maupun televisi, nama dan sosok Jakob Oetama adalah sosok yang tidak asing lagi, baik itu karena peran beliau dalam mendirikan Kompas Gramedia Group, juga karena perannya sebagai wartawan ulung yang sangat aktif dan kritis pada masssanya. Jakob Oetama bukan sekedar sosok penting bagi lahirnya Kompas yang masih berjaya sampai hari ini, tetapi sosok penting bagi perkembangan Pers nasional itu sendiri.
Mengenang Jakob Oetama, berarti kita juga sedang mengenang sejarah perkembangan pers Indonesia, termasuk Kompas secara khsusus. Bagi penulis sendiri, Jakob Oetama adalah sosok pribadi yang menjadi teladan bagi segenap insan pers baik perusahaan pers, maupun orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pers itu sendiri.
Saya mengenal sosok Jakob Oetama mungkin hanya sepintas saja melalui tulisan-tulisan tentang Pers di Indonesia yang tidak lepas menceritakan sosok beliau. Dalam buku Media & Politik karya Salvatore Simarmata yang mengulas tentang sejarah perkembangan Media khususnya Kompas, selalu menceritakan pandangan-pandangan Jakob Oetama tentang perkembangan media itu sendiri.
Dalam sejarah perkembangan Kompas, arus badai selalu dilalui. Kompas juga berhasil melewati “ badai” politik tahun 1966, yang menjadi awal terbentuknya Orde Baru ( Salvatore Simarmata, 2014:62). Sukses Media lebih khusus Kompas dalam melewati arus badai politik waktu itu tentu tidak terlepas dari sosok Jakob Oetama sebagai pendiri harian Kompas. Ini dapat menggambarkan secara jelas kepada kita bahwa Jakob Oetama adalah orang yang sangat berani dan bertanggungjawab. Hal inilah yang bagi saya patut ditiru oleh semua insan media hari ini.
Kehadiran media sebagai salah satu pilar utama demokrasi saat ini merupakan bagian dari kemerdekaan manusia itu sendiri, terlebih khusus kemerdekaan menyampaikan pendapat dan berekspresi, juga merupakan kemerdekaan dari pers atau media itu sendiri. Sehingga dalam pemberitaannya pers atau media harus mengedepankan kepentingan masyarakat umum, bukan mengedepankan kepentingan segelintir kelompok terlebih khusus kepentingan elit.
Tentu hal tersebut sudah dibuktikan oleh Jakob Oetama. Keberadaan Pers merupakan perwujudan hakikat kehidupan manusia. Bagi Jakob Oetama, Kompas berpijak pada prinsip yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia, yaitu sebagai masyarakat majemuk. Bangsa indonesia menganut paham demokrasi seperti yang terungkap dalam Pancasilan dan UUD 1945. Bagi penulis pernyataan Jakon Oetama tentang keberpijakan pada.prinsip mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia memberi pesan kepada semua media bukan hanya Kompas untuk mengedepankan prinsip tersebut. Hal ini bagi saya yang mesti menjadi pegangan Pers dan Media dalam hal menerbitkan pemberitaannya.
Jakob Oetama menegaskan bahwa media apapun harus mampu membangun infrastruktur budaya demokrasi Pancasila yang menjadi falsafah kehidupan bangsa Indonesia. Artinya mengedepankan nilai-nilai luhur pancasia itulah yang diprioritaskan Pers hari Ini.
Fungsi utama Pers hari ini adalah sebagai sarana pengkritik, maka diwajibkan bagi pers nasional kita hari ini menjalankan fungsi tersebut. Melakukan kewajiban dalam mengontrol, koreksi dan saran terhadap pemerintahan menjadi warna tersendiri bagi Pers yang bagi saya menjadi pembeda antar lembaga Pers/media dengan insitusi-institusi lainnya. Tentu hal-hal tersebutlah yang pernah dijalankan oleh Jakob Oetama dan memberi pesan kepada Pers hari ini untuk menonjolkan peran dan fungsinya tersebut.
Kondisi sosil politik hari ini, yang dimana nilai-nilai nurani mulai ditinggalkan, sehingga kita sering mendengar pemberitaan tentang adanya penyalahgunaan oleh para penguasa, yang berakibatkan lahirnya pemerintah yang korup, seharusnya menjadi tanggung jawab pers dalam membongkar hal-hal tersebut. Bagi penulis sendiri, kondisi sosil poltik yang kurang sehat hari ini, menunjukan kepada kita masih minimnya kontrol pers.
Jakob Oetama adalah pribadi yang sangat kritis dan berani. Kekritisan dan Keberanian Jakob Oetama mesti menjadi telada bagi generasi hari ini. Keberanian Jakob Oetama mendirikan Media ditengah otoriternya rezim Orde Baru dan berani melakukan kritikan ( dengan bahasa yang halus) kepada rezim yang membuat Kompas waktu itu pernah dibredel oleh rezim tidak membuat Jakob Oetama patah semangat dan dengan kritis lagi ia coba memintaa maaf dan meminta untuk memberikan izin terbitlagi kepada pers.
Di tengah kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat hari ini, dengan bertumbuh suburnya berbagi jenis Media dan perusahaan Pers merupakan suatu peluang yang besar bagi media untuk lebih gigih dalam menjalankan fungsi kontrol mereka terhadap rezim.yang berkuasa hari ini dan menjaga tumbuhnya demokrasi itu sendiri.
Tidak ada alasan lagi bagi media hari ini untuk takut mengkritik dan mengoreksi jalannya pemerintahan yang menyalahkan wewenangnya. Sehingga, pers hari ini.tidak terkesan seperti alat penguasa (alat menyampaikan program kerja pemerintah ) atau alat bagi pemerintah untuk memonopoli masyarakat.
Akhirnya, kita sama-sama mendoakan agar segala kebaikan, keberanian, dan tanggung jawab bapak Jakob Oetama diterima oleh Allah Yang Maha Kuasa. Sosokmu menjadi teladan bagi kaum muda hari ini.
Artikel Lainnya
-
45321/09/2023
-
174201/07/2020
-
111710/12/2021
-
Lulusan Fresh Graduate Saat Corona, Bisa Apa?
118623/01/2021 -
Pesan Penting Pilkada di Hari Anti Korupsi Sedunia
158709/12/2020 -
Kepemimpinan Visioner, Antara Harapan dan Kenyataan
18424/08/2024