Dua Anak Cukup Tak Cukup Dua

Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana dengan slogan “Dua Anak Cukup” saat ini menghadapi tantangan yang beragam.
Ini setidaknya tergambar dari pernyataan beberapa kepala daerah yang secara terang-terangan kurang menyetujui program “Dua Anak Cukup” ini.
Alasan yang digunakan untuk tidak menerima program “Duan Anak Cukup” ini pun beraneka ragam. Sebagai contoh adalah Gubernur Bali yang menghendaki program Keluarga Berencana dengan slogan dua anak cukup supaya disesuaikan dengan kearifan dan budaya lokal yaitu krama bali.
Keluarga Berencana dengan slogan “Dua Anak Cukup” kurang cocok diterapkan di Bali karena jika itu diterapkan maka di Bali tidak akan ada lagi nama “Nyoman dan Ketut” sehingga lama-kelamaan nama ini akan hilang. Hal ini akan mengakibatkan generasi Bali habis, kearifan lokal habis, populasi orang Bali juga akan cepat habis.
Selain di daerah bali, daerah lain yang kurang menerima program Keluarga Berencana dengan slogan dua anak cukup, biasanya berargumen karena daerah atau wilayahnya masih luas, sehingga masih bisa dihuni dan lahan masih banyak kosong. Lahan-lahan yang kosong tersebut masih bisa untuk tempat tinggal dan untuk mata pencaharian.
Penolakan bukan hanya datang dari pemerintah atau kepala daerah tertentu saja, namun juga datang dari masyarakat atau keluarga Indonesia itu sendiri.
Masih adanya anggapan bahwa “banyak anak banyak rejeki” mengakibatkan program Keluarga Berencana (KB) dengan slogan dua anak cukup pada keluarga tersebut terpinggirkan. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang sudah lama disosialisasikan oleh pemerintah nampaknya belum melembaga.
Preferensi jenis kelamin juga mempengaruhi jumlah anak dalam keluarga. Ada keluarga-keluarga tertentu di Indonesia yang menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu, yaitu ingin laki-laki atau perempuan. Jadi ketika keluarga tersebut belum memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu tersebut, maka keluarga tersebut meskipun sudah punya dua anak berkeinginan untuk menambah anak lagi.
Slogan “Dua Anak Cukup, Bahagia Sejahtera, Laki-laki dan Perempuan Jangan dibedakan” belum seutuhnya membumi pada pada keluarga-keluarga yang hidup di Indonesia..
Selain beberapa hal tersebut, ada juga pemahaman dan keyakinan yang berkembang di masyarakat mengenai jumlah anak banyak dan juga mengharamkan KB, sehingga hal ini kontra produktif terhadap program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) dengan slogan dua anak cukup belum cukup menjadi pandangan hidup.
Program Keluarga Berencana (KB) sejatinya tidak membatasi pada jumlah anak saja. Program Keluarga Berencana merupakan bagian dari program Investasi Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga hasilnya tidak dapat dirasakan segera dalam waktu dekat. Berbeda dengan pembangunan fisik yang hasilnya bisa terlihat dan langsung bisa dirasakan manfaatnya.
Program KB dengan slogan 2 anak cukup hasilnya baru bisa dinikmati puluhan tahun berikutnya melalui pengendalian penduduk dengan menitikberatkan pada kesehatan reproduksi, paradigma hak asasi manusia serta peningkatan kualitas ibu dan anak.
Jumlah anak sedikit dan jarak yang ideal membantu untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu serta angka kematian bayi. Semakin sedikit jumlah anak yang dilahirkan dengan jarak yang ideal maka semakin kecil kemungkinan untuk terjadi kematian ibu dan bayi.
Selain hal tersebut jumlah anak sedikit dan jarak yang ideal juga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dalam pengasuhan keluarga dan orang tua. Orang tua dan keluarga memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh dan memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya serta lebih memungkinkan memenuhi kebutuhan anaknya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara makro dengan jumlah anak sedikit yang dimiliki keluarga Indonesia akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk semakin kecil. Ini tentunya meringankan beban pembangunan negara dalam menyediakan fasilitas buat rakyatnya seperti fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas umum lainnya.
Dengan demikian dengan jumlah anak yang sedikit dengan jarak yang direncanakan tersebut, akan membantu pertumbuhan ekonomi keluarga yang berujung pada peningkatan ekonomi nasional menuju kesejahteraan rakyat secara bersama.
Meskipun masih banyak yang kurang sepaham dengan Keluarga Berencana (KB) dengan slogan dua anak cukup, namun patut disyukuri bahwa program ini pelan-pelan ternyata diterima oleh generasi muda sebagai penentu fertilitas ke depan.
Ini setidaknya tergambar pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2017) untuk remaja yang menghasilkan angka bahwa sebesar 64 persen remaja perempuan dan 62 persen remaja laki-laki menyebutkan bahwa jumlah anak ideal kelak ketika mereka berumah tangga adalah sebanyak dua anak.
Keinginan untuk tidak memiliki anak banyak pada generasi remaja kelak, ketika berkeluarga juga didukung oleh data bahwa sebesar 78 persen remaja perempuan dan sebesar 57 persen remaja laki-laki juga ingin memakai alat/cara KB di masa yang akan datang ketika berkeluarga (SDKI 2017) untuk remaja.
Berdasarkan data keinginan untuk punya anak pada generasi muda kelak ketika mereka berumah tangga, serta keinginan untuk ikut berKB ketika generasi muda kelak berumah tangga, memberikan rasa optimis bahwa program KB dengan slogan dua anak cukup ke depan akan semakin melembaga. Semoga.
Artikel Lainnya
-
298308/07/2023
-
164402/04/2020
-
14001/01/2025
-
Pesona Lukis Jalanan di Braga: Warna-Warni Kreatifitas yang Menghidupkan Kota
57016/06/2024 -
151904/01/2021
-
Gerakan Mahasiswa dan Pengabdian untuk Masyarakat
224124/03/2020