Romo Mangun dan Perbaikan Pendidikan di Indonesia

Romo Mangun dan Perbaikan Pendidikan di Indonesia 21/09/2022 1127 view Pendidikan jayakartanews.com

Pendidikan di Indonesia merupakan bagian dari kemajuan bangsa ini. Kemajuan bangsa ini dituntut untuk cepat beradaptasi dengan adanya teknologi dan perubahan sosial. Pendidikan Indonesia sekarang sampai pada tahap adaptasi namun perlu pembelajaran yang ideal. Pendidikan di Indonesia yang akan menjadi pembanding dalam tulisan ini adalah pada zaman orde baru. Siswa dituntut untuk menjadi “pabrik” bagi kepentingan industri dan ekonomi. Pabrik ini yang dimaksud adalah orang dibiasakan untuk menempuh wajib belajar 9 tahun, lalu kuliah dan akhirnya bekerja menjadi seorang karyawan.

Kita memasuki era 2022, era ini merupakan era di mana bertumbuhnya revolusi 4.0 dan artificial inteligence. Pada era ini mas Menteri dan “gerbong”nya menyiapkan suatu kebijakan yang disebut kampus merdeka dan merdeka belajar. Kampus merdeka dan merdeka belajar merupakan upaya untuk dapat beradaptasi dengan industri melalui pengembangan mahasiswa/siswa dengan adanya kurikulum melalui magang, pengabdian masyarakat, dan upaya pendidikan. Di samping itu, saya melihat merdeka belajar menjadi sebuah kritik tersendiri mengingat yang merdeka itu siapa? Gurunya atau siswanya? Atau keseluruhan?

Masaalah yang muncul dari adanya kampus merdeka adalah kemerdekaan belajar bagi para murid bukan pada gurunya. Hal ini tidak terlepas dari adanya politisasi dan peran politik dalam masanya. Politisasi dan peran politik itu berasal dari cara negara untuk mengaplikasikan pemikiran serta gagasannya melalui adanya kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan. Seperti contoh, ada guru honorer yang tidak sejahtera.

Berdasarkan konteks ini, kita akan merefleksikan bahwa manusia sampai sekarang ini masih diciptakan sebagai seorang pabrik dan mode of production bagi kepentingan kapitalisme. Hal lain yang lebih miris adalah banyaknya pekerja atau bahasanya yaitu budak korporat yang dituntut bekerja 8 jam sehari dan adanya kerja lembur. Berdasarkan konteks tersebut, saya akan menawarkan sebuah pendidikan alternatif dalam rangka memenuhi sebuah tuntutan zaman.

Sebagian dari kita pasti mengenal sosok Romo Mangun. Romo Mangun menawarkan suatu pendidikan alternatif untuk mendidik manusia secara integral. Maksud dari kata integral ini adalah kemerdekaan seluruh tubuh, jiwa, dan roh pada manusia. Mendidik manusia untuk merdeka tidaklah gampang melainkan perlu adanya suatu keseimbangan atau bahasa kerennya adalah konstruktivisme. Konstruktivisme melihat seseorang dari segi konstruksi sosial yaitu masyarakat yang semakin terkotak-kotakan. Melalui adanya konstruksi sosial ini anak dididik untuk berpikir kritis akan dunia ini dan bersikap solider pada sesama serta mengembangkan potensi dirinya.

Untuk mengembangkan potensi dirinya diperlukan yang pada istilah Sokrates adalah bidan untuk membantu melahirkan potensi-potensi pada anak. Anak dibiasakan untuk menemukan bakat masing-masing. Bagi Romo Mangun, tidak ada anak yang bodoh melainkan semua cerdas dan kecerdasan itu tidak diukur pada mata pelajaran Matematika dan Sains.

Maka, untuk menemukan potensi dirinya diperlukan sebuah gagasan yang disebut Sekolah Merdeka. Sekolah merdeka adalah bukan untuk bersaing melainkan membantu sesama yang membutuhkan dan bersikap solider. Sikap solider memiliki maksud tidak ada persaingan antar sesama manusia melainkan saling membantu untuk sama-sama berkembang atau bagaimana menjadi pemenang untuk diri sendiri. Sikap solider dibutuhkan dalam sikap belajar dan menanamkan jiwa eksploratif. Sikap eksploratif ini berusaha diejawantahkan dalam identitas orientasi diri berupa: intuisi, citarasa, imajianasi pada otak kiri. Berikutnya adalah mengenai pengolahan alam melalui logika dan analisa-sintesa, dan kuantitas. Dalam dimensi pikiran berada pada saling melengkapi pengetahuan tentang manusia, sosial dan sejarah, alam flora-fauna, dan piranti serta bahasa, matematika,dan sains.

Lalu dalam dimensi religiositas dan Pancasila merupakan hal yang paling penting untuk menumbuhkan rasa keimanan dan patriotisme. Potensi belajar masing-masing inilah yang akhirnya menghasilkan generasi berkualitas. Generasi berkualitas ini dapat dilihat dari referensi Romo Mangun yaitu Adam Malik. Adam Malik merupakan seorang tamatan SD yang mampu menjadi wakil presiden dan ketua PBB. Pendidikan dasar diperlukan sebagai sebuah fondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Melalui tulisan ini, saya berharap agar pemerintah dapat merefleksikan sejenak arti pendidikan yang memerdekakan dan melihat sosok Romo Mangun sebagai sebuah upaya untuk memperbaiki citra pendidikan di Indonesia di tengah maraknya artificial inteligence dan revolusi 4.0

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya