Ikut-Ikutan Tren Ikoy-Ikoyan

Kata “Ikoy-ikoy” atau “Ikoy-ikoyan” beberapa waktu ini sedang ramai dan menjadi tren di jagat media sosial. Saya yang waktu itu tidak sengaja membaca kata “Ikoy-ikoyan” dari salah satu akun Instagram menjadi penasaran.
Ternyata “Ikoy-ikoy” atau “Ikoy-ikoyan” merupakan sebuah cara yang dipilih oleh influencer dan Youtuber Arief Muhammad dalam berbagi. Ikoy merupakan nama asisten dari Arief yang kemudian digunakan sebagai ikon giveaway ala Arief Muhammad.
Karena hal tersebut, banyak juga influencer lain yang kemudian diminta oleh pengikutnya untuk melakukan hal yang sama. Hal ini pun menimbulkan pro dan kontra. Beberapa ada yang terinspirasi dan melakukan hal yang sama, namun ada juga yang merasa terganggu dengan hal ini.
Beberapa orang menganggap jika tren “Ikoy-ikoyan” bukanlah hal yang patut untuk ditiru. Mereka menganggap jika hal ini dapat membangun mental pengemis bagi masyarakat. Bahkan ada yang bilang jika menginkan sesuatu, hal yang harus dilakukan adalah bekerja, bukan malah meminta-minta kepada influencer.
Bila melihat tujuan Arief Muhammad dalam program ini, sebenarnya tidak ada yang jadi masalah. Ini hanyalah bentuk lain dari giveaway yang juga biasa dilakukan oleh para influencer. Hanya saja, bila biasanya giveaway sudah ditentukan barang atau hadiah apa yang akan diberikan, di “Ikoy-ikoyan” ala Arief, sang penerima hadiah bisa memilih sendiri hadiahnya. Berbeda juga dengan giveaway yang biasanya mensyaratkan sesuatu, dalam “Ikoy-ikoyan” hadiah diberikan tanpa syarat.
Dengan mengirimkan DM (direct message) atau pesan pribadi kepada influencer, pengikutnya bisa meminta apa saja. Dari mulai hal yang sederhana seperti minta makanan, atau sesuatu yang mendesak seperti biaya berobat orang tua. Jika beruntung, maka influencer tersebut akan memberikan hadiah sesuai dengan permintaan pengikutnya.
Namun, tidak semua orang punya cara yang sama dalam berbagi. Mungkin dengan cara “Ikoy-ikoyan”, Arief Muhammad merasa dia bisa membahagiakan orang lain dan juga bisa membantu sesuai dengan kebutuhan yang diminta. Walaupun di sini Arief tidak melihat latar belakang orang yang menerima hadiah tersebut dan juga tidak memberikan syarat.
Sementara mungkin ada influencer lain yang tidak merasa sependapat dengan Arief. Mungkin mereka ingin membantu atau berbagi dengan orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Jadi perlu dipastikan dulu latar belakangnya. Atau bisa jadi mereka punya alasan yang lain.
Bisa dipahami jika setiap orang punya cara yang berbeda dalam berbagi. Hal ini wajar-wajar saja. Yang dilakukan Arief Muhammad juga tidak bisa dikatakan salah.
Terlepas dari tujuan sesungguhnya acara ini, apakah agar menjadi viral atau menaikan jumlah viewer, seorang influencer yang punya banyak pengikut ingin berbagi dan membahagiakan pengikutnya, tidak ada yang salah dengan itu. Analoginya adalah seorang yang ingin memberikan hadiah untuk sahabatnya lalu bertanya apa yang diinginkan sahabatnya tersebut. Kemudian memberikannya sesuai dengan permintaan. Tidak ada yang dirugikan. Semua senang, semua bahagia.
Bila dikatakan hal ini melatih mental pengemis pada masyarakat, saya rasa hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Dalam hubungan interaksi sosial antara influencer dan pengikutnya, ada hubungan timbal balik. Di mana, influencer mendapatkan keuntungan dari pengikutnya, dari jumlah view atau endorse produk misalnya. Jadi wajar-wajar saja jika beberapa influencer ingin berbagi dengan pengikutnya. Sebagai bentuk terima kasih atas dukungan yang telah diberikan, atau hanya sekedar pengisi konten.
Yang menjadi salah adalah, jika pengikut meminta hal yang tidak ditawarkan oleh Sang Influencer. Berbeda dengan Arief Muhammad yang memang menawarkan “Ikoy-ikoy” sebagai bentuk giveaway kepada pengikutnya, beberapa influencer justru ditodong untuk melakukan hal yang sama sehingga mereka merasa terganggu dan keberatan dengan hal ini.
Di dalam Islam, meminta-minta atau mengemis adalah sesuatu yang dilarang. Namun ada kondisi di mana meminta-minta itu diperbolehkan. Hal ini berdasarkan hadis Rosulullah SAW kepada seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal. Beliau bersabda: “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh, kecuali bagi salah satu dari tiga golongan. Pertama, orang yang memikul beban tanggungan yang berat di luar kemampuannya. Maka, dia boleh meminta-minta sampai sekadar cukup, lalu berhenti. Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar sangat miskin. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Sedangkan selain dari ketiga golongan tersebut hai Qabishah maka meminta-minta itu haram, hasilnya bila dimakan juga haram.” (HR Muslim).
Dari sini kita belajar untuk tidak menghakimi sesuatu yang kita tidak ketahui dengan pasti. Orang yang meminta hadiah kepada orang yang tidak dikenal bukan berarti dia adalah orang yang malas bekerja atau tidak ingin berusaha. Bisa jadi dia adalah seorang ayah yang dirumahkan karena pandemi, sudah berusaha mencari kerja namun tidak kunjung dapat. Bisa jadi seorang anak yang sudah putus asa karena ayahnya sakit tapi tidak kunjung mendapatkan biaya untuk membawanya berobat. Atau seorang ibu yang tidak punya uang untuk membelikan seragam baru pada anaknya yang seragamnya sudah sobek.
Di tengah situasi pandemi seperti ini, kegiatan berbagi sangatlah penting. Terutama bagi mereka yang terdampak. Walaupun tidak bisa menyelesaikan masalah secara utuh, setidaknya bisa sedikit meringankan beban mereka yang kesusahan.
Bila tidak berkenan untuk ikut "Ikoy-ikoyan" atau apapun program berbagi lainnya pun tidak menjadi masalah. Setiap orang berhak memilih apa yang ingin dilakukannya. Namun, sebaiknya diutarakan dengan cara yang baik. Jangan menghujat apalagi menghakimi sesuatu yang kita tidak tahu persis.
Ini juga mejadi pelajaran bagi pengikut para influencer tersebut. Jika kalian bukanlah orang yang memenuhi tiga syarat di atas, sebaiknya tidak ikut meminta-minta. Jika memang ada influencer yang menawarkan diri untuk berbagi, maka silakan untuk mencari peruntungan di sana. Namun, sebaiknya tidak menodong influencer lain yang tidak punya program yang sama.
Terlepas dari segala pro dan kontra dalam tren “Ikoy-ikoyan”, saya menganggap kita harusnya bisa fokus pada hal yang positif. Semangat orang-orang yang ingin berbagi harus tetap diapresiasi. Walaupun tentu mereka punya cara masing-masing dalam aplikasinya. Cukup lakukan apa yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk menolong sesama.
Artikel Lainnya
-
144125/09/2021
-
312013/06/2020
-
44320/06/2024
-
Etika dalam Kacamata Al-Ghazali
89518/12/2022 -
Memaknai Hari Bela Negara di Masa Pandemi Covid 19
280616/12/2020 -
Orang Dalam, HTI, dan Upaya Pembubaran KPK
130512/10/2021