Kekeyi Tak Lebih Dari Sekedar Pion

Sejak rilisnya single terbaru dari Kekeyi dengan judul “Keke Bukan Boneka”, disaat itu pula sebenarnya dia telah menahbiskan dirinya sebagai sebuah boneka, bagi kita semua. Bahkan ia serupa bidak pion catur belaka.
Sejak viral (lagi!) beberapa hari belakangan ini, sosok wanita asal Nganjuk ini menjadi perbincangan hangat di dunia hiburan kita. Sebagai seorang selebritas yang unik, dengan potensi fisik yang berbeda, seakan meneguhkan bahwa ketidakbiasaan bukanlah hambatan untuk meraih kepopuleran.
Ya, sosok Youtuber satu ini memang tidak biasa. Fisiknya, suaranya, intelegensinya, dan semua potensi aneh yang bersemayam dalam dirinya. Mengapa ia bisa melejit tak terbendung hingga menjadi sebuah fenomena?
Sejak muncul dengan tutorial make up balon, karir Rahmawati Kekeyi Putri Cantika seakan tak terbendung lagi. Dengan semangat tak kenal lelah ia senantiasa menelurkan buah kreatifitasnya. Inovasi-inovasi ‘cerdas’ ala Kekeyi memang sangat khas dan tak biasa. Walau kita tahu bahwa memang sebuah kreatifitas lah yang menjadi prasyarat seseorang dapat tetap bertahan hidup di dunia gemerlap jagat maya.
Sebagai pengamat kelas iwak peyek, saya mengendus ada aroma konspirasi terpendam yang bengis. Kesepakatan jahat yang dilakukan oleh kita semua, tanpa pernah kita sadari sepenuhnya. Kemasyhuran Kekeyi adalah murni campur tangan kita para netizen yang maha benar ini.
Puncaknya adalah dengan rilisnya lagu fenomenal itu, semakin sedap dengan bumbu konflik drama hak cipta ataupun perseteruan dengan penarinya. Pelan-pelan Kekeyi menjadi magnet bagi dunia hiburan, khususnya dunia pertelevisian yang memang sudah nampak kehabisan nafas, sejalan dengan makin menipisnya stok tayangan.
Seperti pepatah mengatakan, ada gula ada semut, begitu Kekeyi memuncaki trending di kanal Youtube, maka tanpa dikomando segenap penjuru berbondong-bondong mengerubutinya. Saluran berita selebritis bersecepat memperoleh konfirmasinya, para Youtuber lain berusaha kolaborasi atau hanya sekedar mengcover lagu fenomenal itu. Dan kita, para netizen berebutan untuk mengompori atau hanya sekedar mengipasi.
Netizen berperan sentral untuk menjadikan video yang sempat di take down oleh Youtube ini menjadi viral. Dengan asupan viewer dan bejibunnya komentar membuat video ini nyaris tak bisa dihentikan lajunya.
Bagaimana netizen berperan? coba deh pelan-pelan kita buka channel video itu di Youtube. Kemudian scroll saja komen-komen netizen, maka akan bisa kita dilihat betapa niatnya mereka untuk membuat video lagu ini trending. Selama proses penyekrolan, sekilas saya belum menemukan satupun yang memuji keapikan suara, atau kesyahduan lagu, atau sekedar pujian bahwa video klip ini inspiratif, misalnya.
Yang ada mereka dengan sangat bernafsu ingin menjadikan video ini lekas trending melalui komen-komen dan jempol jahat mereka. Lalu untuk apa para netizen itu begitu semangat?
Kembali ke belakang, tentang sebuah modal untuk terjun ke dunia hiburan. Bahwa hal-hal yang normal bin wajar yang harus dimiliki oleh calon pesohor adalah potensi. Sebut saja misalnya modal fisik yang mumpuni, atau modal uang yang mencukupi, atau modal keterampilan lain yang jarang dimiliki oleh orang lain, atau modal skandal yang berani, ataupun sekedar modal sensasi. Namun tidak untuk Kekeyi.
Kekeyi adalah perwujudan diri kita. Yang ingin bisa melejit bak superstar secara instan dengan potensi pas-pasan. Hingga kita segera tersadar bahwa kita tidak punya potensi untuk mewujudkan impian itu, menjadi seorang bintang yang maha. Sementara ini, dengan sadar diri, kita para penikmat pesohor itu hanya bisa ngiler ketika menyaksikan para rupawan ataupun jutawan sedang menaiki tangga popularitas dengan begitu mudahnya.
Maka dengan lahirnya sang mantan kekasih setingan dari Rio Ramadhan ini di dunia media sosial, membuat seolah-olah inilah jalan kita bersama untuk menjejak popularitasnya. Kita yang tidak tampan rupawan, kita yang tidak bergelimang harta, kita yang dianugerahi suara yang nyaris pas-pasan, seakan menemukan sebuah Eureka pada sosok Kekeyi.
Kekeyi adalah antitesis tentang apa yang seharusnya dimiliki para selebritas. Menjadi terkenal nyatanya tidak membutuhkan look beauty, tidak membutuhkan suara mendayu, tak pula butuh kemapanan ekonomi. Kekeyi telah menjalani test the water yang dijebakkan oleh kita, untuk mengukur kedalaman samudera kepopuleran jagat maya.
Tes kedalaman air dilempar ke publik, apakah seorang Kekeyi berhasil bertahan dan melesat? Jika ia mampu, maka kitapun yang mempunyai modal pas-pasan seperti ia lantas akan ikut terjun juga, menjajal dunia jagat maya, syukur-syukur bernasib sama. Namun jika tidak, biarlah ia seorang yang menjadi korban. Ternyata kita telah berlaku kejam terhadapnya.
Ketika kita biasanya hanya bisa iri hati dan dengki dengan pada selebritas jetset, maka kini saatnya kita mengajukan teori baru pada jagat hiburan, bahwa menjadi viral tidak butuh kesempurnaan. Tidak butuh fisik mempesona untuk sebuah tutorial kecantikan, tidak butuh suara emas untuk menjajal peruntungan di dunia tarik suara, tidak butuh kecerdasan untuk bisa kreatif tanpa batas.
Test the water telah berhasil dijalankan oleh para netizen, saatnya mengambil ceruk, untuk menyingkirkan si ‘Keke Bukan Boneka’ dan segera digantikan oleh kita, boneka-boneka yang lain lagi. Ibarat bermain catur, Kekeyi adalah pion, yang harus rela dikorbankan demi memenangkan permainan, atau sebaliknya mati dilahap lawan.
Atau sebenarnya bagi Kekeyi, kitalah para boneka itu, kitalah yang sebenar-benarnya pion.
Artikel Lainnya
-
1127015/04/2020
-
117519/10/2020
-
129218/03/2020
-
Manusia, Filsafat, dan Para Monyet yang Mengaku Telah Membunuhnya
13729/07/2025 -
Transformasi Era Digital: Peluang, Tantangan dan Potensi Masa Depan
144619/05/2024 -
Berdamai dengan Noda Hitam Sejarah Bangsa
51827/01/2024