Master Kim: Etika Immanuel Kant di Meja Operasi Klinis dan Politik

Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel
Master Kim: Etika Immanuel Kant di Meja Operasi Klinis dan Politik 15/06/2025 60 view Lainnya Gemini AI

Siapa yang akan menyangka bahwa suatu drama berjumlah enam belas episode yang merupakan “penjajahan” Korea terhadap anak bangsa dari sudut budaya, mampu merepresentasikan pemikiran Immanuel Kant yang berguna sebagai kajian khazanah dalam keilmuan filsafat moral.

Secara intrinsik, di balik setiap intervensi bedah yang krusial dan keputusan medis yang menentukan hidup-mati oleh Master Kim, terdapat dimensi filosofis yang mendalam.

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana etika Immanuel Kant, dengan penekanannya pada prinsip-prinsip universal dan imperatif moral, berinteraksi—dan terkadang, tampak "terkapar"—di hadapan realitas operasional klinis dan dinamika politik yang digambarkan dalam serial medis tersebut. Hal klinis yang tidak bisa lepas dari bias politik yang menggerogoti struktural hirarki rumah sakit.

Menjadikan Rumah Sakit Universitas Geosan yang seharusnya menjadi tempat perawatan, malah menjadi ajang menempati kursi kekuasaan jajaran direksi manajerial. Fenomena politik medis yang menjadi antitesis bagi tenaga kesehatan Rumah Sakit Doldam.

Immanuel Kant, salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat, membangun etika yang berpusat pada konsep imperatif kategoris. Ini adalah perintah moral universal yang harus diikuti tanpa syarat, tidak peduli apa pun hasilnya atau konsekuensinya. Bagi Kant, tindakan moral sejati adalah tindakan yang didorong oleh kewajiban murni (duty for duty's sake), bukan karena keinginan pribadi, emosi, atau perhitungan untung-rugi. Sebuah tindakan dianggap bermoral jika kehendak di baliknya dapat dijadikan hukum universal yang berlaku untuk semua orang, di segala situasi.

Dalam konteks pelayanan medis, prinsip Kantian ini mengimplikasikan bahwa setiap pasien harus diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya sendiri (end in itself), bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain, seperti keuntungan finansial, reputasi pribadi, atau kepentingan politik. Artinya, nilai seorang individu melekat pada dirinya sebagai makhluk rasional, yang berhak dihormati dan dilayani berdasarkan kebutuhan esensialnya, terlepas dari status sosial, kekayaan, atau koneksi. Dedikasi Master Kim yang tanpa kompromi terhadap penyelamatan nyawa, fokusnya pada integritas medis di atas segalanya, dan penolakannya terhadap praktik-praktik yang mengomersialkan atau mempolitisasi perawatan pasien, sangat merefleksikan semangat etika Kantian ini. Ia seolah-olah beroperasi di bawah asumsi bahwa ada kewajiban moral absolut untuk memberikan perawatan terbaik kepada siapa pun, kapan pun, tanpa pandang bulu.

Maksim Medis

Dokter Boo Yong Joo yang diberhentikan dari Rumah Sakit Universitas Geosan yang kemudian moncer dikenal dengan nama Kim Sa-bu atau Master Kim di rumah sakit distri Doldam, memiliki maksim dalam hidup. Master Kim dicitrakan memiliki maksim pekerjaan yang mulia sebagai seorang dokter distrik di Rumah Sakit Doldam. Pria yang bekerja dalam stase bedah ini, agaknya maksim utamanya berbunyi, “menyelamatkan manusia walau tingkat kemungkinannya 0,01% adalah kewajiban tertinggi” sebagai seorang dokter bedah dengan minim alat.

Ini jauh dari preferensi atau keinginan, melainkan kewajiban moral profesi kepada pelayanan pasien dengan melucuti status, meniadakan kepentingan politik, merepresi tindakan kebohongan prosedural medis dan memakzulkan kemampuan keuangan agar semua yang datang lekas ditangani dan semua yang sakit segera menemukan kesehatannya kembali dengan akurat, tepat, hemat dan cepat. Maksim yang langka ditemukan pada setiap diri dokter bahkan hingga ke seluruh dunia.

Salah satu ilustrasi paling jelas dari maksim medis Kantian Master Kim, bahkan di luar Doldam. Meskipun RS Geosan adalah representasi dari sistem yang ia tentang, dan para petinggi di sana seringkali menjadi rival politiknya, Master Kim akan datang dan membantu tanpa ragu.

Ini bukan karena ia ingin mendapatkan keuntungan pribadi, pujian, atau bahkan untuk mempermalukan Runah Sakit Geosan. Justru, tindakannya didorong oleh sebuah pemikiran Immanuel Kant: "Ketika ada nyawa dalam bahaya, kewajiban untuk menyelamatkan melampaui segala pertimbangan pribadi atau politik." Ia melihat para pasien di UGD Geosan sebagai individu yang membutuhkan pertolongan, bukan sebagai alat untuk memenangkan persaingan antar rumah sakit atau membuktikan integritas. Ia bertindak semata-mata karena keyakinannya akan kewajiban universal seorang dokter untuk meringankan penderitaan dan menyelamatkan nyawa, tanpa memandang konteks politik atau afiliasi institusional. Kehendaknya adalah baik, murni didasari oleh duty for duty's sake, tanpa mengharapkan timbal balik atau reputasi bagi dirinya atau Doldam. Dirinya merasa resah apabila acuh terhadap pasien dan perawat yang terserak kesakitan dan kelimpungan menunggu dokter yang piket UGD.

