Dua Sisi Media Sosial

Magang di Dunia
Dua Sisi Media Sosial 05/01/2022 1331 view Lainnya www.b.fast.it

Saat ini media sosial sangat mudah dijangkau oleh berbagai macam kalangan. Khususnya kalangan anak muda. Tidak hanya itu, media sosial dapat mempermudah kalangan pelajar ataupun mahasiswa dalam sistem belajar online saat ini.

Selain hal tersebut, media soasial juga dapat menjadi hiburan bahkan dapat menjadi mata pencaharian. Dalam hiburan sendiri, kita banyak menghabiskan waktu hingga kuota internet untuk memanjakan kita. Bahkan seringkali kita banyak melalaikan tugas-tugas kita dengan ketergantungan kita pada sosial media.

Hal ini tentu saja dapat dijelaskan secara ilmiah. Dikarenakan adanya sel dopamine yang ada pada syaraf otak kita. Meminta dan terus meminta hiburan yang dapat memuaskan dopamine untuk sementara dari hiburan-hiburan yang ada di sosial media. Apalagi terdapat sistem algoritma yang secara otomatis menyajikan hal-hal yang kita sukai dan biasa kita cari secara terus menerus agar kita dapat bertahan dan lebih lama menghabiskan waktu kita di media tersebut.

Sistem itu dapat disebut sebagai filter bubble. Filter ini bertugas untuk mengumpulkan informasi dari yang sering kita kunjungi dan kita cari dalam bermedia sosial. Filter ini juga yang secara terus-menerus menyuguhkan konten-konten yang dapat membuat kita betah dalam bermedia sosial. Dampak dari kenyamanan ini adalah kita sangat sulit untuk meninggalkan media sosial kita untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya kita kerjakan.

Dari waktu yang kita habiskan dalam bermedia sosial, media tentu saja mengambil keuntungan dengan para pengiklan. Dan para pengiklan ini dapat menarik perhatian kita di karenakan kita sedang berminat pada barang atau jasa tertentu, dan beranda media sosia kita langsung di banjiri oleh produk-produk para pengiklan. Misalnya saja, mungkin anda juga pernah bahkan sering merasakannya, saat kita berminat ingin membeli tas dan mencari tas di kanal media sosial kita, maka para brand tas akan sering muncul kita jumpai pada akun kita.

Di lain hal kita menjadi terpolarisasi atau terkotak-kotak pada satu sudut pandang. Kita bisa saja menjadi fanatik terhadap hal yang kita sukai itu serta mengangap hal yang kita sukai adalah hal yang paling benar. Dalam kondisi tersebut kita dapat melihat salah satu contohnya dari orang-orang yang menganggap virus COVID-19 ini tidak ada hingga mempercayai konspirasi-konspiarasi dari akun yang mereka ikuti dan mereka sukai. Mereka menganggap argumen mereka adalah argumen yang paling benar dan tidak bisa dibantah. Di lain hal, polarisasi ini juga dapat menimbulkan banyak sekali perpecahan dikarenakan perbedaan sudut pandang yang diambil.

Dengan banyaknya polarisasi ini, banyak juga masalah-masalah yang baru yang harus kita hadapi bersama. Misalnya saja adanya akun anonim yang dapat berpendapat secara bebas akan tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ada pula masalah lain yang timbul dari ini seperti Indonesia yang dinyatakan sebagai negara yang ramah dan sopan dalam kehidupan nyata, berbanding terbalik dengan kesopanan yang ada di dunia maya. Hal ini dapat terjadi karena adanya kebebasan berpendapat namun tidak diimbangi dengan pemikiran yag cukup matang untuk mengemukakan pendapatnya.

Masalah lain yang timbul dari media sosial adalah banyaknya kesalahpahaman yang terjadi akibat pembacaan teks di luar konteks. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya analisa pengguna media untuk melihat permasalahan apa yang terjadi. Mereka hanya mengikuti orang-orang yang dianutnya ataupun lingkungannya, tanpa memahami suatu persoalan yang terjadi.

Namun media sosial juga dapat bermanfaat ataupun dapat digunakan sebagai mata pencaharian. Sebagian orang memanfaatkan media sosial ini sebagai peluang mencari keuntungan dengan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan cara pengiklanan yang memanfaatkan ketergantungan orang-orang pada media sosial. Ada juga orang yang justru mengiklankan produk dengan ketenarannya. Dengan media sosial juga kita dapat mengetahui informasi secara akurat. Walaupun berbagai informasi yang kita terima harus kita selidiki kembali tentang kebenarannya agar kita tidak terpancing oleh hoax atau informasi palsu yang sering beredar.

Media sosial juga dapat kita gunakan sebagai media hiburan dikala kita menghadapi kebosanan. Namun perlu diperhatikan juga bahwa ada waktu-waktu yang harus kita perhatikan agar kita tidak lupa bahwa kita hidup dalam dunia yang sesungguhnya. Maka media sosial ini dapat bermanfaat atau tidaknya tergantung para penggunanya. Sebaiknya kita sebagai para pelajar dapat mengatur cara kita bermedia sosial. Kita seharusnya dapat megatur waktu dan mengupayakan membatasi dalam bermedia sosial agar tidak mengganggu kita dalam masa muda sebagai masa yang produktif.

Kita juga harus melihat kebenaran informasi-informasi yang beredar di jejaring media sosial, agar informasi yang kita dapatkan bukanlah informasi yang salah bahkan menimbulkan perpecahan. Dan kita juga dapat melaporkan bila adanya informasi yang mengandung kebohongan dan mengandung unsur kebencian kepada media yang kita gunakan agar informasi itu tidak berlanjut ke masa yang lebih luas.

Maka bijaklah dalam menggunakan media sosial karena media sosial dapat menjadi bermanfaat atau bisa juga merugikan.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya