Agar Nasib Petani Semanis Tebu

Statistisi Ahli Muda di BPS
Agar Nasib Petani Semanis Tebu 03/02/2021 2399 view Ekonomi Pixabay.com

Meminum segelas air tebu dapat memberikan kesegaran dan kesehatan bagi tubuh. Minuman manis dan segar hasil olahan alami dari tanaman tebu ini mempunyai kandungan antioksidan yang disebut polifenol, senyawa yang bermanfaat untuk melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas maupun racun yang berasal dari lingkungan. Di masa pandemi covid-19 pun, kita masih bisa menemukan penjual air tebu di pinggiran jalan, menandakan usaha ini memberikan keuntungan dan masih memiliki banyak peminatnya.

Sebagaimana kita ketahui, tebu merupakan tanaman perkebunan esensial Indonesia yang ditanam untuk dijadikan bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya bisa tumbuh di daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan kawasan Indonesia berpotensi untuk dijadikan lahan tebu. Lalu bagaimanakah prospek budidaya tebu di Indonesia?

Gula dan tanaman tebu tentu sangat erat kaitannya. Pembuatan gula pun melalui serangkaian proses di pabrik, hal ini menuntut petani perlu kerja keras dalam mengolah tebu agar menghasilkan gula yang berkualitas. Dari data BPS, perkembangan ekspor gula Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sekitar 53,90 persen per tahun. Total volume ekspor gula sebesar 814 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,27 juta tahun 2015 lalu meningkat tahun 2019 menjadi 3,51 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 2,9 juta. Namun demikian, hanya sebagian kecil gula yang diekspor Indonesia ke manca negara. Karena produksi gula Indonesia sebagian besar untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Meski demikian, ekspor gula mampu menyumbangkan penerimaan negara dari sektor non migas.

Bibit tebu berasal dari batang tebu dengan 2-3 mata tunas yang belum tumbuh yang disebut bagal. Selain bibit bagal, dikenal juga bibit tebu yang berasal dari satu mata tunas yaitu mata ruas tunggal dan mata tunas tunggal. Pemakaian mata tunas sebagai bahan tanam dapat meningkatkan produktivitas tebu karena dapat menghasilkan jumlah anakan per tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan bibit bagal. Anakan tebu merupakan variabel yang penting dalam usaha peningkatan produktivitas tebu. Produktivitas tebu per satuan lahan ditentukan oleh kemampuan tanaman membentuk anakan. Semakin banyak anakan tebu yang terbentuk, maka hasil tebu akan semakin melimpah. Anakan tebu terbentuk di sekeliling batang utama tebu. Batang utama tebu dan anakan inilah yang nanti dijadikan sebagai tebu giling.

Masalah Berkebun dan Budidaya Tebu

Terdapat beragam masalah perkebunan dan budidaya tebu yang dihadapi petani Indonesia. Diantaranya, ada petani mengeluhkan harga tebu saat musim panen yang sangat rendah (sekitar Rp180 per kilogram). Kondisi seperti ini akan mengurangi minat para petani untuk menanam tebu dan beralih ke tanaman lain. Petani mengalami kesulitan memperoleh bibit tebu karena bibit tanaman dari pemasok sering terlambat, sedangkan menurut beberapa pengakuan petani tebu masih belum bisa membudidayakan bibit sendiri. Lebih jauh lagi, mekanisme pembayaran hasil panen tebu oleh pabrik gula dinilai memberatkan para petani tebu. Miris rasanya dengan realita yang terjadi dimana pabrik gula melakukan pembayaran ke petani tebu dengan cara diangsur beberapa kali. Padahal pabrik gula seharusnya mampu membayarnya secara lunas.

Di sisi lain kebutuhan gula semakin meningkat, hal ini berdampak pada tanaman tebu yang mesti harus ditingkatkan produksinya. Maka kebutuhan akan gula di dalam negeri masih harus di tambah dengan impor pada waktu tertentu. Dilansir dari pernyataan Pengamat Ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng, gula impor yang didatangkan demi menutupi pasokan yang kurang di dalam negeri kian lama membuat industri dalam negeri kewalahan dan banyak yang bangkrut. Petani tebu terkena imbasnya juga, petani malas menanam tebu karena harganya menjadi murah.