Maksim Politik

Secara eksplisit, maksim politik Master Kim adalah bahwa ia rela menggunakan kredibilitas dan reputasi medisnya sebagai alat strategis untuk kepentingan operasional Rumah Sakit Doldam. Ia secara sadar tidak memedulikan apabila kredibilitas kedokterannya yang tak tertandingi—yang dibangun di atas fondasi Kantian tentang kewajiban murni dan martabat pasien—digunakan untuk tujuan manajerial atau politis rumah sakit distrik. Misalnya, ia mungkin sengaja menonjolkan kehebatannya dalam operasi tertentu untuk menarik perhatian pejabat atau investor, atau ia mungkin memanfaatkan rasa hormat yang didapatnya dari rekan sejawat dan masyarakat untuk menggalang dukungan finansial atau politis bagi Doldam.

Namun, di situlah interpretasi positif dapat muncul. Meskipun Kant menyoroti potensi akan bahaya instrumentalistik, ia juga mengakui adanya tugas-tugas tidak sempurna (imperfect duties). Meskipun tugas sempurna bersifat mutlak dan tidak boleh dilanggar, tugas tidak sempurna memberikan kelonggaran dalam cara dan waktu pelaksanaannya. Tindakan Master Kim dalam arena politik, meskipun tidak secara langsung merepresentasikan kehendak baik sesuai prinsip Immanuel Kant dalam setiap detailnya, dapat dilihat sebagai upaya untuk menciptakan kondisi agar tugas-tugas sempurna (seperti menyelamatkan nyawa tanpa diskriminasi) dapat terus terlaksana.

Dengan kata lain, Master Kim mungkin beroperasi di bawah pemahaman bahwa untuk menjaga domain moralitas murni (yaitu, pelayanan medis yang tidak tercemar), ia harus rela mengotorinya sedikit di domain politik. Ini bukan pengkhianatan terhadap etika Kant, melainkan sebuah kompromi moral yang diperlukan dan sadar dalam menghadapi realitas yang tidak ideal. Dia tidak menggunakan reputasinya untuk keuntungan pribadi atau niat jahat, melainkan sebagai sarana untuk mempertahankan suatu "kerajaan tujuan" di Doldam, di mana setiap pasien tetap diperlakukan sebagai tujuan dalam dirinya sendiri. Dari perspektif ini, meskipun ada ketegangan, tindakan Master Kim menunjukkan kekuatan kehendak yang luar biasa untuk tetap setia pada prinsip-prinsip intinya, bahkan ketika ia harus menempuh jalan yang secara etis rumit di medan yang sangat sulit. Doldam merupakan tujuan yang benar, yang harus dijemput dengan cara cerdik dalam politik agar bisa menjadi hakikatnya rumah sakit

Kesimpulan

Kisah Master Kim di "Dr. Romantic" adalah cerminan menarik tentang bagaimana etika Immanuel Kant berhadapan dengan kenyataan pahit. Di satu sisi, Maksim Medis Master Kim adalah perwujudan sejati dari idealisme Kantian. Ia menunjukkan kewajiban murni seorang dokter yang melihat setiap pasien sebagai tujuan pada dirinya sendiri, tanpa memandang status atau intrik politik. Baginya, menyelamatkan nyawa adalah tugas mutlak yang tak bisa ditawar.

Namun, di sisi lain, Maksim Politik Master Kim menampilkan sisi yang lebih pragmatis, sebuah adaptasi cerdik yang terasa seperti etika Kant "terkapar" namun sebenarnya tetap tegak. Ketika Doldam Hospital terancam oleh intrik Rumah Sakit Universitas Geosan, Master Kim tak ragu menggunakan kredibilitas dan reputasi medisnya sebagai strategi. Ini bukanlah pengorbanan prinsip demi keuntungan pribadi, melainkan sebuah kompromi moral yang disadari dan perlu. Ia tahu bahwa untuk terus menjalankan tugasnya yang paling mulia—menyelamatkan nyawa—ia harus memastikan menjaga "benteng" Doldam tetap berdiri.

Pada akhirnya, "Dr. Romantic" melalui sosok Master Kim mengajarkan kita bahwa idealisme Kant, meskipun sering dianggap kaku, bisa menemukan jalan di tengah kekacauan klinis dan politik. Ini bukan tentang mengkhianati prinsip, melainkan tentang kekuatan kehendak yang luar biasa untuk beradaptasi demi tujuan yang lebih baik. Prinsip Kant memang kadang tidak bisa benar sendirian, ia terkadang harus siap beriringan dengan hal-hal yang tidak benar untuk mencapai tujuan. Akhir kata, selama hasil akhirnya adalah premis yang baik, maka Master Kim jelas bukan antitesa dari pemikiran Kant di ranah etika kedokteran.

Jika anda memiliki tulisan opini atau esai, silahkan dikirim melalui mekanisme di sini. Jika memenuhi standar The Columnist, kami dengan senang hati akan menerbitkannya untuk bertemu dengan para pembaca setia The Columnist.
Artikel Lainnya