Upaya Para Ilmuwan Islam Mempertemukan Agama dengan Sains
Sains dan agama adalah sesuatu yang sukar untuk dipertemukan dan memiliki banyak perbedaan yang sangat jauh. Dalam agama yang dibahas adalah alam metafisik dan untuk sains lebih banyak membahas alam empiris. Sedangkan untuk sumbernya, sumber agama dari Tuhan, sedangkan sains dari alam. Agama memiliki sifat yang subjektif sedangkan sains memiliki sifat objektif. Agama lebih berpusat kepada mukmin atau kafir dan sains lebih berpusat ke benar atau salah. Dari hal-hal tersebut dapat dibuktikan bahwa agama dan sains tidak mempunyai titik singgung. Dan untuk kesamaan antara agama dan sains keduanya subyeknya adalah manusia.
Upaya dalam mempertemukan antara agama dengan sains merupakan suatu langkah pembaharuan dalam agama Islam, dan upaya untuk mempertemukan agama dengan sains adalah ide dari ilmuwan muslim. Hal ini dilakukan oleh para ilmuwan muslim atas dasar keyakinan bahwa kesempurnaan agama Islam dalam pandangan kaum muslimin merupakan sesuatu yang sudah menjadi harga mati. Dan kesempurnaan ini tentu saja tidak dapat dipahami secara tekstual saja, tetapi harus disertai dengan aplikasi di mana wahyu tersebut harus dipahami.
Menurut Fazlurrahman seorang tokoh yang lahir di Pakistan dan berasal dari keluarga yang bermadzhab Hanafi dan telah menempuh pendidikan di dua lingkungan yang berbeda yaitu di lingkungan pendidikan tinggi Islam dan lembaga pendidikan tinggi non Islam. Fazlurrahman berupaya untuk mempertemukan sains dengan Islam dengan usahanya berupa menafsirkan kembali Islam dengan ijtihad ilmiah dan rasional, walaupun dalam upayanya ini banyak sekali pertentangan yang dia dapatkan dari lingkungannya. Tidak berhenti sampai di sini upaya Fazlurrahman dalam mempertemukan agama dan sains, dia juga berusaha untuk memahami konsep Islam dalam penafsiran yang bersifat rasional dan ilmiah, dan konsep yang di pahami oleh Fazlurrahman ini sesuai dengan modernitas dan asas kebermanfaatan bagi manusia.
Upaya lainnya yang dilakukan oleh Fazlurrahman adalah melukan penafsiran Al-Qur’an dengan menggunakan model tafsir kontekstual. Tidak hanya Fazlurrahman saja yang berupaya untuk mempertemukan agama dengan sains, Mohammad Arkoun juga berupaya dalam mempertemukan agama dengan sains.
Mohammad Arkoun adalah seorang tokoh Islam yang lahir di Taurort Mimoun, Kabilia, tepatnya sebelah timur Aljir. Mohammad Arkoun menawarkan suatu rancangan dekontruksi dan rekontruksi dalam upaya untuk mempertemukan agama dengan sains. Ide yang dirancang oleh Mohammad Arkoun ini diadopsi dari pemikiran barat postmodernisme. Landasan berpikir Arkoun adalah memadukan unsur Islam dengan spiritualitas dan memadukan unsur barat dengan rasionalitas kritis.
Selain Fazlurrahman dan Mohammad Arkoun ada juga seorang tokoh Islam yang berupaya untuk mempertemukan agama dengan sains, dia adalah Hasan Hanafi. Hasan Hanafi lahir di Kairo pada tanggal 13 Februari 1935. Dia adalah seorang tokoh Islam yang berkuliah di Universitas Kairo. Hasan Hanafi mengusulkan upaya dalam mempertemuakan agama dengan sains yaitu berupa adanya reinterpretasi dan rekonstruksi realitas kebudayaan manusia secara global, yang mana umat Islam ditafsirkan dalam perspektif modern.
Metode yang dilakukan oleh Hasan Hanafi ini yaitu berupa meletakkan posisi umat Islam tentang siapa sebenarnya dia dan problem apa yang dihadapinya serta di mana letaknya dalam percaturan peradaban dunia masa depan. Bila metode Hasan Hanafi digambarkan maka posisi umat Islam berada di tengah –tengah bidang segitiga, di mana masing-masing garis tersebut mewakili warisan Islam, warisan barat, dan realitas kontemporer.
Pada pembaharuan ini dapat diketahui bahwa Hasan Hanafi mencoba untuk mempertemukan tiga nilai yang berada pada dimensi waktu yang berbeda. Di satu sisi dia mempunyai perhatian yang kuat terhadap persoalan sejarah dan warisan Islam. Sedangkan, untuk sisi lainnya mereka lebih melihat persoalan yang lebih rill dalam msyarakat saat ini dan untuk masa yang akan datang.
lmuwan selanjutnya yang berupaya untuk mempertemukan agama dengan sains adalah Sayyed Hussain Nasr. Sayyed Hussain Nasr adalah seorang ilmuwan kelahiran Teheren, Iran. Menurut Sayyed Hussain Nasr di abad modern ini perkembangan sains gagal dalam membangun peradaban manusia, yaitu sebagai buktinya modernitas telah meciptakan krisis yang bisa dikatakan sangat serius bagi manusia, baik hal tersebut terjadi di Barat maupun di kawasan Islam.
Upaya Sayyed Hussain Nasr dalam mempertemukan agama dengan sains yaitu dengan menggabungkan antara pengetahuan yang bersifat material dan immaterial. Caranya yaitu dengan meletakkan urgensi Al-Qur’an sebagai wahyu dan sekaligus juga sebagai sumber pengetahuan, begitu juga hadist yang dijadikan sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an. Hal ini akan membuat keduanya membentuk ilmu pengetahuan dengan paradigma teosentris.
Usaha para ilmuwan dalam mempertemukan agama dengan sains memang berbeda-beda baik dalam sejarah dan latar belakang mereka, yang mana upaya tersebut disesuaikan dengan konteks sosial pada saat itu. Sehingga hal tersebut menyebabkan metode yang ditempuh oleh para ilmuwan juga terdapat perbedaa satu dengan yang lainnya. Tetapi, walupun metode yang ditempuh oleh para ilmuwan berbeda-beda tujuan mereka sama yaitu bercita-cita merubah paradigma keilmuwan yang awalnya antroposentris menjadi teosentris dan bersifat integratif. Adanya upaya tersebut juga untuk mengingat bahwa ilmu Islam adalah meliputi seluruh alam dan seisinya.
Artikel Lainnya
-
273913/04/2023
-
134301/10/2020
-
21626/07/2023
-
Pendaftaran Kelas Menulis Beginner #Batch16 Telah Dibuka!
149624/10/2021 -
Sekali Lagi, Mengkritik Pendidikan Gaya Bank
115715/05/2023 -
Kampanye Hitam: Ancaman Bagi Demokrasi dan Tugas Kita di Lapangan Pengetahuan
24525/12/2023