Dalam teknik budidaya belum banyak yang berubah, hal ini mengindikasikan rendahnya kinerja produksi tebu Indonesia. Petani enggan menerapakan inovasi teknologi sesuai anjuran karena penetapan rendemen yang sama. Selain itu, terjadinya kekurangan stok bahan baku tebu pada pabrik gula disebabkan karena budidaya tebu kurang menguntungkan dibandingkan dengan budidaya tanaman penting lainnya. Karena rata-rata produktivitas yang rendah, disamping budidaya tebu harus menunggu satu tahun untuk bisa panen.

Menghadapi beraneka masalah bagi petani tebu , menurut saya sebenarnya prospek budidaya tebu Indonesia sangat strategis dan berpotensi untuk dikembangkan. Apalagi animo petani masih tinggi untuk menanam tebu meski para petani masih ragu karena ketidakjelasan prospek ke depannya. Indonesia pernah sukses menjadi produsen gula terbesar di dunia. Industri gula Indonesia telah menjadi industri tertua dan unggul sejak zaman kolonialisme. Pulau Jawa menjadi salah satu penghasil gula terbesar di dunia dan sebagai pengekspor gula terbesar kedua setelah Kuba. Pabrik gula Indonesia pernah bisa menghasilkan hingga 3 juta ton per tahun dengan luas areal lahan tebu sebesar 200.000 hektare di tahun 1930. Kondisi ini berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang terjadi. Berdasarkan data BPS, luas lahan tebu pada tahun 2018 sekitar 415.66 hektare. Namun produksi gulanya malah turun. Produksi gula nasional pada tahun 2018 mencapai 2,17 juta ton. Sedangkan di tahun 2019, luas lahan tebu mencapai 413.05 hektare dengan produksi gula sebesar 2,23 juta ton.

Upaya Pemerintah Dalam Mewujudkan Swasembada Budidaya Tebu

Tebu termasuk salah satu komoditas yang menyumbang pengaruh besar bagi perekonomian Indonesia dan sumber mata pencaharian bagi jutaan petani Indonesia. Pemilihan tanaman tebu sebagai salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan petani.

Perlu perhatian dan dukungan pemerintah dalam upaya mewujudkan keberhasilan prospek budidaya tebu, pemberian subsidi pupuk dan peralatan petani diharapkan membantu dalam proses pembudidayaan tebu. Menciptakan jalinan kerjasama antara petani tebu dengan pihak perusahaan terkait dalam hal program kemitraan dengan pemberian bantuan dana untuk meningkatkan produktivitas padi dan menggarap lahan yang ada. Hal penting lagi, pendapatan dari harga jual tebu harus tinggi, seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar dapat memberikan keuntungan pada petani tebu .

Selain itu, pemerintah dibawah kabinet kerja yang dipimpin oleh bapak presiden Joko Widodo dalam mewujudkan kembali swasembada gula, maka Indonesia harus mampu memproduksi sekitar 2,8 juta ton gula konsumsi. Adapun strategi yang dilakukan, melakukan ekstensifikasi perkebunan tebu di daerah-daerah potensial untuk perkebunan tebu setidaknya harus menambah lahan untuk budidaya tebu, membangun 10 pabrik gula baru untuk mendongkrak produksi gula nasional dan menyediakan bibit tebu unggul untuk memenuhi kebutuhan bibit kepada para petani tebu Indonesia.

Melalui berbagai upaya pemerintah dalam mewujudkan prospek swasembada tebu Indonesia. Diharapkan dari segi produktivitas tebu akan meningkat dengan menghasilkan produksi gula yang banyak serta berkualitas dan bisa untuk diekspor ke berbagai negara. Berharap dan yakin, bersama kita mampu mewujudkan prospek swasembada tebu Indonesia. Mengingat banyaknya manfaat tebu bagi kehidupan sehari-hari dan tentunya akan memberikan peluang bisnis yang menjanjikan dan menguntungkan, sehingga petani dan masyarakat Indonesia dapat merasakan manisnya berkebun dan membudidayakan tanaman tebu.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya